Mohon tunggu...
Rara Ayunda N.
Rara Ayunda N. Mohon Tunggu... Mahasiswa

Hobi menunggu dia sembari menulis.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Retorika Menurut Kacamata Aristoteles

4 Oktober 2025   12:18 Diperbarui: 4 Oktober 2025   12:18 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aristoteles, sebagai Pemilik Teori De Retoric, Foto: Mojokstore

Menurut Aristoteles, Retorika memiliki hubungan spesial dengan dialektika. Umumnya, Retorika dan dialektika memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk memengaruhi khayalak umum. 

Hakikatnya Retorika telah ada sejak manusia lahir. Akan tetapi, sebagai seni yang baru dipelajari mulai abad 5 sebelum Masehi (SM). Awal mulanya manusia beretorika, ketika kaumsofis di Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan tentang politik dan pemerintahan. 

Artinya, ketika kaum sofis berbicara atau public speaking menggunakan cara berpidato. Berpidato membutuhkan nada serta keyakinan penuh untuk meyakinkan semua orang. Nah dari situlah, kaum sofis Yunani menggunakan penekanan sebagai bentuk keyakinan pada hal yang disampaikan kepada audiens.

Retorika dapat dijadikan tameng atau senjata untuk kampanye atau mempromosikan sesuatu. Contohnya bidang politik, ketika ada seseorang yang ingin mencalonkan sebagai ketua, calon tersebut wajib menyampaikan kampanye yang dimana isi kampanye harus terdapat unsur persuasif, serta mengandung nilai kebenaran dan keadilan. 

Menurut Sunarjo (1983:55); Retorika memiliki beberapa fungsi, diantaranya

1. Untuk mencapai kebenaran atau kemenangan bagi seseorang atau golongan dalam masyarakat. Retorika sebagai ajang untuk memamerkan kualitas berbicara di depan audiens atau orang-orang. 

2. Untuk meraih kekuasaan, adalah mencapai tujuan atau kemenangan seseorang maupun kelompok pameo. Pameo merupakan suatu ungkapan untuk menyindir atau mengejek orang yang menjadi bahan perbincangan. Intinya (siapa yang menang dialah yang berkuasa). 

3. Sebagai alat persuasi yang digunakan untuk memengaruhi manusia lain perdebatan. Retorika memiliki fungsi untuk bertukar pikiran atau pendapat dengan cara memengaruhi audiens, sehingga biasanya terjadi perdebatan. Contohnya di Pengadilan. 

Adapun filsuf Sokrates dianggap menyimpang, sebab dialog digunakan untuk memengaruhi orang lain bukan mengumpulkan fakta ataupun data.

Selain itu, ada Isokrates. Beliau merupakan seorang retorika Yunani Kuno serta menjadi bagian dari deklamator Attik. Isokrates mendirikan sekolah retorika yang dimana menitikberatkan pendidikannya pada pidato-pidato politik. 

Menurut Isokrates, hakikat pendidikan adalah dasar kemampuan untuk membentuk pendapat-pendapat yang tepat terkait masyarakat. Isokrates juga menebali pada bagian pendidikan dan politik. 

Isokrates percayabahwa retorika dapat meningkatkan kualitasmasyarakat, retorika tidak boleh dipisahkandari politik dan sastra. Akan tetapi, tidaksemua bisa memperoleh pelajaran ini. Retorika menjadi pelajaran yang elit. 

Isokrates mendirikan sekolah retorika pada tahun 391 SM. Isokrates juga mengajarkan penekanan pada penggunaan kata-kata dalam sistematis yang jernih tapi tidak berlebihan, dan juga rentetan setiap kelimat seimbang.  Setiap ucapan merupakan bentuk keyakinan serta gagasan yang dibentuk merupakan jalannya memengaruhi audiens. 

Sekolah Isokrates mengedepankan pendidikan ‘pidato-pidatopolitik’ (political oratory) yang menghubungkan persoalan aktual dengan perkembanganpolitik. Isokrates dikenal sebagai ‘political essayist’ yang pertama. 

Isokrates mengumandangkan retorika melalui karya tulisnya dan pengajarannya. Hal ini yang dapat menyebabkan Isokrates mampu mengajarkan tentang politik. Gagasan yang dibuat Isokrates bukan semata-mata untuk meraih kekuasaan, akan tetapi mencari nilai kebenarannya. 

Gagasan-gagasanIsokrates yang terkenal lainnya adalahpendapat yang terbentuk di bawah pembimbingan lebih baik daripada tindakan tindakan praktis. Artinya kemampuan dalam membentuk pendapat-pendapattersebut dapat mengenai sasaran, yaitu masyarakatnya sendiri. 

Dengan adanya wadah dalam membentuk pendapat, masyarakat dapat melatih public speaking dari mengeluarkan pendapat tanpa adanya rasa malu. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun