Mohon tunggu...
Abdul Azis
Abdul Azis Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Abdul Azis, adalah seorang penikmat seni, dari seni sastra, teater, hingga tarian daerah terkhusus kuda lumping. Berasal dari kota Kediri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku ini Seorang Militer

28 Agustus 2020   13:30 Diperbarui: 28 Agustus 2020   13:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


#EventRTC
#FF200
#EventHariMerdeka

AKU INI SEORANG MILITER

 Dulu, aku bersama teman-temanku bertempur melawan penjajah-penjajah berhidung mancung demi memerdekakan bangsa ini. Tak perduli siapa, tak perduli darimana asalnya, tak perduli apa agamanya, yang penting asal dia merah putih, berarti rekan dalam perang.

Lebih dari 75 tahun telah berlalu sejak masa itu, kini aku hanya bisa duduk dikursi goyangku, sambil menikmati kemerdekaanku sendiri. Malam itu, aku mencoba menghibur diri, dengan jalan-jalan ke alun-alun kota dengan sepeda ontelku. Seketika dayunganku terhenti pada sebuah keramaian, dimana aku melihat para seniman-seniman dan para budayawan-budayawan sedang berceloteh tentang kemerdekaan dengan berani dan berapi-api lewat puisi.

"KITA BELUM MERDEKA!!" Tersentak aku kaget mendengarnya, seorang pemuda dengan berang meneriakkan kata yang tidak aku mengerti maksudnya.

"KITA MASIH DIJAJAH!!" Semakin jelas kudengar kemarahan itu, dan aku semakin bingung dengan semua yang baru saja kudengar

"APANYA YANG MERDEKA?!!" Aku gemetar !!!. Perasaanku benar-benar tidak karuan saat itu. Aku gemetar melihat api yang membara di setiap mata orang-orang dikeramaian itu. Mereka terus menghujami kemerdekaan yang dulu kami rebut, dengan kritik-kritik lantam. Meludahi kemerdekaan yang kami perjuangkan.

Aku gemetar .. segera aku menjauh dari keramaian itu, duduk selonjoran di trotoar jalan, seperti bunga layu yang dihimpit oleh tunas bangsa.

Seketika itu aku dikejutkan oleh suara hangat yang menyapaku, suara dari salah satu mereka dikeramaian itu.

"Kakek, kenapa menangis?" Tanya pemuda itu menyadarkan aku untuk segera menyeka air mataku, karena aku seorang prajurit, aku di desain untuk kebal terhadap segala jenis rasa sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun