Mohon tunggu...
Lesterina Purba
Lesterina Purba Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Hidup hanya sebentar perbanyaklah kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kehilangan Si Jantung Hati Hampir Merenggut Nyawa

7 Februari 2021   09:52 Diperbarui: 7 Februari 2021   10:19 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: klikdokter.com

Dear, Diary
Kenangan yang sangat menyakitkan dan serasa jiwa ikut melayang kala itu. Kehilangan buah hati yang belum kelihatan tapi sudah terasa hidup di rahim saya. 

Kehilangan banyak arti dan makna tersembunyi.

Kehilangan kekompakan sahabat. Kehilangan barang berharga.
Kehilangan buah hati.
Kehilangan janin, ini yang hampir merenggut nyawa.

 Sedangkan kehilangan barang saja kita merasa sedih apalagi kehilangan buah hati.

Beberapa hari yang lalu saya baru menyadari bahwa sesuatu yang berharga telah raib. Barang itu berupa cincin setengah gram. Cincin bayi. Ketika itu saya membersihkan laci lemari. Si bungsu ikutan bongkar. Tak sengaja dia melihat dompet tempat cincin masa bayi. Cincin itu kecil sudah tidak muat lagi. Rencananya mau dibesarkan, menunggu uang lebih. 

Sore itu baru tahu cincin berharga itu sudah lenyap. Si bungsu membawanya bermain sehingga lupa cincin masuk ke kantong plastik. Kantong plastik itu tidak sengaja terbuang. Akhirnya cincin pemberian uwaknya ketika dibaptis hilang. Ada rasa marah waktu itu. Tapi dimarahi juga cincinnya tidak kembali. Bagaimana bila nyawanya yang terancam. Berpikir positif saja, redakan amarah. Lain kali lebih hati-hati menyimpan barang berharga biar jauh dari jangkauan anak-anak.

Kehilangan yang hampir merenggut nyawa ane. Pada saat keguguran pada tahun 2019. Anak ketiga.  Si jantung hati masih berumur 9 minggu. Sungguh pengalaman pertama keguguran. Dan ini lebih sakit daripada melahirkan. Saya dirawat di RS selama 3 hari. Proses kuret di ruang operasi. Bersama dengan operasi melahirkan, operasi usus buntu. Ruang operasi banyak pasien sehingga saya diurutkan paling terakhir. 

Sebelumnya saya sudah dicekoki obat perangsang, agar darah kotor keluar dan mudah dibersihkan. Perut  mulas seperti orang melahirkan dari pembukaan pertama sampai kedelapan. Pembukaan terakhir ini lemas dan rasanya sudah mau mati. Untung  masih ingat buah hati di rumah masih menunggu.  

Segera saya panggil dokter, panggilan kedua kalinya dokter yang tidak jauh dari saya segera berlari dan langsung melarikan  ke ruang operasi. Rasanya saya sudah kehabisan darah. Untung saja segera tindakan kuret sehingga nyawa terselamatkan. Terlambat sedikit saja nyawa sudah melayang.

 Pengalaman ini yang paling menyakitkan buat saya sekaligus trauma hamil lagi.  Kehilangan buah hati, tanpa melihat bagaimana bentuk tubuhnya. Padahal saya senang,  dia sudah berada di rahim . Cuma faktor umur mempengaruhi juga, saat itu berumur  sudah 39 tahun. Pekerjaan  juga terlalu lelah. Pikiran juga mempengaruhi. Saya trauma operasi caesar. Karena dua buah hati proses lahiran caesar, berikutnya pasti caesar, apalagi umur sangat menentukan proses melahirkan tidak bisa normal.

Sekian dulu ya Diary, kehilangan sesuatu itu membuat jiwa merana, tapi kehidupan masih berlanjut. Kita harus mengikhlaskan kepergiannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun