Mohon tunggu...
Lentera Pustaka
Lentera Pustaka Mohon Tunggu... Pegiat Literasi dan Taman Bacaan

Pegiat literasi yang peduli terhadap gerakan literasi dan taman bacaan untuk pendidikan anak-anak kampung. Hanya untuk berbuat baik dan menebar manfaat melalui buku-buku bacaan. Bermukim di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, penuh komitmen dan konsistensi dalam berliterasi di akar rumpt. Penulis buku "31 Relawan Menulis untuk Literasi" dan "Efektivitas Tata Kelola Taman Bacaan". Salam literasi ya ..!

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membaca Butuh Keberanian, Taman Bacaan Perlu Suara Lantang

2 Agustus 2025   06:56 Diperbarui: 2 Agustus 2025   06:56 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca butuh keberanian (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Faktanya, tidak sedikit orang takut nggak paham saat membaca. Takut dibilang "kutu buku". Bahkan takut gagal di masa depan akibat terlalu banyak membaca. Begitu pula menulis, banyak yang takut jelek, takut nggak ada yang baca. Jadi jelas, membaca memang butuh keberanian, perlu sikap nggak peduli. Untuk mau membaca, bisa membaca.

Takut atau gagal, sering kali membuat seseorang nggak mau berbuat apa-apa. Menolak mencoba, menunda langkah, atau bahkan menyerah sebelum memulai. Seperti seorang anak takut membaca buku. Seperti seorang relawan yang takut berkiprah di taman bacaan. Maka, membaca memang butuh keberanian. Dalam banyak hal, keberanian jadi penting sebagai ekspresi pribadi. Karena ketakutan bukan sekadar penghalang emosional, melainkan musuh utama dari perkembangan diri.

Dihantui rasa takut, dirasuki sindrom kegagalan. Akhirnya digerayangi ilusi, bahwa berdiam diri  dianggap jadi pilihan terbaik. Padahal zona nyaman sampai kapan pun hanya akan menutup pintu bagi pengalaman baru. Orang yang terlalu takut gagal akan menghindari tantangan, bermain aman, dan hanya bergerak di wilayah yang mereka yakini bisa dikendalikan. Kita sering lupa, justru dari kesalahan dan kegagalanlah kita belajar, memperluas pemahaman, dan membangun ketangguhan mental. Tanpa keberanian untuk mengambil risiko, tidak akan ada inovasi, tidak ada pembaruan diri, dan tidak ada transformasi yang nyata untuk berbuat baik dan menebar manfaat. Di mana pun dan hingga kapan pun.

Seorang tokoh psikologi individual, Adler, mengajak kita untuk mengubah cara pandang terhadap rasa takut dan trauma gagal. Takut dan gagal bukan aib atau musibah yang harus dihindari. Tapi jadi bagian penting dari proses untuk tumbuh dan berkembang. Karena nyatanya, hanya mereka yang berani mencoba, meski tahu bisa jatuh yang akan berkembang. Kegagalan bukanlah akhir, tapi batu loncatan. Justru ketika kita berdamai dengan kemungkinan gagal, kita memberi izin untuk diri sendiri agar hidup secara utuh: mengalami, belajar, dan menjadi versi terbaik dari diri kita. Tanpa peduli apa kata orang.

Daripada takut gagal, takut nggak ada yang peduli. Lebih baik berani berbuat, berani menyuarakan pentingnya membaca, berani sosialisasikan peran taman bacaan. Jangan cuma berani "komentar banyak tahunya sedikit" di medsos. Di negeri ini, urusan membaca butuh suara lantang, taman bacaan butuh sikap berani. Karena membaca, melangkah ke taman bacaan, dan bahkan banyak hal dalam hidup memang butuh keberanian. Bila takut gagal, tidur saja di rumah tanpa berbuat apapun. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Anak-anak yang membaca di taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)
Anak-anak yang membaca di taman bacaan (Sumber: TBM Lentera Pustaka)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun