Mohon tunggu...
Leni Marlins
Leni Marlins Mohon Tunggu... freelancer

hobi menulis tentang banyak hal untuk menyampaikan ide

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Merayakan Identitas Lokal Lewat Goyangan Sambel Pantura

8 Desember 2018   22:49 Diperbarui: 9 Desember 2018   01:21 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tiga varian Sambel Goyang Pantura

"Mungkin bagi beberapa orang, Pantura terdengar kampungan atau lebih dekat dengan rakyat kalangan bawah. Tapi.. kami tetap eksis."

Pernyataan itu disampaikan oleh Vikkir Rohman Aulia (33)---atau akrab disapa Vikki---dengan lugas saat saya menanyakan asal usul nama "Sambel Goyang Pantura" yang tertera di bagian luar botol produk sambal miliknya. Seorang biduan wanita berpakaian merah membara tampak begitu pas membungkus botol kecil seukuran 200 ml itu.

"Pantura identik dengan orkes musik. Ada Monata, Nirwana, dan masih banyak lagi. Nah, kami ingin mengusung identitas dan kebudayaan lokal tempat kami berasal. Senada dengan slogan yang kami gunakan: Lidah bergoyang, hati bergetar," katanya seraya tertawa melalui pesan teks.

Logo produk yang terinspirasi dari orkes musik pantura
Logo produk yang terinspirasi dari orkes musik pantura
MULAI BERBISNIS

"Kapan Anda memulai bisnis sambal ini?" Jujur saja, saya penasaran. Pasalnya, "perkenalan" dengan Vikki sangat jauh dari hal-hal yang berbau bisnis, apalagi bisnis kuliner. Memang sih, sebagai satu almamater, tetapi tidak pernah terjebak dalam komunitas yang sama, saya dan Vikki tidak begitu akrab, hanya sekadar ketemu satu dua kali sehari di koridor kampus Fakultas Sastra salah satu universitas negeri di Semarang. Selain itu, saya sesekali melihatnya di panggung, main teater.

Itulah sebabnya, ketika salah seorang teman membagikan postingan tentang Sambel Goyang Pantura---yang menurut saya "nyeleneh"---di linimasa Facebook, rasanya kok ganjil, sekaligus takjub. Ganjil karena ini jualan sambel. Takjub karena yahh.. ternyata kuliner, budaya, dan bisnis, bisa disatukan dalam sebotol kecil sambel pedas manis.

Vikki bercerita, bisnis ini baru saja mulai dibangun pada November tahun ini. Modal pertamanya hanya sekitar Rp500.000. "Ide awalnya sih karena mertua saya pinter masak dan sambelnya enak," jelas Vikki. Selain itu, bahan baku berupa mangut dan teri juga tersedia. Harga lebih murah dan kualitasnya lebih segar. Ide tersebut dieksekusi dengan mulai coba-coba bikin resep, termasuk melakukan uji ketahanan dan pengembangan kemasan.

"Untuk produk seperti ini, salah satu kendalanya adalah pada ketahanan. Kami sedang mengembangkan resep agar sambal dapat bertahan lama tanpa bahan pengawet sama sekali. Untuk sementara, Sambel Goyang Pantura tahan 2 minggu di suhu ruang dan 1 bulan di lemari pendingin."

Menurut saya, jangka waktu ini sebenarnya sudah memadai untuk konsumsi pribadi, termasuk jika dikirim ke luar kota. "Biasanya sih kalau dikirim ke Jogja, paling lama 2 hari udah sampai. Biasanya saya pakai JNE karena dekat dengan lokasi saya," ujar Vikki. 

Ya, rasanya tak afdal jika saya tidak ikut mencicipi rasa sambal yang katanya bisa bikin lupa tekanan hidup itu. "Tekanan hidup itu nyata, lo. Nah, goyang inilah solusinya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun