Hal menarik dari Hirka Shoes seperti yang dilansir dari portal goodnewsfromindonesia.id adalah bagaimana mereka memahami arah dan target pasar pada tahun 2019, yaitu masuk market pria, dengan dua model yang dikeluarkan, yaitu formal dan kasual. Ternyata pada tahun 2017-2018, Nurman dan tim melakukan riset pasar, mulai dari pasar wanita hingga pria, sebuah hal patut dipuji sebagai salah satu cara untuk fokus mengembangkan brand yang ada.
Proses Pembuatan Sepatu di Hirka Shoes
Ada beberapa proses yang harus dilakukan dalam pembuatan sepatu kulit ceker ini:
1. Pengolahan Kulit Ceker Ayam
- Pemisahan Kulit: Kulit ceker ayam disisit untuk dipisahkan dari daging dan tulang.
- Penyamakan: Kulit ceker ayam yang sudah disisit kemudian disamak untuk menjadi lembaran kulit yang siap digunakan. Proses pengolahan ini membutuhkan waktu cukup lama, bisa hingga 10 hari.
2. Pembuatan Upper Sepatu
- Penyusunan Pola: Kulit ceker ayam yang telah disamak disusun menjadi pola yang berbeda antara satu bagian dengan bagian lain, bahkan antara sepatu kanan dan kiri.
- Penjahitan: Pola-pola tersebut dijahit untuk membentuk bagian upper sepatu.
3. Perakitan Sepatu
- Perpaduan Material: Kulit ceker ayam yang membentuk upper kemudian dipadukan dengan material lain, seperti kulit sapi di bagian tengah dan lapisan dalam kulit kambing.
- Penyambungan: Kulit ceker ayam juga dapat dikombinasikan dengan spons dan kanvas untuk memberikan ketahanan dan kekokohan pada sepatu.
- Metode Cementing : Seluruh elemen sepatu kemudian dirakit menggunakan metode cementing.
4. Penyelesaian
- Sepatu yang sudah dirakit kemudian diselesaikan menjadi produk sepatu kulit yang unik dan siap pakai.
Fashion Meets Sustainability
Di panggung global, mode di dunia modern tengah mengalami titik balik: tren sustainable fashion bukan lagi sekadar retorika, melainkan tuntutan nyata. Laporan McKinsey "Fashion on Climate" menyebut bahwa industri fesyen memiliki peluang besar untuk memangkas emisi, yaitu dengan cara efisiensi energi, penggunaan material daur ulang, dan pengurangan overproduksi.
Sementara itu, United Nations Environment Programme (UNEP) pada laporan International Day of Zero Waste 2025 mengungkap bahwa industri tekstil dan fesyen menghasilkan sekitar 92 juta ton limbah tekstil setiap tahun secara global.