Mohon tunggu...
Fiksiana

Peluang dan Tantangan Pendidikan Islam di Era Multikultural

18 April 2018   16:25 Diperbarui: 18 April 2018   16:44 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Fenomena yang sudah beredar di masa sekarang banyak yang mengancam identitas kebangsaan negeri ini. Kekerasan antar umat islam sendiri marak diluncurkan hanya dengan permasalahan berbedanya pemahaman suatu permasalahan. Hingga melibatkan warga awam yang tidak terlalu tahu menahu tentang permasalahan tersebut. 

Fenomena kekerasan tersebut bisa diteliti secara seksama, mengindikasikan celah-celah kerapuhan tentang kebangsaan kita. Ternyata keberadaan identitas kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya ditopang oleh sebuah system kehidupan bersama yang kuat dan berkarakter. Pola social budaya kita masih diwarnai oleh kecurigaan, prasangka, dan bahkan kebencian antar warga sendiri. Kondisi semacam ini menjadi jalan masuk yang sangat sempurna bagi infiltrasi ideology yang bertujuan memecahbelah dan menghancurkan eksistensi kebangsaan Indonesia. Jika bangsa ini tidak memiliki kecerdasan mengelola multikultural kebangsaan yang dimiliki, maka bangsa ini akan terus dihantui baying-bayang kekacauan dan kehancuran.

Mreflesi kembali peran pendidikan di tengah permasalahan-permasalahan yang membelenggu negara ini terutama menyangkut eksistensi multikultural kebangsaan menjadi relevan. Harus diakui, ada sesuatu yang salah dalam system pembelajaran di negara ini. Pendidikan masih diperlakukan atau dianggap remeh, dan masih dianggap pendidikan hanya untuk meraih suatu kepuasan akademik dan tidak diresapi apa yang sudah tersirat dalam pendidikan tersebut. 

Muatan kurikulum pada materi tertentu, seperti pendidikan agama islam, masih dipenuhi oleh orientasi dan ideology keagamaan yang menyimpan potensi kebencian atarsesama warga. Kenyataan ini tentu saja merupakan paradoks. Di satu sisi islam diyakini sebagai agama yang menganjurkan perdamaian karena islam secara generik bermakna damai. 

Tetapi, ironisnya terdapat muatan kurikulum yang dicurigai berkontribusi terhadap lahirnya prasangka dan kebencian atarsesama yang justru menggerus nilai-nilai perdamaian itu sendiri. Hal ini terjadi karena penekanan yang berlebihan terhadap pentingnya identitas keberagaman eksklusif yang justru memperkuat sentiment dan solidaritas internal kelompok di satu sisi, sembari melemahkan sentiment dan nsolidaritas eksternal antarkelompok masyarakat yang berbeda di sisi lain. 

Dalam formulasi lain, penguatan kedalam kelompok keagamaan yang sama dan cenderung mengabaikan penguatan keluar dikalangan kelompok keagamaan yang berbeda. Akibatnya, lembaga pendidikan menjadi tempat yang produksi dan reproduksinya nilai-nilai keagamaan eksklusif yang sewaktu-waktu bisa meletup menjadi konflik yang horizontal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun