Mohon tunggu...
Leni Fatma
Leni Fatma Mohon Tunggu... Penulis - Mengubah luka menjadi aksara

Membias luka dengan menulis, membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Gendis, Ibu Pesan Sate Setusuk Saja"

6 Februari 2020   19:58 Diperbarui: 6 Februari 2020   19:53 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : putra.photowork on instagram

"Gendis, ibu pesan setusuk saja" pinta seorang pembeli.
Orang yang berada disekitar penjual sate itupun kompak melirik pembeli yang memesan setusuk sate saja. Ada pembeli yang membeli untuk makan ditempat. Ada pembeli yang membeli untuk dibungkus. Ada juga yang hanya sekedar melintasi penjual sate.

Sabtu malam kali ini, nampak lebih ramai dibanding Sabtu malam seminggu yang lalu. Hari ini pula, merupakan hari terakhir seluruh umat muslim berpuasa ramadhan. Hari Minggu esoknya, seluruh umat muslim merayakan hari Raya Idhul Fitri. Tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman belum hilang.Kebanyakan dari pengunjung adalah perantau yang pulang untuk merayakan hari Raya Idhul Fitri bersama keluarga tercinta. Hal itu yang menyebabkan malam ini lebih banyak pengunjung daripada seminggu yang lalu. Sembari melihat takbir keliling yang mengelilingi sekitaran kawasan Jl.Malioboro, ada juga pengunjung yang mencicipi jajanan kuliner sepanjang jalan.

"Sayang itu beneran beli cuma satu?" bisik seorang perempuan yang sedang menikmati sate bersama kekasihnya.
"Apa ya, cuma buat beli seporsi aja ga kuat" bisik seorang ibu yang sedang mampir membeli sate bersama suaminya.
"Ya Allah kasihan. Mau makan sate aja belinya cuma setusuk" mbak mbak yang duduk dibawah pohon itu seketika bengong lantaran iba.

"Iya Buu" jawab Gendis pada pembeli setusuk sate, gendis tersenyum sambil terus mengipas ngipas satenya.
Sementara para pembeli lainnya, masih meneruskan bisik-bisiknya. Lain halnya dengan mbak-mbak yang duduk dibawah pohon tadi. Dia segera bangun dan menghampiri ibu pembeli setusuk sate.


 "Buu mau saya belikan satu porsi?" Sembari tersenyum, mbak mbak yang duduk dibawah pohon tadi menghampiri ibu pembeli setusuk sate."Oh, ga perlu mbak".
"Buu tidak perlu ragu tidak apa-apa. Saya ikhlas kok" Bujuknya.
"Mbak, ga perlu repot-repot. Saya lebih kenyang makan setusuk sate tetapi hasil jerih payah sendiri. Daripada makan enak tapi hasil dari meminta kepada orang lain" ibu itu menjelaskan.
"Loh ibu ga minta, saya menawarkan,lagi pula saya ga merasa direpoti kok" Bujuknya lagi.
"Oh terimakasih ya Gendis" ibu itu menerima plastik berisi setusuk sate, mengulurkan uang seribu rupiah, kemudian meninggalkan tempat itu.

Mbak-mbak yang menawarkan sate satu porsi itu seketika tertunduk malu. Dia merenungkan, betapa payahnya seorang ibu itu hanya ingin memakan sate, membelinya setusuk saja. Beda dengan dirinya, dapat nikmat makanan yang melimpah ruah tetapi sering terbuang percuma, entah karena tidak habis olehnya ataupun karena basi tak sempat dia makan. Makanan enak sudah terhidang kerap tidak dimakannya. Belum lagi, dia yang sering memilih-milih makanan tersebab selera makannya yang berubah-ubah setiap kali mau makan.

"Mbak.." Gendis menyapa mbak-mbak yang menawarkan seporsi sate, yang sedang melamun.
"Ehh.. iyaa" mbak itu tersipu manakala terlihat melamun seusai ditinggal ibu pembeli setusuk sate tadi.
"Ibu itu memang begitu mbak, aku kasih aja ga mau. Dia maunya beli. Katanya, saya kesini beli sate bukan minta sate. Jadi ya sudah saya terima uangnya , kalau ibu itu beli sate saya. Setusuk sekalipun. Sebetulnya saya juga ga tega". Ujar Gendis dengan mata berkaca-kaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun