Mohon tunggu...
Yuvencia Yunita
Yuvencia Yunita Mohon Tunggu... Edukator -

Engaged in learning for development and creation.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hafalan, Analisis, Kreasi, dan Ramuannya (Urun Ide Untuk Mengelola Pembelajaran Tentang dan Melalui Pancasila di Jaman Digital)

17 Maret 2015   16:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya kutip ucapan dari Anies Baswedan yang saya ambil dari tulisan Rahmad Agus Koto di Kompasiana, yang masuk dalam 14 Artikel Edukasi Terpopuler 2014:

“Paling terpenting menjadikan siswa pembelajar sepanjang hayat karena diberikan saat ini belum tentu dengan apa yang dihadapinya pada masa depan.”

Lalu juga disebut 3 bahan penting di dalamnya: Integritas, Entrepreneurship, Komunikasi.

Saya lega sekali dengan konsep Bapak Menteri. Kata-kata kunci yang diberikan pas sekali dengan konsep pendidikan abad 21 (yang mestinya sudah harus dikerjakan di Indonesia sejak awal milenium).

Yang disodorkan Bapak Menteri adalah konsep. Yang dibutuhkan pengajar adalah cara menerapkannya. Dengan demikian konsep tadi perlu dibahasakan dan diinspirasikan dengan baik untuk mereka (terutama) yang terbiasa bekerja dalam budaya transfer konten. Budaya transfer konten dalam prakteknya di kelas, misalnya: menghafal dari satu referensi saja, atau menjawab pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan pengajar (ingat soal semodel ‘Bapak bekerja di kan…? Ibu pergi ke pa….?’).

Saya tidak mengatakan bahwa transfer konten haram dilakukan. Yang saya usulkan adalah meng-upgrade instruksi ini dengan cara memperkecil porsi transfer dari pengajar, menambah porsi siswa untuk bisa mendiskusikan topik atau bahan kajian, dan memberi kesempatan bagi siswa untuk ‘mengalami’ topik tersebut. Lagipula, jika fokusnya adalah pembelajaran yang  menyenangkan dan bermakna, maka yang paling penting merasakan itu adalah siswanya.

Untuk ini, saya membayangkan diri saya sebagai seorang pengajar yang wajib mengajarkan salah satu topik terpenting dan paling abstrak yang saya ketahui: Pancasila. Selain itu, saya ingin tambahkan level tantangannya dengan cara mengajar di kelas 2 SD. Saya memikirkan ramuan antara hafalan, analisis dan kreasinya supaya menyenangkan dan bermakna bagi siswa saya. Juga meramu konsep pembelajaran sepanjang hayat, integritas, entrepreneurship, dan komunikasi. Kira-kira begini skenarionya:

·Siswa saya akan dapat menceritakan pengalaman sehari-hari berdasarkan pilihan tema seputar pengamalan Pancasila: berdoa, beribadah dan merayakan hari-hari keagamaan, relasi dengan keluarga dan orang-orang terdekat, memberi saran dan pendapat, dan sebagainya. Siswa boleh memilih merepresentasikannya lewat lukisan, tulisan, atau pun cerita lisan.

·Siswa saya akan dapat membuat membuat kolase yang terdiri dari lambang Pancasila itu sendiri dan beberapa gambar lainnya sesuai tema di aktivitas sebelumnya. Saya akan membuat ini sebagai tugas keluarga, dan kemudian meminta siswa untuk memotret karya itu (karena anak kecil jaman sekarang umumya luwes memakai perangkat kamera di smartphone orang tuanya). Saya akan meminta kerjasama orang tua untuk mendukung pengomunikasian siswa tentang penerapan ideal Pancasila ini dengan cara menguploadnya ke media sosial yang dimiliki orang tua si siswa.  Harapannya tentu saja agar followers tergugah melakukan hal positif yang dituangkan lewat poster tadi.

·Sedangkan untuk hafalan Pancasila itu sendiri, saya optimis dapat secara alamiah terlaksana jika ada ritual tersebut, misalnya lewat upacara bendera atau habit kelas di pagi hari sebelum kelas mulai. Lalu siswa saya akan mampu membuat satu goal perilaku baik berdasarkan Pancasila dan sebelum kelas usai ini menjadi bahan refleksi pribadi. Saya akan merekam testimoni siswa lainnya yang berkomentar tentang pencapaian goal temannya. Akan sangat menarik mendengarkan semua testimoni siswa di akhir tema Pancasila ini, bukan?

“Paling penting  menjadikan pengajar sebagai pelatih siswa untuk belajar sepanjang hayat. Dan di jaman digital ini, teknologi apapun yang kita miliki dan  yang nyaman kita pakai dapat membantu kita membuat pembelajaran lebih asyik dan menginspirasi orang lain”

(self quote untuk mendukung Pak Anies Baswedan)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun