Hujan 2021. Memasuki awal tahun 2021. Hujan disertai angin kencang sudah beberapa hari ini. Tetapi daerah kami aman. Belum ada kabar buruk. Sebelumnya bila berturut-turut hujan deras. Jalanan menuju ke perumahan lumayan banjir karena dapat kiriman dari sekitarnya. Itu juga tidak terlalu parah hanya selutut. Saluran air walaupun dalam kiri kanan bila dapat kiriman banjir tetap saja meluap.
Hujan di kota besar selalu identik dengan banjir kenapa demikian?
Seperti pengalaman saya ketika merantau ke Jakarta. Tahun 1999 saya mulai bekerja di pabrik garmen Kapuk Jakarta Utara. Tahun 2002 banjir bandang di Jakarta.Â
Ketika itu kami masih bekerja. Hujan terus menerus selama dua minggu. Pulang bekerja perusahaan kami sudah dikelilingi banjir. Kami pulang akhirnya jalan kaki sambil pegangan tangan. Banjir sudah sebatas dada. Kadang kami pulang menumpang truk terbuka tanpa pegangan cuma berpegangan dengan teman lainnya.
Tahun berikutnya sesudah menikah banjir bandang lagi di tahun 2013 . Ini saya tuliskan bentuk cerpen. Puji Tuhan saya masih bisa bersyukur banjir tidak pernah masuk ke kontrakan karena tinggal di rumah susun.
Ada beberapa hal yang menyebabkan banjir di kota besar antara lain:
1. Padatnya rumah penduduk
2. Saluran air penuh
3. Aliran air mampet/tersumbat
4. Membuang sampah sembarangan
Baca juga: Ibu Kota Menangis
Pertama kali datang ke Jakarta kebetulan keluarga saya tinggal di daerah Tegal Alur Cengkareng Barat. Got penuh sehingga menimbulkan bau. Setiap kali lewat pasti tutup hidung alias mual. Pengalaman pertama melihat got penuh. Setelah sekian tahun tinggal di Jakarta hal demikian sudah biasa. Bahkan berjalan di atas banjir sudah biasa. Hal yang lumrah.Â
Bagaimana mengatasinya bila banjir.
1. Dari rumah memakai sandal jepit atau anti air yang terbuat dari plastik.
2. Memakai pakaian rumah atau celana pendek. Tiba di tempat pekerjaan baru memakai pakaian kerja yang sudah disiapkan dari rumah. Semua terbungkus plastik. Jaga-jaga di perjalanan basah akibat hujan.
3. Â Menyediakan payung atau jas hujan
Sungguh musim penghujan sangat sengsara ketika tinggal di daerah Jakarta.
Tinggal di daerah Bekasi saya jarang menemukan banjir karena kami tinggal di daerah tertinggi. Jatirangga Jatisampurna Bekasi. Kelurahan Jatirangga sebelum banyak perumahan lumayan asri dan bersih serasa tinggal di perkampungan bahkan airnya bisa diminum. Mengapa demikian?
Jatirangga banyak menanam pohon bambu. Di belakang perumahan kami dulu ada kebun pohon bambu. Rasa airnya melebihi Aqua. Sayang sekarang sudah banyak ditebangi dijadikan perumahan.Â
Dulu sebelum merantau pernah berpikir. Mengapa pohon bambu di tanam di pinggir sungai di belakang rumah Oppung penuh tanaman bambu. Ternyata bambu mempunyai akar yang banyak bisa menyerap air sekaligus menyaring menjadi air bersih.
Bagaimana cara kita biar terhindar dari banjir?
Dimulai dari diri sendiri dulu ya.
 1.  Membuang sampah pada tempatnya.
Mendisiplinkan diri membuang sampah pada tempatnya dari hal kecil. Contohnya bungkus permen, puntung rokok. Saya sebelum menemukan tempat sampah. Bungkus permen atau makanan taruh dulu di dalam tas kalau tidak punya kadang saya kantongi.
2. Â Membersihkan got di depan rumah.
Sebelum musim hujan. Got-got diusahakan bersih dan kering. Tanah-tanah yang memenuhi got dibersihkan sehingga saluran air tidak mampat. Seperti mertua saya. Setiap hari got dikuras. Sekalian olahraga katanya. Dia tidak bisa tidur siang. Akhirnya mencari kesibukan.
Di sekitar perumahan kami lumayan aman. Got dipinggir jalan besar-besar dan bersih. Cuma yang tidak bisa dielakkan banjir kiriman. Memang dulu prinsip sebelum mengambil rumah. Lihat dulu saluran airnya. Amankah? Bila aman lanjutkan.
Sekian dulu sobat kompasianer Lifehack yang bisa saya sampaikan ketika hujan datang. Semoga tahun ini tidak ada banjir bandang lagi.Â
Salam hangat
Bekasi, 05012021
Hujan 2021
Awal tahun 2021