Mohon tunggu...
Leonardo Tolstoy Simanjuntak
Leonardo Tolstoy Simanjuntak Mohon Tunggu... freelancer

Membaca,menyimak,menulis: pewarna hidup.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Duluan Populer, Jokowi Curi Suara Rakyat

11 Juli 2014   05:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:42 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi hebat, Prabowo juga hebat, tapi lebih banyak yang pilih Jokowi. Itulah gambaran umum sementara pasca pemungutan suara di kawasan Tapanuli khususnya Tapanuli Bagian Utara. Kenapa lebih banyak yang pilih Jokowi terutama di TPS desa?
Seorang warga di Kecamatan Sipoholon, dengan simpel memberi alasan sangat sederhana," karena Jokowi lebih dulu terkenal, sejak pemilihan Gubernur Jakarta yang ramai diekspos stasiun televisi dan suratkabar, namanya sangat sering diberitakan, dan rakyat kagum menyaksikan aksi Jokowi yang selalu merapat ke tengah rakyat".
Meski sampel keunggulan Jokowi hanya beberapa TPS desa, tercermin di situ kalau Jokowi seakan punya "magnet" menarik perhatian warga untuk mencoblosnya pada hari pemilihan, Rabu 9 Juli baru lalu.
Tolhas Hutabarat misalnya selaku pelaksana tugas Kepala Desa Hutabarat Parbaju Julu, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, mengakui popularitas Jokowi hampir rata di TPS-TPS. Saat berbincang dengan kompasianer, Kamis (10/7) di sebuah pesta adat, dia menunjuk dua TPS yang ada di desanya yang membuktikan kemenangan telak Jokowi-JK. Kalau di TPS 2 jumlah suara untuk pasangan capres bernomor 2 itu sebanyak 193 dan Prabowo 43 suara, begitu juga halnya di TPS 1 desa itu Jokowi juga menang telak meraih 207 suara, dan Prabowo-Hatta dapat 21 suara.
"Gambaran kemenangan Jokowi itu saya rasa terdapat di sebagian besar TPS di kabupaten ini. Sesuai data yang hampir rampung di Kantor Camat Tarutung, secara umum Jokowi menang.Bahkan diperkirakan untuk daerah Tapanuli Utara, Jokowi meraup lebih 80 persen suara sah. Itu sungguh luar biasa," tutur Tolhas Hutabarat. Dia juga menyebut untuk Kecamatan Tarutung saja, Jokowi meraih suara terbanyak yang di luar dugaan, karena belakangan nama Prabowo juga sudah populer makin dikenal rakyat.
"Saya rasa hampir setiap TPS di sini untuk keunggulan Jokowi," imbuh Tolhas lagi.
Dari KPU setempat memang belum ada angka resmi yang bisa diinformasikan seputar kemenangan Jokowi tersebut. Tapi dari informasi-informasi yang berkembang antar TPS, menunjukkan Jokowi masih leading dibanding jumlah suara yang diperoleh Prabowo.
Apakah alasan Jokowi lebih dulu populer sehingga mencuri hati banyak pemilih memang bisa dibenarkan? Pendapat yang mencuat dari berbagai warga dari TPS berbeda, tampaknya cenderung menyetujui hal itu. Prabowo juga sudah populer pada Pilpres 2009 silam saat SBY menang kedua kali. Tapi nama Prabowo lima tahun terakhir jarang ke permukaan, sehingga banyak yang sempat lupa. Kemudian muncul Jokowi dengan ragam puja-puji yang dipublish media televisi maupun media cetak, nama Jokowi pun melambung di mata masyarakat luas.
Keluguan dan kesederhanan tampilan Jokowi yang kerap ditayangkan televisi  dan berita suratkabar, barangkali merupakan faktor utama kenapa Jokowi mencuri hati banyak warga terutama di desa-desa terpencil sekalipun. Prabowo juga yang belakangan sering dipublish media, meraih simpati rakyat dan buktinya di setiap TPS ada yang memilihnya, dan pemilihnya adalah yang fanatis Prabowo. Sewajarnyalah Jokowi berterima kasih sebesar-besarnya pada pers, karena tanpa pers Jokowi itu tak ada apa-apanya, dan mungkin tak dipilih rakyat.
Pada hal kata sejumlah warga sbagaimana juga dipublish media cetak, banyak yang memilih Jokowi bukan karena dipengaruhi kampanye. Partai pengusung Jokowi-Kalla juga tak begitu nampak bergerak ke pinggiran, semata-mata hanya karena Jokowi populer di tayangan berita televisi. Barangkali saja, kalau nanti Jokowi jadi pemenang, itu hanya keberuntungan yang kebetulan? Sementara banyak komentar warga yang dihimpun kompasianer mencerminkan ketidaksimpatikannya pada figur Megawati Soekarnoputri. Itu artinya, Megawati efek tak berpengaruh untuk Jokowi, semata-mata hanya karena simpati pada Jokowi in person, bukan pada Jusuf Kalla atau faktor Megawati dan partainya PDIP. Demikian catatan singkat dari pengamatan pasca pilpres 9 Juli 2014. Duluan populer terkait pilpres 2014, Jokowi bisa mencuri suara rakyat. Nasib baik lebih berpihak pada Jokowi? Mungkin begitu, kalau Jokowi diputuskan menang. Tapi, sekali lagi, bukan faktor Kalla efek, atau Megawati efek. Setidaknya itu kesan saat menghampiri beberapa TPS di beberapa lokasi berbeda.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun