Mohon tunggu...
Leon Bhagawanta Cahyono
Leon Bhagawanta Cahyono Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Sepakbola

Penulis olahraga khususnya sepakbola dan badminton

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

BAMTC 2023: Pupusnya Asa Indonesia Menuju Sudirman Cup

17 Februari 2023   20:50 Diperbarui: 17 Februari 2023   20:54 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Indonesia yang tampil di ajang BAMTC 2023 (Twitter @INABadminton)

Februari 2023 menjadi pekan yang cukup penting bagi tim badminton di berbagai belahan dunia. Pasalnya, berbagai turnamen kontinental diselenggarakan pada pekan-pekan di bulan ini. Tidak hanya soal turnamennya sendiri melainkan juga karena turnamen-turnamen ini merupakan ajang kualifikasi untuk memperebutkan tiket Sudirman Cup 2023. Pada tanggal 14-19 Februari 2023 sedang diselenggarakan Badminton Asia Mixed Team Championship di Dubai, UAE. Turnamen ini juga menjadi ajang kualifikasi ke Sudirman Cup di mana hanya tim yang lolos hingga semifinal lah yang mampu mendapatkan tiket menuju Sudirman Cup.

Tim Indonesia sendiri mampu mengakhiri permainan di Grup C sebagai juara grup dengan mengalahkan Bahrain, Syria, Lebanon, dan Thailand. Di babak 8 besar ini, Indonesia bertemu dengan Korea Selatan yang menjadi runner-up grup A di bawah China. Sayangnya, di babak ini pula mereka takluk dari Korea Selatan dengan skor 1-3 yang membawa Korea Selatan menuju semi final sekaligus memupus asa Indonesia untuk tampil di Sudirman Cup menjadikan Indonesia absen untuk pertama kalinya di ajang Sudirman Cup sejak awal pembentukannya di 1989.

Laga Indonesia vs Korea Selatan dibuka dengan keunggulan 1-0 untuk Indonesia setelah Chico Aura Dwi Wardoyo mampu mengalahkan tunggal putra Korea Selatan Lee Yun-gyu dengan skor 21-17 21-16. Hasil ini jelas menjadi pembuka jalan yang cukup baik.

Namun, di laga kedua yang mempertarungkan Putri Kusuma Wardhani dengan Kim Ga-eun. Putri harus mengakui keunggulan Kim dengan skor 17-21 21-14 12-21 menjadikan skor sama kuat 1-1.

Kejutan terjadi di laga ketiga yang mempertandingkan sektor unggulan Indonesia yaitu ganda putra. Indonesia yang memainkan ganda putra nomor 1 dunia yaitu Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto harus ditekuk oleh pasangan Korea Selatan Kim Won-ho dan Na Sung-seung dengan skor 21-16 13-21 16-21 yang tidak hanya memberikan kejutan bagi seluruh penggemar bulutangkis Indonesia namun juga membuat Indonesia kini menjadi tertinggal 1-2.

Keterpurukan ini pun berlanjut di sektor ganda putri yang memainkan laga antara Apriyani Rahayu dan Siti Fadia Silva Ramadhanti melawan Baek Ha-na dan Lee So-hee. Pada pertandingan ini, pun Apri/Siti mengalami kekalahan bahkan dengan skor yang cukup telak dan dalam 2 game langsung yaitu dengan skor 14-21 dan 9-21. Hasil ini menjadikan skor 1-3 untuk keunggulan Korea Selatan dan sekaligus menyingkirkan Indonesia dari ajang Badminton Asia Mixed Team Championship tahun ini.

Kekalahan ini menjadi pil pahit bagi tim Indonesia yang akhirnya tidak akan merasakan kompetisi Piala Sudirman tahun ini. Hasil ini tentu perlu menjadi bahan evaluasi untuk seluruh jajaran pemain, staff pelatih, dan staff pengurus PBSI. Tidak hanya soal tidak lolos, namun kekalahan ini juga terbilang memalukan karena secara peringkat pemain, para pemain Indonesia lebih tinggi daripada lawan mereka yaitu Korea Selatan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari beberapa sektor yaitu:

1. Sektor Tunggal Putri

Sektor ini menjadi sektor terlemah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Sektor yang sempat melahirkan sosok juara dunia dalam Susi Susanti kini masih belum mampu mencetak individu yang mampu mengangkat sektor ini. Andalan Indonesia saat ini Gregoria Mariska Tunjung pun masih belum kunjung menemukan konsistensinya bahkan di turnamen mayor seringkali disingkirkan oleh peringkat di bawahnya. Sektor ini jelas perlu ada semacam evaluasi mendalam baik dari psikologis dan fisik pemain, program latihan, dan pemantauan kemajuan pemain.

2. Sektor Tunggal Putra

Masalah utama di sektor ini adalah inkonsistensi. Anthony Sinisuka Ginting dan Jonathan Christie yang saat ini menjadi tumpuan utama Indonesia seringkali tampil angin-anginan dan tidak bisa memberikan kontribusi signifikan bagi tim Indonesia maupun bagi diri mereka sendiri di turnamen mayor. Padahal, sektor ini semestinya bisa menjadi salah satu tumpuan apalagi saat turnamen seperti Thomas Cup tunggal putra diwajibkan jadi tumpuan karena terdapat 3 laga yang memainkan laga tunggal putra dibandingkan 2 laga untuk pertandingan ganda.

3. Sektor Ganda Putra

Sektor ini selalu menjadi andalan Indonesia beberapa waktu belakangan. Sebelum-sebelumnya ada sosok Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo lalu di belakang mereka ada pasangan senior Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan juga ada nama Fajar Alfian dan Muhammad Rian Ardianto. Saat ini, Fajar/Rian lah yang menjadi tumpuan utama Indonesia bersama dengan para junior-junior seperti Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin, Bagas Maulana dan Muhammad Shohibul Fikri, dan Pramudya Kusumawardana dan Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan. Sektor ini lah yang paling penuh dengan pemain-pemain berbakat bahkan di peringkat dunia saat ini sudah ada 6 nama di peringkat 20 besar BWF (termasuk Marcus/Kevin yang masih belum menemukan performa terbaiknya di peringkat 19 dan Pramudya/Yeremia di peringkat 20 setelah Yeremia mengalami cedera di ajang Indonesia Open 2022).

4. Sektor Ganda Putri

Masalah yang mirip dengan sektor tunggal putri namun tidak seburuk itu. Problem utama di sektor ini adalah kurangnya pelapis yang memadai di mana akhirnya sektor ini bergantung pada sosok Apriyani Rahayu yang dulu tampil bersama Greysia Polii dan saat ini berpartner dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti. Tampak jelas bahwa sektor ini sangat kekurangan pelapis yang sepadan karena walau Apriyani Rahayu baru saja ditinggal Greysia yang pensiun ia juga bisa langsung menyalip rekan-rekannya di peringkat dunia saat berpartner dengan Fadia 1 tahun belakangan.

5. Sektor Ganda Campuran

Masalah utama sektor ini adalah masih belum konsisten dan masih kesulitan untuk melawan pasangan-pasangan yang berada di peringkat 10 besar dunia sehingga pada akhirnya banyak pasangan-pasangan Indonesia saat ini (setelah kepergiaan Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja) baru mampu menembus peringkat 10 dunia lewat pasangan Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari. 

Namun, di sektor ini fans bulutangkis Indonesia boleh optimis mengingat sepertinya performa para pemain sektor ini akan terus membaik apalagi beberapa di antaranya masih muda. Saat ini, pun Indonesia memiliki 3 pasangan di 20 besar dunia yaitu Rinov/Pitha di peringkat 10, Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati di peringkat 14, dan Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja di peringkat 16. Asalkan pelatnas rajin mengirimkan sektor ini ke berbagai turnamen (termasuk Super 300 yang diselenggarakan di negara-negara tetangga seperti Thailand Masters, Australia Open, dan turnamen sejenis di Asia) tentu bukan tidak mungkin bila ke depannya para pemain sektor ganda campuran dapat membantu sektor ganda putra sebagai tumpuan tim Indonesia.

Akhir kata, besar harapan masyarakat dan pecinta bulutangkis Indonesia untuk melihat perkembangan pemain timnas Indonesia agar ke depannya tidak terjadi kejadian di mana Indonesia tersingkir cukup awal dan tidak bisa lolos ke Sudirman Cup mengingat saat ini badminton adalah salah satu cabang olahraga paling berprestasi dan memiliki basis pendukung cukup besar dibandingkan cabor berprestasi lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun