Mohon tunggu...
Lestyo Haryanto
Lestyo Haryanto Mohon Tunggu... Seorang pembelajar seumur hidup yang mencoba menulis tentang kehidupan

Seorang karyawan yang suka menulis. Buku solo terakhirnya berjudul Values, dengan membacanya Anda akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Apa itu? Yuk miliki dan baca sendiri bukunya....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hirka Shoes: Dari Limbah Jadi Berkah

6 Oktober 2025   06:42 Diperbarui: 6 Oktober 2025   06:42 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: goodnewsfromindonesia.id


Bayangkan kita berjalan dengan sepatu yang bukan hanya melindungi langkah kita, tapi juga membawa cerita unik tentang inovasi dan keberanian. Itulah yang ditawarkan Hirka Shoes, sebuah merek yang berhasil mengubah sesuatu yang dianggap tak berharga yaitu kulit ceker ayam, menjadi karya seni berkelas di dunia fesyen.

Di tangan Hirka, material yang sering terabaikan diproses hingga menghasilkan tekstur eksotis yang tak dimiliki kulit lain. Setiap pasang sepatu Hirka, tidak hanya memancarkan karakter kuat dan elegan, tetapi juga menghadirkan sentuhan eksklusif yang membuat pemakainya tampil berbeda. Bagi Hirka, sepatu bukan sekadar alas kaki, tetapi juga simbol kreativitas tanpa batas dan keberanian melawan arus industri.

Lebih dari itu, penggunaan kulit ceker ayam mencerminkan langkah nyata menuju sustainable fashion.  Selain bisa mengurangi limbah, langkah Hirka juga membuka jalan bagi pemanfaatan bahan alternatif yang ramah lingkungan. Dengan Hirka Shoes, kita bisa bergaya sekaligus menunjukkan kecintaan dan kepedulian kita terhadap bumi yang kita tinggali ini.

Hirka bukan sekadar merek sepatu, melainkan sebuah pernyataan bahwa kita berani tampil beda, menghargai hal-hal kecil, dan menjadikannya luar biasa. Setiap langkah yang dilakukan Hirka adalah bukti bahwa inovasi bisa lahir dari tempat yang tak terduga.

Fenomena Limbah Ceker Ayam

Ceker Ayam - Sumber: rri.co.id 
Ceker Ayam - Sumber: rri.co.id 


Hal menarik yang kita dapat kalau bicara tentang Hirka Shoes adalah bagaimana mereka memanfaatkan limbah ceker ayam, yang kemudian menimbulkan pertanyaan seberapa banyak limbah ayam di Indonesia ini.  Pertanyaan sederhana yang muncul dari kekaguman kita terhadap cara pandang mereka terhadap limbah ini.

Namun, sayangnya tidak ada data real dari pemerintah untuk menjawab pertanyaan tadi. Konon, karena laporan statistik nasional (BPS, Kementan) yang juga menyoroti produksi ayam, populasi unggas, dan jumlah potongan, tidak membedakan fragmen limbah spesifik seperti tulang, bulu, jeroan, atau ceker dalam laporan yang terbuka publik.

Oleh karena itu, kita hanya bisa menghitung dengan menggunakan beberapa pendekatan. Pertama, kita bisa menggunakan Data Produksi Daging Ayam Ras Pedaging menurut Provinsi (Ton) tahun 2024, yang diperbarui pada tanggal 28 April 2025, sebagai berikut:

Sumber data: bps.go.id
Sumber data: bps.go.id

Untuk mengetahui jumlah ayam dari data di atas, kita bisa memakai berat karkas  rata-rata per ekor (kg/ekor) = 1,33 kg (nilai tengah/polular dalam literatur). Berat karkas sendiri adalah bobot daging dan tulang pada hewan ternak setelah proses penyembelihan, pengulitan, dan pembuangan bagian-bagian yang tidak diinginkan seperti kepala, kaki, ekor, serta organ dalam (jeroan). Untuk mencari berat 1 pasang ceker diasumsikan dalam rentang 45 g sesuai  saran dari beberapa eksportir.

Dengan perhitungan, diatas:

  • Total produksi (kg) berat karkas (kg/ekor) = jumlah ekor.
  • Jumlah ekor berat ceker per pasang (kg) = total berat ceker (kg).

Maka kita mendapatkan estimasi jumlah ceker adalah sebesar 129.787 ton.

Akan muncul pertanyaan lanjutan, bukankah kita juga mengkonsumsi ceker itu di kehidupan sehari-hari? Misalnya di makanan seblak, soto, dan lain-lain? Memang benar demikian, tetapi kalau kita mengasumsikan hanya 30% yang dikonsumsi, maka hanya 38.936 ton/tahun yang ada di masakan kita. Masih ada lebih dari 90 ribuan ton ceker ayam yang akan menjadi limbah. Sebuah angka yang sangat besar tentunya.

Dari tumpukan limbah inilah, seorang anak muda melihat peluang yang tak terpikirkan banyak orang.

Asal-usul Hirka Shoes

 

Nurman Farieka Ramdhany - Sumber: lifestyle.kompas.com
Nurman Farieka Ramdhany - Sumber: lifestyle.kompas.com

Hanya orang gila yang berpikir bisa mengubah dunia, dan merekalah yang melakukannya.  Sebuah quote dari dari Steve Jobs ini mungkin cocok untuk anak muda bernama Nurman Farieka Ramdhany. Meskipun ide pemanfaatan kulit ceker bahan baku fesyen berasal ayahnya, tetapi Nurman menekuninya setelah keluar dari bangku kuliahnya di Politeknik Akademi Teknik Kulit Yogyakarta.

Tantangan terbesar Nurman pertama kali adalah bagaimana membuat kulit ceker ayam yang rapuh menjadi liat dan tahan lama. Selain itu, masalah pewarnaan yang seharusnya tidak membuat tekstur kulit menjadi pudar. Namun, mungkin Nurman sadar kalau membuktikan kemampuan, menghadapi tantangan, dan menyelesaikan permasalahan, adalah peluang seperti yang dikatakan Erry Riyana Hardjapamekas dalam bukunya yang berjudul "Esensi Kepemimpinan."

Logo Hirka - Sumber: Shopee
Logo Hirka - Sumber: Shopee
 

Setelah betahun-tahun melakukan riset produk dan market, di tahun 2017 akhirnya Hirka resmi melangkah di dunia sepatu lokal sekaligus menjadi brand sepatu pertama di dunia yang menggunakan material kulit kaki ayam. Mereka bekerja sama dengan perajin di sentra sepatu Cibaduyut, Bandung, serta mitra pengolah kulit untuk mengembangkan teknik penyamakan dan menjahit kulit ceker.

Nama Hirka yang menjadi brand-nya, diambil dari bahasa Turki yang berarti "dicintai."  Kata ini Nurman pilih karena ia terinspirasi semangat pemuda Turki. Hal ini jugalah yang membuat dia berhasil membawa Hirka terus berkembang, memproduksi sepatu formal dan kasual, serta berekspansi ke pasar luar negeri. Sampai pada akhirnya pada tahun 2019, Nurman memperoleh SATU Indonesia Awards kategori kewirausahaan dari PT Astra sebagai pengakuan atas inovasinya .

Hal menarik dari Hirka Shoes seperti yang dilansir dari portal goodnewsfromindonesia.id adalah bagaimana mereka memahami arah dan target pasar pada tahun 2019, yaitu masuk market pria, dengan dua model yang dikeluarkan, yaitu formal dan kasual. Ternyata pada tahun 2017-2018, Nurman dan tim melakukan riset pasar, mulai dari pasar wanita hingga pria, sebuah hal patut dipuji sebagai salah satu cara untuk fokus mengembangkan brand yang ada.

Proses Pembuatan Sepatu di Hirka Shoes

Kulit Ceker Ayam - Sumber: jabar.tribunnews.com
Kulit Ceker Ayam - Sumber: jabar.tribunnews.com

Ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam pembuatan sepatu kulit ceker ini:

1. Pengolahan Kulit Ceker Ayam

  • Pemisahan Kulit: Kulit ceker ayam disisit untuk dipisahkan dari daging dan tulang.
  • Penyamakan: Kulit ceker ayam yang sudah disisit kemudian disamak untuk menjadi lembaran kulit yang siap digunakan. Proses pengolahan ini membutuhkan waktu cukup lama, bisa hingga 10 hari.

2. Pembuatan Upper Sepatu

  • Penyusunan Pola: Kulit ceker ayam yang telah disamak disusun menjadi pola yang berbeda antara satu bagian dengan bagian lain, bahkan antara sepatu kanan dan kiri.
  • Penjahitan: Pola-pola tersebut dijahit untuk membentuk bagian upper sepatu.

3. Perakitan Sepatu

  • Perpaduan Material: Kulit ceker ayam yang membentuk upper kemudian dipadukan dengan material lain, seperti kulit sapi di bagian tengah dan lapisan dalam kulit kambing.
  • Penyambungan: Kulit ceker ayam juga dapat dikombinasikan dengan spons dan kanvas untuk memberikan ketahanan dan kekokohan pada sepatu.
  • Metode Cementing : Seluruh elemen sepatu kemudian dirakit menggunakan metode cementing.

4. Penyelesaian

  • Sepatu yang sudah dirakit kemudian diselesaikan menjadi produk sepatu kulit yang unik dan siap pakai.

Fashion Meets Sustainability

Di panggung global, mode di dunia modern tengah mengalami titik balik: tren sustainable fashion bukan lagi sekadar retorika, melainkan tuntutan nyata. Laporan McKinsey "Fashion on Climate" menyebut bahwa industri fesyen memiliki peluang besar untuk memangkas emisi, yaitu dengan cara efisiensi energi, penggunaan material daur ulang, dan pengurangan overproduksi.

Sementara itu, United Nations Environment Programme (UNEP) pada laporan International Day of Zero Waste 2025 mengungkap bahwa industri tekstil dan fesyen menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil setiap tahun secara global.

Hirka Shoes bisa menjadi merek yang muncul sebagai jawaban industri lokal atas tren ini. Alih-alih mengandalkan kulit eksotik hasil impor, Hirka menggunakan limbah ceker ayam, yang selama ini banyak dianggap sampah dari rumah potong ayam, sebagai material utama. Dengan mengolah limbah lokal, mereka bukan hanya mengurangi volume limbah organik dan risiko pencemaran, tetapi juga menambah nilai ekonomis dari bahan yang sebelumnya dianggap tak bernilai itu.

Solusi ini menjelaskan bagaimana mode dan keberlanjutan bisa berjalan seiring: konsumen dapat memakai sepatu yang bukan hanya estetis, tetapi juga ramah lingkungan. Kesadaran itulah yang membuat produk Hirka tak hanya dipandang sebagai sepatu, tetapi juga sebagai cerita yang ingin dimiliki konsumen.


Daya Tarik dan Pasar

Sepatu Hirka - Sumber: peluangusaha.kontan.co.id
Sepatu Hirka - Sumber: peluangusaha.kontan.co.id
 

Respon publik terhadap Hirka Shoes sejak awal sudah menunjukkan kalau konsumen sudah mempunyai  keinginan kuat terhadap produk yang bukan hanya keren, tapi juga punya cerita. Alhasil menurut Republika, sepatu kulit ceker ayam karya Hirka telah berhasil menembus pasar internasional: Amerika Serikat, Inggris, Brasil, Hong Kong, Jepang, Malaysia, dan Singapura. Hirka juga mengikuti pameran internasional. Di sebuah pameran di Turki, Hirka berhasil menjual 15 pasang sepatu dalam satu hari dalam sebuah event pameran.

Harga produk Hirka sendiri berkisar antara Rp 490.000 hingga Rp 2.500.000 per pasang, tergantung jenis dan modelnya.  Segmentasi pasarnya juga menarik: mereka bukan hanya menyasar pencinta sepatu unik, tapi juga konsumen yang eco-conscious, kolektor, dan mereka yang ingin tampil beda dengan produk lokal bernilai desain tinggi.

Salah satu kisah pelanggan pertama muncul saat Hirka tampil di INACRAFT. Respons pengunjung yang heran dan kagum saat tahu bahan sepatu berasal dari ceker ayam menjadi indikator bahwa estetika plus nilai cerita begitu penting bagi pembeli. Pada akhirnya, perjalanan Hirka memberi pelajaran: bahwa sesuatu yang dianggap sepele bisa bernilai tinggi.

Penutup

Sepasang sepatu dari ceker ayam memang terdengar aneh, tetapi dibalik itu semua ada pelajaran penting bahwa masalah besar bisa menjadi peluang. Limbah bisa bernilai, keberanian bisa membuka pasar baru, dan setiap langkah bisa menjadi bukti sebuah kegigihan. Hirka Shoes membuktikan bahwa inovasi sering lahir dari hal yang diremehkan.[1] [2]

Di era krisis iklim dan pencarian solusi atas limbah, cerita Hirka menjadi sebuah inspirasi, dan membuktikan kalau kreativitas lokal bisa menjawab tantangan global. Setiap langkah dengan sepatu Hirka bukan sekadar soal gaya, tapi juga tentang keberanian menghadirkan perubahan.

Selain itu, Nurman dan Hirka berhasil menciptakan personal branding yang sangat kuat. Personal branding yang tidak cuma pencitraan, seperti disinggung Andriy Hadinata di bukunya yang berjudul Generasi Zombie-pun berhasil dijalankannya. #APAxKBN2025

Daftar Pustaka:

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun