Mohon tunggu...
Leni Jasmine
Leni Jasmine Mohon Tunggu... -

Penikmat Seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Gadis Manis Bergaun Pink di Cafe

21 Mei 2016   23:48 Diperbarui: 22 Mei 2016   00:37 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seorang gadis duduk seorang diri di cafe, wajahnya pucat, memandang padaku tersenyum, ada rasa ingin mendekat, aku beranikan diri mendekat, "sedang menunggu seseorang? tanyaku, dia hanya menjawab dengan mengelengkan kepala. "boleh aku temani? tanyaku, lalu dia mengangguk. aku pandangi wajahnya rupanya dia seorang tuna wicara (pikirku) lalu aku sodorkan secarik kertas, lalu dia mulai menulis : "sy sedang sedih, pacar sy tidak datang juga, sy bingung mau pulang tapi sy takut.  Selanjutnhya kami berbicara melalui tulisan.

Ia mengisahkan bahwa dia berasal dari luar kota, sebuah desa yang agak terpencil, dia merantau untuk mencari kerja, kemudian dia berkenalan dengan seorang pria yang kemudian menjadi kekasihnya, lalu dia pun bercerita bahwa hubungannya telah melangkah jauh sehingga dia mengandung.  Dia bercerita sambil berlinang air mata.  Ada rasa yang pedih yang ikut aku rasakan, dan aku rasa ia pun telah ditinggalkan oleh lelaki yang tidak bertanggung jawab itu.  Kepolosan nya membuat ia menunggu disini.

Ingin rasanya aku membantunya tapi harus bagaimana,aku berusaha untuk berpikir agar ia bisa pulang tanpa menunggu kekasihnya itu, karena ternyata ia setiap hari selalu duduk disitu sudah sebulan tanpa hasil, dan aku yakin tidak akan berhasil.  Lalu aku menyarankan untuk pulang saja, tapi dia bersikeras untuk menunggu kekasihnya itu.

Aku tak habis pikir, bagaimana mungkindia datang setiap hari ke cafe ini, duduk tanpa minuman atau makanan yang ia pesan.  Lalu aku berinisiatif untuk memesankan segelas teh manis hangat, karena aku lihat dia begitu pucat, tapi ia menolak saat akan aku pesankan makanan, ia menggelengkan kepalanya.

Setelah segelas teh manis hangat itu datang aku sodorkan padanya untuk segera meminumnya.  Ia hanya mengangguk dan tersenyum, lalu menulis " terima kasih, kakak baik sekali, tidak seperti pelayan disini yang sering mengusirku, karena aku tak punya uang "  katanya.  Aku tenggelam dalam kesedihan mendengar resah hatinya, tak terasa malam makin larut, waktunya aku pulang, lalu aku pamit kepadanya.  Setelah aku berusaha keras membujuknya untuk pulang saja ke desanya, aku ambil uang yang ada di dompet, hanya ada 300 ribu rupiah, lalu aku genggamkan ke tangannya yang dingin seperti es.  Lalu aku segera pamit dengan berat hati.

Setelah aku bayar makanan dan minuman yang aku pesan, aku berdiri dan berjalan keluar cafe itu, tapi saat dipintu keluar, seorang pelayan cafe mengejarku sambil tergopoh, " mbaaaa....maaf...." katanya sambil tangannya menyentuh pundaku.  Aku menoleh, " iya ada apa ya" kataku kepada pelayan itu.  " Maaf mba, ini " pelayan itu menyodorkan uang yang dilipat.  Tentu saja aku merasa heran, kenapa pelayan ini memberikan uang segitu banyak.  Lalu katanya " mba uangnya ketinggalan di meja" aku semakin heran.  Dan aku masih sempat memandang ke sudut cafe tempatku duduk disana, gadis itu tersenyum padaku, sebetulnya ia manis hanya saja terlalu pucat, maklumlah sedang hamil muda, pikirku.

"Lho apa itu uang saya? tanyaku pada pelayan yang ikutan heran mendengar jawabanku. " Iya mba, ini ada di meja yang mba duduk tadi " katanya.  lalu aku berkata " Oh apakah gadis itu memberikan uang ini padamu?" tanyaku pada pelayan itu.  " Hah....gadis mana mba? tanya pelayan itu kebingungan, lalu aku menunjuk ke meja tempatku duduk, tapi mejaku sudah kosong, hanya ada gelas teh manis yang sama sekali belum disentuh.  " Lho, kemana dia ya, tadi dia duduk bersama saya disana, yang saya pesankan teh manis hangat tadi?" tanyaku.  Pelayan itu makin bingung, " Lho dari tadi mba kan sendirian sedang menulis, saya kira mba sedang menunggu teman mba disini" katanya terheran-heran.

Akupun terhenyak mendengar penjelasan pelayan itu, lalu aku melihat tangan pelayan itu menggenggam kertas yang aku kira itu kertas percakapan aku dengan gadis itu, lalu aku bertanya pada pelayan itu, " mba, apa ini kertas yang ada di meja saya tadi?" lalu ia menganggukkan kepala.  "boleh saya minta mba?" kataku lagi.  Pelayan itu menyerahkan kertas yang berisi tulisanku.  Lalu aku baca isi tulisanku.  Ternyata hanya ada tulisanku sendiri dengan kolom kosong tanpa jawaban disetiap percakapan itu, akupun terhenyak, bulu kuduku mulai berdiri.  Lalu pelayan itu aku ajak duduk di meja, lalu aku mulai bertanya padanya apakah ia melihat aku bersama seorang gadis di mejaku yang tadi, ternyata pelayan itu mengatakan bahwa aku duduk sendiri, menulis dan seakan sedang memandang dan sesekali bicara sendiri.  Seluruh tubuhku tiba2 seperti tak bertenaga, siapakah yang duduk bersamaku tadi.

Semalaman aku tak bisa tidur, dalam pikiranku apa yang terjadi tadi malam di cafe, aku tarik selimut lagi karena malas bangun di hari libur ini, lalu bel rumah berbunyi, dengan malas-malasan aku buka pintu, ternyata sahabatku Mira yang datang, " Hey....jam gini masih tidur aja, ayo ah semangat " katanya sambil mengambil gelas di lemari, lalu dia menuang air jeruk di kulkas.  " ah ini kan hari libur, aku malas ngapa-ngapain Mir" kataku lagi sambil melipat selimut yang kupakai tidur.

Setelah berbicara sebentar, Mira aku tinggal di ruang depan dan akupun mandi.  Setelah badanku terasa segar, sambil menyisir rambutku, aku menghampiri Mira, lalu Mira berkata " Eh, tau ga, akhirnya Ega bisa menemukan alamat mayat perempuan yang jatuh di Mall itu lho, dan tersangkanya adalah pacarnya sendiri, gila ya habis manis sepah dibuang" begitu celoteh Mira menceritakan Ega pacarnya yang polisi itu.  Aku bengong sambil membelalakan mata. "hey...kamu kenapa, kayak lihat hantu aja" kata Mira.  " Mir, di mall mana? tanyaku tak sabar. Lalu Mira menyebutkan sebuah mall, dan ternyata tempat cafe itu disana.  " Perempuan itu ditipu, dia hamil dan dibunuh oleh suruhan pacarnya sendiri" kata Mira lagi.  Akupun terduduk, aku tak mampu bicara, tangan dan kakiku berkeringat dingin. "Din....Dina...Dina...." panggil Mira sambil menepuk-nepuk pipiku.  Lalu Mira membuatkan segelas teh manis hangat untuk aku minum, setelah agak tenang lalu aku bertanya " gadis itu memakai baju bunga-bunga kecil warna pink, rambutnya sebahu, membawa tas kecil warna pink juga, dia cantik dan dia disuruh menunggu di sebuah cafe di mall itu sampai akhirnya dia dibunuh tanpa ketemu dengan kekasihnya, ya Mir?" tanyaku.

" Iya Din, kasihan gadis itu, dia lugu sekali, lalu entah bagaimana dia diajak oleh suruhan pacarnya itu ke lantai atas mall itu dan ditemukan dia sudah jatuh dari lantai 3, ketauannya adalah surat di tas untuk kekasihnya, bahwa dia minta pulang dan akan mengurus anaknya sendiri, tapi Din bagaimana kau tau cerita itu, aku kan belum mengatakannya?" tanya Mira keheranan.

Seperti petir yang menggelegar dan semua gelap. (pingsan)

(Bandung, 21 Mei 2016)

1017 kata

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun