Mohon tunggu...
lenny simanjuntak
lenny simanjuntak Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Pendidikan Akutansi Universitas Negeri Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Disleksia di sekolah dasar:tantangan dan strategi pembelajaran yang efektif dari Film Taare Zameen Par

28 Mei 2025   00:00 Diperbarui: 28 Mei 2025   00:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://youtu.be/1jthnGV0RvY?si=h2hnjH8AZZI7Bs4H

Setiap Anak Istimewa: Disleksia di Sekolah Dasar dalam Sorotan Film Taare Zameen Par

"Anak bukan kertas kosong. Mereka penuh warna—tapi kita seringkali hanya melihat tinta hitam yang keliru."

Ram Shankar Nikumbh, Taare Zameen Par (2007)

Setiap anak adalah dunia yang unik. Namun, dunia pendidikan masih sering bersikap seragam dalam menilai anak-anak. Mereka yang tidak sesuai dengan standar umum dianggap gagal. Banyak anak yang tertinggal di ruang kelas bukan karena mereka malas, bodoh, atau tidak mau belajar. Mereka hanya belajar dengan cara yang berbeda. Film Taare Zameen Par (2007) karya Aamir Khan membongkar kekakuan sistem pendidikan tersebut lewat kisah seorang anak laki-laki bernama Ishaan Awasthi yang mengalami disleksia.

Tokoh utama dalam film, Ishaan Awasthi, menggambarkan potret nyata anak dengan disleksia: kesulitan membaca, menulis, dan mengeja, tetapi menyimpan imajinasi yang luar biasa dalam seni. Sayangnya, seperti banyak anak lainnya, Ishaan justru dihukum oleh sistem pendidikan dan keluarganya yang tidak memahami kondisinya.

Mengenal Disleksia: Bukan Malas,Bukan Bodoh  

Disleksia adalah gangguan belajar yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, dan mengeja. Bukan karena mereka malas atau bodoh, tetapi karena otak mereka memproses informasi bahasa dengan cara yang berbeda. Menurut International Dyslexia Association, disleksia terjadi pada sekitar 5–10% anak-anak di seluruh dunia. Namun, hanya sebagian kecil yang terdiagnosis dan mendapatkan penanganan yang tepat.

Di Indonesia, kesadaran akan disleksia masih sangat rendah. Banyak guru dan orang tua belum memahami bahwa anak yang kesulitan membaca dan menulis bisa saja memiliki gangguan neurologis yang tidak tampak dari luar. Sayangnya, anak-anak ini justru sering mendapat label negatif seperti “pemalas”, “tidak serius”, atau bahkan “bodoh”

Film Taare Zameen Par menunjukkan bagaimana sistem pendidikan yang berorientasi pada nilai dan seragam tidak memberi ruang bagi perbedaan cara belajar. Ishaan mengalami tekanan luar biasa: diejek teman, dihukum guru, dan akhirnya dikirim ke sekolah berasrama.

Kisah Ishaan Awasthi : Anak yang Terpinggirkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun