Mohon tunggu...
Lesley Tehuayo
Lesley Tehuayo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Pattimura Personal blog https://betaleste.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ceritaku Belajar Bahasa Inggris Secara Autodidak

16 Juli 2021   23:29 Diperbarui: 16 Juli 2021   23:32 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ceritaku belajar bahasa Inggris (pexels.com)

Di mana ada kemauan di situ ada jalan. Itulah yang terjadi padaku. Sejak SD kelas 1 hingga kelas 6, aku tidak pernah belajar bahasa Inggris di sekolah. Bukan tanpa alasan. Sekolahku tidak memiliki guru bahasa Inggris.

Saat kelas 5 SD, aku mulai tertarik belajar bahasa Inggris. Aku meminta ayahku untuk membeli buku bahasa Inggris. Kala itu, jalan raya di desa kami belum bagus seperti sekarang ini. 

Jadi, ayahku tidak bisa pergi ke kota untuk membeli buku. Kami harus menunggu penjual buku yang datang dari luar kota ke sekolahku. Banyak buku sekolah yang ditawarkan. Mulai dari buku mata pelajaran umum hingga peribahasa, pantun, puisi, dan buku cerita lainnya.

Aku benar-benar bersemangat ketika memperoleh sebuah buku. Apalagi ketika pertama kalinya aku membeli buku bahasa Inggris. Meski saat kelas 5 SD aku belum bisa berbahasa Inggris sama sekali, aku selalu membaca buku tersebut. Bukan hanya di rumah, tetapi sampai ke sekolah pun buku itu kubawa. 

Apabila aku membaca buku tersebut ada beberapa teman yang meremehkan, tapi tak kuhiraukan. Hingga suatu ketika, ayahku mengajariku dasar-dasar dalam bahasa Inggris seperti personal pronoun (kata ganti orang) dan possessive pronoun (kata ganti kepunyaan).  Dua hal itu yang paling kuingat dari semua materi yang diajarkan ayahku. 

Semenjak itu, ayahku mulai jarang mengajariku. Hanya sesekali kami berbicara dalam bahasa Inggris. Maklumlah ayahku harus bekerja dari pagi, dan pulang pada malam hari.

Setelah itu, aku benar-benar belajar secara mandiri. Aku mencari buku-buku bahasa Inggris di perpustakaan sekolah kami, tetapi tidak satu pun kutemukan. 

Hari itu aku benar-benar kecewa. Rasa ingin tahuku perlahan buyar, tapi seketika kembali bersemangat mengingat bahwa bisa berbahasa Inggris adalah sesuatu yang menyenangkan. 

Apalagi tidak semua orang menguasainya. Aku hanya bisa menahan keinginanku dengan membaca satu buku bahasa Inggris yang kupunyai.

Sepulang sekolah, aku menceritakan hal itu kepada ibuku. Aku bersyukur memiliki ibu yang selalu mendengar curahatanku dan selalu menyemangatiku. Ibuku adalah pribadi yang sabar mendengar setiap perkataanku hingga habis. 

Banyak pertanyaan yang kulontarkan kepada ibuku seperti "mengapa sekolah tidak menyediakan buku bahasa Inggris?", "mengapa sulit sekali mendapatkan buku bahasa Inggris?" Kalau dipikir kembali, tidak seharusnya aku menanyakan hal itu kepada ibuku. Maklumlah sejak kecil aku adalah anak yang paling banyak bertanya. 

Bukan hanya kepada ayah ibuku, tetapi kepada guru, teman, bahkan orang-orang di sekitar. Sering kali pertanyaanku tidak bisa dijawab oleh orang lain. Pertanyaan yang kulontarkan terkadang berantai dan menyebabkan orang lain merasa risih. Aku merasa geli kalau mengingatnya kembali.

Beranjak SMP, aku mulai belajar bahasa Inggris lewat lagu. Saat SMP juga untuk pertama kalinya aku diberikan izin oleh ibuku menyanyi lagu selain lagu anak-anak. Tujuannya agar aku bisa belajar bahasa Inggris lewat lagu-lagu yang kudengar. Untuk mendengar lagu pun aku harus meminjam handphone temanku. Maklumlah handphone pada saat masih jarang di desa kami. Untunglah teman-temanku itu baik semuanya.

Selain itu, ada buku bahasa Inggris di perpustakaan SMP. Hal itu membuat aku lebih bersemangat belajar bahasa Inggris. Ditambah lagi kami memiliki guru yang mau mengajarkan kami bahasa Inggris. 

Beliau adalah salah satu guru teladan yang patut kuacungi jempol. Daripada membiarkan siswanya miskin ilmu, ia rela mengajarkan kami bahasa Inggris walau ia sendiri bukanlah guru bahasa Inggris.

Saat aku kelas 9, ada salah satu mahasiswa yang mengajar kami bahasa Inggris. Ia mengisi hari liburnya untuk mengajar bahasa Inggris bagi anak-anak sekolah di desa kami khususnya jenjang SMP. Benar-benar teladan yang baik. Beruntunglah aku bisa belajar lebih banyak dan memperbaiki kesalahanku dalam berbahasa Inggris.

Ketika aku memasuki jenjang SMK, aku memiliki guru bahasa Inggris, tapi sayangnya beliau jarang masuk kelas. Sebulan bisa sekali mengajar atau dua tiga bulan sekali. Tidak tahu apa penyebabnya. Padahal aku sudah berandai-andai bisa belajar lebih banyak lagi dari guruku. Namun semangatku untuk bisa menguasai bahasa Inggris tidak pernah pudar. Aku memilih belajar lewat media online seperti youtube. Aku bersyukur saat SMK aku sudah memiliki handphone android sendiri. Banyak materi yang dapat diakses, tapi masih ada kendala lain yaitu jaringan internet yang masih sering lemot. Oleh karena itu, aku harus mengunduhnya terlebih dahulu, lalu akan menontonnya nanti.

Saat akan ujian nasional, aku merasa khawatir karena listening-ku belum baik. Puji Tuhan, ketika mengikuti ujian nasional, aku lulus mata pelajaran bahasa Inggris. Aku satu-satunya siswa yang lulus mata pelajaran tersebut. Aku sangat bersyukur.

Ketika memasuki bangku kuliah, aku masih belum bisa listening dengan baik khususnya apa yang diucapkan native speaker (penutur asli). Aku sadar bahwa aku tidak akan bisa mengerti orang lain berbicara dengan baik, jika aku tidak segera melatih keterampilan mendengar. Selama 2 bulan aku melatih pendengaranku siang malam dengan menonton dan mendengar video pembelajaran dalam bahasa Inggris. Video yang kupilih dari kanal youtube Learn English with English101.com, dan beberapa judul film. Aku juga menonton video kegiatan sehari-hari dari kanal youtube native speaker lainnya.

Cara yang aku lakukan untuk melatih keterampilan listening-ku yaitu, pertama-tama aku menonton video dengan subtitle (anak judul) bahasa Inggris. Setelah itu, aku menontonnya tanpa subtitle bahasa Inggris. Aku melakukannya berulang-ulang untuk semua video yang kutonton. Setelah 2 bulan berlalu, akhirnya kemampuan listening-ku sudah cukup baik. Aku sangat senang kala itu. Aku mencoba menonton. beberapa video lain, dan ternyata terdengar seperti aku mendengar orang Indonesia berbicara dalam bahasa Indonesia dan aku paham apa yang sedang dibicarakan. Bahkan setiap kata yang diucapkan terdengar jelas di telingaku. "Puji Tuhan", ujarku.

Sampai kini aku tidak kesulitan lagi mendengar apa yang diucapkan oleh native speaker. Aku pun masih belajar bahasa Inggris setiap hari, dan terus mengasah keterampilanku dalam berbahasa Inggris. Bukan hanya mendengar, tapi membaca, berbicara, dan menulis, juga. Bagiku, belajar bahasa harus setiap hari. Bahasa dipelajari bukan hanya untuk diketahui dan disimpan, tetapi harus digunakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun