Mohon tunggu...
Lestari Ningsih
Lestari Ningsih Mohon Tunggu... Guru - Guru

Penulis; menulis apa yang dilihat, dipikirkan, dan dirasakan. Memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pembelajaran yang Funky dari 14 Hari Daring

20 Maret 2020   08:52 Diperbarui: 20 Maret 2020   20:57 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembelajaran di rumah untuk tingkat SMK belum dimulai, karena adik kelas masih libur sekolah, maka guru ditingkat ini masih santai di rumah. Wow, begitu!

Kita yang biasa mengajar di sekolah ganti bantu-bantu mengajar anak sendiri di rumah. Melihat upload teman di medsos serta mendengar cerita teman yang masih mempunyai anak di tingkat sekolah dasar memang asyik. Inspiratif dan menggemaskan.

Hal ini adalah fakta sebagai contoh dan memberi sumber inspirasi bagi kita semua. Adapun cerita beberapa teman tentang pembelajaran di rumah, antara lain:

1. Nisful Yuliana

Guru ibu 3 anak ini menikmati kelas darling bersama anak ke tiganya. Maklum yang dua sedang berada dipesantren. Bisa dibayangkan jika saja yang dua lagi dipulangkan, dia pasti lebih heboh mendampingi pembelajaran di rumah.

Rafa panggilan akrab putranya. Selalu meminta upload kegiatan dirinya di rumah. Mulai kegiatan hafalan surat-surat pendek, membantu beres-beres di rumah, menghafal tugas berupa materi, dan masih banyak lagi. Dalam satu hari hanya 2 tugas yang dilakukan Rafa.

"Ayo, segera kirim ke bu guru tugaku hari ini, Ma!", rengek Rafa. Sepertinya dia tidak sabar menginginkan respon gurunya.

"Bagaimana, Ma? Apa balasan Bu Guru?", tanyanya dengan kepo.

dokpri
dokpri
2. Neneng Sofiyah

Cerita Bu Neneng berbeda pula dengan Bu Nisful. Salah satu putranya yang sedang 'nyantri' dipulangkan untuk sementara. 14 hari di rumah. Antara tenang, senang dan ribut. Tenang, karena anaknya berada di rumah dan terawasi dari covid 19. Senang, orang tua mana tidak senang jika anak-anaknya dapat berkumpul bersama keluarga. Rame-rame kumpul. Makan gak makan asal kumpu. Hati menjadi senang.

Ribut?

Nah, ini yang cukup meributka. Setiap pagi mamanya diminta untuk segera mengirim foto-foto tugas LKS yang sudah dikerjakan. Dalam satu hari, dari pagi sampai malam bisa sampai 3-4 mapel yang dia keejakan. Dan, tugasnya pun cukup membuat dia tidak sempat bermain game. Suntuk? Iya. Berharap ketika pulang ke rumah, dia bisa curi-curi waktu untuk main game. Ternyata nonsen!

dokpri
dokpri
Bagaimana sempat? Setelah mengerjakan tugas dia istirahat, makan dan minum. Atau disela-sela mengerjakan tugas sambil makan. Lelah? Dia pasti tidur. Lanjut malamnya, dia mengerjakan lagi. Selesai, langsung tidur lagi. Mungkin dia merasa sudah lelah. Seharian?

3. Lestariningsih

Berbeda kasus lagi. Pengalaman anak saya Ahmad Thariq Dzulkarnain siswa SMP, selama liburan ini dia sama dengan yang lain. Sama-sama mendapat tugas dari sekolah. Tugas disampaikan via whapshap. Jadwal belajar di rumah sama dengan jadwal belajar di sekolah. Jadi dalam sehari dia mendapat tugas antara 3-4 mapel.

Masing- masing mapel mengerjakan LKS yang sudah dia terima sebelumnya. Dikumpulkan dalam bentuk portofolio. Ketika masuk sekolah dia bisa mengumpulkan. Sepertinya santai tetapi serius. Apalagi siang ini cuaca panas. Saking niatnya dia mengerjakan, dia harus mandi 2X pada siang itu. Dia gerah, tidak bisa konsen katanya. Apalagi dengan berat badan 70 kg dengan tinggi badan 163 cm. Cukup membuat kewalahan jika cuaca panas seperti itu.

Kali ini saya tidak terlalu memberi pengaruh kepada Thariq. Mungkin dia sudah mandiri sehingga semuanya terasa lancar. Sesekali dia bertanya apa yang tidak dia mengerti, khususnya mapel Bahasa Indonesia.

dokpri
dokpri
Tiga contoh fakta pembelajaran yang saya temui bukan berarti menjawab atas permasalahan-permasalahan pembelajaran di rumah. Banyak hal yang tentu kita temukan. Dengan teknik dan cara yang berbeda, guru dapat memberi tugas kepada siswanya dengan tepat.

Ada yang memacu siswa untuk mau eksis menampilkan keberaniannya di depan kamera mamanya. Sehingga ada nilai plus bagi siswa yakni menumbuhkan rasa PD alias percaya diri. Dia merasa nyaman. Dia merasa tidak ada teman-temannya yang mencemooh ketika melakukan kesalahan seperti yang sering dia temukan di kelas. Yang dia tahu kelasnya saat ini adalah kelas yang asyik dan funky. Kelas milik berdua, yakni dirinya dan mamanya.

dokpri
dokpri
Sementara kasus kedua, memiliki kelebihan lain, yakni pola pendidik pesantren yang dipindah ke rumah. Tugas yang terjadwal tanpa henti. Sehingga orang tua benar-benar tahu pola pendidikan di pesantren seperti apa.

Sedangkan pembelajaran dengan teknik dan cara mengumpulkan tugas dalam bentuk portopolio seperti pada contoh ke tiga melatih siswa agar lebih tekun mengumpulkan step by step. Menumbuhkan rasa sabar dan ketelatenan pada diri sendiri. Ada guru atau tidak ada guru. Lama-lama akan Tumbuh sikap jujur pada diri anak.

Ada banyak kelebihan dan kekurangan dengan model pembelajaran pilih. Hanya saja perlu menyesuaikan kondisi dan karakter siswa. Terlebih penting agar target yang diinginkan tercapai dan terukur. Pendidikan senantiasa berkembang dan guru hendaknya dapat mengikutk perkembangan itu. Sehingga siswa dan guru akan selalu seirama dan saling mendukung dalam pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.

Inovasi guru akan teruji dengan tantangan seperti ini. Kreativitas guru pun perlu dimunculkan. Tak perlu malu atau ragu dalam memumculkan ide-ide kreatifnya. Karena sudah saatnya kita keluarkan kemampuan kita untuk anak bangsa yang kita cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun