Mohon tunggu...
Humaniora

Uniknya Tradisi di Indonesia

15 November 2017   20:24 Diperbarui: 15 November 2017   20:33 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dahulu ada trasdisi yang sangat unik disebuah desa tradisi itu namanya kesenian Tiban. Apa sih kesenian Tiban itu?Tradisi Kesenian Tiban adalah kesenian yang berfungsi sebagai ritual untuk memohon hujan.Tiban mengandung arti timbulnya atau munculnya sesuatu yang tidak diduga mulanya, tidak diketahui bagaimana, suatu ketika tiba-tiba ada. 

Ritual tersebut digunakan sebagai memohon hujan agar cepat turun dengan tiba-tiba. Tiban merupakan bentuk dari ritus korban, dimana menurut terdapat dua macam ritus yaitu, ritus korban dan penyucian. Masyarakat memiliki anggapan mengenai ritus korban adalah jika dengan memberi maka mereka yang berkorban akan menerima. Ritus-ritus kepercayaan yang ada di masyarakat dapat dikatakan sebagai upacara tradisional.

Tradisi Tiban adalah suatu tradisi atau ritual rakyat yang dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat guna meminta air hujan. Tradisi Tiban merupakan sebuah bentuk permintaan atau permohonan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diturunkan air hujan. Dalam ritual Tiban ini, terdapat makna yang amat penting yang dapat diserap oleh masyarakat. Ialah pesan bahwa manusia haruslah giat berusaha dalam rangka menjaga makna penting bahwa umat manusia haruslah memelihara lingkungan (Alam) demi terjaganya keseimbangan kahidupan.

Upacara tradisional adalah tradisi yang memiliki nilai dan diakui kegunaannya dan dipertahankan agar terus-menerus ada, dimana di dalamnya terdapat pranata-pranata kemasyarakatan. Berbagai bentuk upacara itu diakui sebagai kegiatan yang menyegarkan jiwa, sehingga perlu diupayakan akan kelestariannya serta mendapat pembinaan secara terus-menerus, dan mengakar menjadi tradisi. Jadi upacara yang diselenggarakan pada waktu-waktu tertentu, dimana upacara tersebut bukan dalam bentuk kegiatan sehari-hari.

Runtutan ritual awalnya dilakukan upacara terlebih dahulu, setelah itu diadakan adu pecut oleh dua orang secara bergantian yang dijaga dan di beri aturan oleh para pelandang. Pelandang tersebut bisa dikatakn sebagai wasit dalam adu pecut. Jika salah satu dari mereka terkena pecutan lalu darhnya menetes ke tanah, maka kereka percaya bahwa hujan akan segera turun. 

Hal tersebut merupakan kepercayaan yang dimiliki masyarakat para pendukung Tiban. Jika tidak terjadi musim kemarau panjang, maka Tiban tidak diperlukan dan para petani dapat melanjutkan bercocok tanam di ladang atau sawahnya. Namun, hal tersebut sangat jarang ditemui karena iklim yang tidak menentu, dimana seharusnya hujan sudah turun namun tisak turun juga. Maka dari itu Tiban tetap dilaksanakan untuk memohon hujan.

Namun, saat ini seiring dengan perkembangan zaman, Tiban sebagai sarana hiburan bukan untuk ritual memohon hujan. Kesenian Tiban yang awalnya sakral menjadi hal yang peofane. Hal tersebut juga akan mempengaruhi perubahan masyarakat dan budayanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun