Mohon tunggu...
Leni Wulansari
Leni Wulansari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

kaki boleh pecah2 tapi sudah ada surganya (katanya)... amiinnn :)\r\n\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Memberi Itu Menyenangkan Orang Lain atau Diri Sendiri?

8 Agustus 2014   17:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:04 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Si A. Bersungut karena makanan yang ia bawa sebagai oleh-oleh dari liburan nggak terlalu cepet ludes seperti biasanya. Awet nangkring di meja kantornya.

Si B. Bete karena baju yang dia belikan buat ponakannya nggak pernah dipakai karena katanya bahannya panas alias mungkin level kualitasnya berbeda.

Si C. Tekan-tekan gigi gemes karena habis masak susah payah ternyata pulang kerja suaminya udah keburu makan diluar.

Si D. Kecewa karena abis nraktir saudaranya beli helm mahal yang udah diidamkan, tapi sebulan kemudian hilang.

Dan saya, ngambek karena kado ultah buat suami belum pernah dipakai sampai sekarang, hampir sebulan setelah saya kasih, dengan alasan sayang nanti cepet rusak, halah. Yang bikin saya makin ngerasa nyungsep lagi, saya nunjukin suatu barang yang tadinya mau saya jadikan kado, tapi nggak jadi karena uangnya kurang, terus suami saya jadi beli sendiri itu barang terus senengnya luar biasa, kayak anak kecil dibawa mandi bola, jingkrak jingkrak gak karuan.

Si A, B, C, D dan saya itu hanya berbagi, berharap dapat menyenangkan oranglain dan memberi manfaat sebisa mungkin. Tapi ternyata, selisik punya selisik, ada esensi lain selain itu yang nyelip dalam hati. Bentuk penerimaan orang yang kita beri ternyata juga harus sesuai dengan harapan kita, bukan cuma sekedar senang menerima pemberian kita, tapi harus lebih 'memuaskan kita'.

Tunggu dulu, jangan-jangan saat memberi, harapannya bukan cuma menyenangkan orang lain, tapi justru memang untuk mendapatkan kesenangan buat diri sendiri. Sapatau nih ;

Si A. Bawa oleh-oleh biar pada tau dia habis liburan dari tempat X

Si B. Beliin baju biar dibilang Om yang baik, selalu diinget ponakannya, walaupun bajunya murmer

Si C. Masak biar makin dipuja suami, sampe lupa tujuan utamanya yang penting suami kenyang

Si D. Beliin helm biar saudaranya terkenang sama dia setiap kali naik motor

Saya. Maksain beli kado biar kalau saya ultah suami beliin saya kado yang lebih bagus, wkwkkw

Padahal ternyataa, berbagi atau memberi sesuatu itu adalah aktivitas satu arah dan short term aja. Cukup dengan proses menyerahkan sesuatu yang kita mau beri, setelah itu, balik arah dan lupakan. Gak perlu nungguin reaksi orang yang kita beri. Bahkan kata 'Terimakasih atau Jazakalloh' pun bukan urusan kita.

Suami saya pernah bilang, belajarlah dari aktivitas rutin yang biasa kita nikmati setiap hari ; buang air besar. Karena 'ikhlas' itu seperti kita (maaf) buang air ke toilet. Keluar dari toilet mana pernah kita nginget-nginget tadi udah ngeluarin berapa centong. Yiaks.

Memang ada saatnya kita memberi dan boleh meminta kembalian, semisal kalau memberi salam kepada oranglain, memberi tangan buat jabatan, memberi ciuman ke suami (haha, ngareeppp), atau saat mendidik anak kecil, kita kasih kue atau uang, biasanya langsung nanya, 'bilang apa?' dan tunggu sampai dia bilang 'Terimakasih'. Itu pun bukan untuk kepuasan kita pribadi, tapi hanya untuk membiasakan dia ber-etika yang baik.

Demikian share saya pagi ini... semoga bermanfaat, walaupun saya percaya teman-teman jauh lebih baik dari saya.

*belajar ikhlas lagi ah; berusaha nggak ngarep2 ada yang vote* wkkwkw

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun