Gaya hidup minimalis, sederhana, pas-pasan, atau entah apalagi yang kira-kira bisa mewakili gaya hidup yang saya jalani. SecaraÂ
umum, prinsipnya begini: kalau ada yang harga terendah atau menengah, kenapa harus ambil harga tertinggi? Â Semua itu dilakukan
bukan untuk gaya-gayaan menjalani gaya hidup ala ini itu. Bukan. Semata-mata menyadari adanya kondisi "besar pasak daripadaÂ
tiang". Â
Saya sebutkan beberapa contoh. Â Saat makan di warung nasi, cukup nasi setengah posi, sayur, dan tahu/telor. Sangat jarang memilihÂ
ayam atau menu yang harganya lebih tinggi, kecuali lagi ingin sekali yang tentunya cukup sesekali atau ada yang traktir. Contoh lain,Â
waktu membeli motor dengan cara angsuran. Cukup melihat harga motor yang terendah tanpa mikir ini itu lagi. Begitu pula saatÂ
memilih HP untuk keperluan mengajar daring yang juga dengan cara mengangsur. Datang ke konter resmi, lihat brosur. TerlihatÂ
seorang pegawai bersiap menjelaskan  fitur-fitur yang ada di semua HP di brosur itu.  "Mas, yang ini aja ada?" kata saya sambilÂ
menunjuk HP dengan harga terendah. "Udah ini aja, ya, Mas, " kata saya melajutkan. Â
Begitu pula saat memelihara barang. Selama bisa dipakai atau diperbaiki, sangat jarang membeli yang baru. Lagi-lagi bukan karenaÂ