Sejak hari itu, saya belajar bahwa kepemimpinan tidak selalu datang dari suara paling keras di ruangan. Kadang, ia hadir lewat secangkir teh yang disiapkan dengan niat baik. Lewat pertanyaan sederhana yang membuka ruang untuk percaya. Lewat Mpok Tiar yang tahu, tanpa harus diberi tahu.
Dan lewat Big Boss, yang tahu bahwa untuk memulai percakapan penting, kita hanya perlu satu hal: teh yang diseduh dengan hati.
Selama lebih dari delapan tahun, teh itu bukan lagi sekadar minuman. Ia menjadi ritual  kami, penanda bahwa percakapan penting akan dimulai. Dari hal-hal strategis hingga yang sangat confidential, semuanya mengalir di antara seruput teh yang sama. Tidak pernah ada pengumuman. Tidak pernah ada protokol. Hanya kehangatan yang konsisten, aroma yang menenangkan, dan kepercayaan yang tumbuh pelan-pelan.
Dan mungkin, itulah cara paling manusiawi untuk memimpin: Menghadirkan ruang yang aman, bahkan sebelum kata-kata penting terucap.
Cerita Jakarta, April 2017
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI