Pembelajaran di rumah untuk tingkat SMK belum dimulai, karena adik kelas masih libur sekolah, maka guru ditingkat ini masih santai di rumah. Wow, begitu!
Kita yang biasa mengajar di sekolah ganti bantu-bantu mengajar anak sendiri di rumah. Melihat upload teman di medsos serta mendengar cerita teman yang masih mempunyai anak di tingkat sekolah dasar memang asyik. Inspiratif dan menggemaskan.
Hal ini adalah fakta sebagai contoh dan memberi sumber inspirasi bagi kita semua. Adapun cerita beberapa teman tentang pembelajaran di rumah, antara lain:
1. Nisful Yuliana
Guru ibu 3 anak ini menikmati kelas darling bersama anak ke tiganya. Maklum yang dua sedang berada dipesantren. Bisa dibayangkan jika saja yang dua lagi dipulangkan, dia pasti lebih heboh mendampingi pembelajaran di rumah.
Rafa panggilan akrab putranya. Selalu meminta upload kegiatan dirinya di rumah. Mulai kegiatan hafalan surat-surat pendek, membantu beres-beres di rumah, menghafal tugas berupa materi, dan masih banyak lagi. Dalam satu hari hanya 2 tugas yang dilakukan Rafa.
"Ayo, segera kirim ke bu guru tugaku hari ini, Ma!", rengek Rafa. Sepertinya dia tidak sabar menginginkan respon gurunya.
"Bagaimana, Ma? Apa balasan Bu Guru?", tanyanya dengan kepo.
Cerita Bu Neneng berbeda pula dengan Bu Nisful. Salah satu putranya yang sedang 'nyantri' dipulangkan untuk sementara. 14 hari di rumah. Antara tenang, senang dan ribut. Tenang, karena anaknya berada di rumah dan terawasi dari covid 19. Senang, orang tua mana tidak senang jika anak-anaknya dapat berkumpul bersama keluarga. Rame-rame kumpul. Makan gak makan asal kumpu. Hati menjadi senang.
Ribut?
Nah, ini yang cukup meributka. Setiap pagi mamanya diminta untuk segera mengirim foto-foto tugas LKS yang sudah dikerjakan. Dalam satu hari, dari pagi sampai malam bisa sampai 3-4 mapel yang dia keejakan. Dan, tugasnya pun cukup membuat dia tidak sempat bermain game. Suntuk? Iya. Berharap ketika pulang ke rumah, dia bisa curi-curi waktu untuk main game. Ternyata nonsen!
3. Lestariningsih
Berbeda kasus lagi. Pengalaman anak saya Ahmad Thariq Dzulkarnain siswa SMP, selama liburan ini dia sama dengan yang lain. Sama-sama mendapat tugas dari sekolah. Tugas disampaikan via whapshap. Jadwal belajar di rumah sama dengan jadwal belajar di sekolah. Jadi dalam sehari dia mendapat tugas antara 3-4 mapel.
Masing- masing mapel mengerjakan LKS yang sudah dia terima sebelumnya. Dikumpulkan dalam bentuk portofolio. Ketika masuk sekolah dia bisa mengumpulkan. Sepertinya santai tetapi serius. Apalagi siang ini cuaca panas. Saking niatnya dia mengerjakan, dia harus mandi 2X pada siang itu. Dia gerah, tidak bisa konsen katanya. Apalagi dengan berat badan 70 kg dengan tinggi badan 163 cm. Cukup membuat kewalahan jika cuaca panas seperti itu.
Kali ini saya tidak terlalu memberi pengaruh kepada Thariq. Mungkin dia sudah mandiri sehingga semuanya terasa lancar. Sesekali dia bertanya apa yang tidak dia mengerti, khususnya mapel Bahasa Indonesia.
Ada yang memacu siswa untuk mau eksis menampilkan keberaniannya di depan kamera mamanya. Sehingga ada nilai plus bagi siswa yakni menumbuhkan rasa PD alias percaya diri. Dia merasa nyaman. Dia merasa tidak ada teman-temannya yang mencemooh ketika melakukan kesalahan seperti yang sering dia temukan di kelas. Yang dia tahu kelasnya saat ini adalah kelas yang asyik dan funky. Kelas milik berdua, yakni dirinya dan mamanya.
Sedangkan pembelajaran dengan teknik dan cara mengumpulkan tugas dalam bentuk portopolio seperti pada contoh ke tiga melatih siswa agar lebih tekun mengumpulkan step by step. Menumbuhkan rasa sabar dan ketelatenan pada diri sendiri. Ada guru atau tidak ada guru. Lama-lama akan Tumbuh sikap jujur pada diri anak.
Ada banyak kelebihan dan kekurangan dengan model pembelajaran pilih. Hanya saja perlu menyesuaikan kondisi dan karakter siswa. Terlebih penting agar target yang diinginkan tercapai dan terukur. Pendidikan senantiasa berkembang dan guru hendaknya dapat mengikutk perkembangan itu. Sehingga siswa dan guru akan selalu seirama dan saling mendukung dalam pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
Inovasi guru akan teruji dengan tantangan seperti ini. Kreativitas guru pun perlu dimunculkan. Tak perlu malu atau ragu dalam memumculkan ide-ide kreatifnya. Karena sudah saatnya kita keluarkan kemampuan kita untuk anak bangsa yang kita cinta.