Mohon tunggu...
Leni Fatma
Leni Fatma Mohon Tunggu... Penulis - Mengubah luka menjadi aksara

Membias luka dengan menulis, membaca dan menonton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ayah Ibu, Temani Aku!

28 Juli 2019   13:54 Diperbarui: 29 Juli 2019   18:44 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah ibu, temani aku!, segelintir kalimat yang bermakna protes. Kalimat protes yang dilontarkan anak kepada ayah dan ibunya. Mengapa hal demikian terjadi?.

Pada umumnya ayah merupakan tulang punggung keluarga, wajar saja jika seorang ayah bekerja keras siang dan malam. Namun bukan berarti seorang ayah hanya bertanggung jawab memberikan nafkah keluarganya, lantas melupakan perannya sebagai ayah yang semestinya ikut berperan dalam memberikan perhatian dan waktunya untuk anak. Pendekatan antara ayah dan anak ini sangatlah penting, guna meningkatkan tumbuh kembang anak.

 "Aku yang kerja, kamu yang di rumah ngurus anak" begitu imbuhnya. Sebagian ayah justru memberikan seluruh perannya kepada ibu, sebagai salah satu orang tua yang siap siaga dirumah mendampingi anak.

Seorang ibu bisa saja mendampingi dan mengamati anak seharian penuh sendirian. Namun perlu diketahui, bahwa kurangnya perhatian dan waktu yang diberikan ke anak. Seorang ayah akan cenderung menghakimi anak dengan bentakan, dengan amarah, apabila anak melakukan kesalahan. Padahal barangkali, anak tersebut tidak tau bagaimana caranya melakukan yang benar.

Kurangnya perhatian seorang ayah juga dapat mempengaruhi hubungan antara anak dan ayah. Tidak ada komunikasi yang sehat diantaranya, sehingga ayah tidak tau fase perkembangan anaknya, anak juga tidak tau kegiatan ayahnya seharian.

Dampaknya terdapat perubahan perilaku anak terhadap orang tuanya. Anak tersebut jadi mudah marah, karena memang seringnya dimarahi. Anak juga akan banyak menuntut meminta apapun yang ia suka, merasa ayahnya memiliki banyak uang hasil dari bekerja siang dan malam. Dan anak menjadi cenderung tidak peduli karena merasa tidak lagi dipedulikan

Di zaman yang serba modern ini, para ibu juga tak mau kalah bersaing dengan ayah. Entah kebutuhan atau gaya hidup yang semakin tinggi. Sosok ibu ikut pula terjun mencari nafkah. Alasannya, agar dapat membantu perekonomian keluarga, katanya.

Tidak ada yang membenarkan, tidak ada yang menyalahkan. Yang pasti seorang ibu harus mampu membagi waktu antara pekerjaan dan rumah, memberikan ruang waktu yang luas untuk anak-anaknya, baik dalam memberikan perhatian, maupun menjadi temannya berbagi keluh kesah.  Menemaninya tanpa ada kata "nak nanti dulu ya", mengajaknya bermain tanpa ada kata "nak sebentar ya".

Coba bayangkan, apabila keduanya tengah sibuk mencari nafkah? Lantas bagaimana dengan anak-anak ? Di rumah dengan siapa? Siapa yang memantau perkembangannya? Hendak kepada siapa dia mencurahkan isi hatinya? Hendak kepada siapa ia meminta perhatian penuh? Dan siapa yang menemani ia bermain dan bercengkrama?

Maka dari itu, mari ayah ibu. Kita sama-sama belajar menjadi orang tua yang kompak. Orang tua yang tak megurangi waktu dan perhatiannya kepada sang anak, sesibuk apapun kita.

Jangan sampai anak-anak kita, buah hati kita, mencari perhatian di luar rumah. Tentunya hal demikian akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Anak-anak akan lebih nyaman berada di luar rumah, yang tentunya kita tidak tau bagaimana teman-temannya dan lingkungannya di luar sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun