Pada sebuah malam yang dingin di Jakarta, sebuah pertanyaan besar mengemuka dalam benak banyak penggemar sepak bola Indonesia: Mengapa Pratama Arhan, bek kiri muda yang dikenal dengan lemparan jauh akuratnya, tak kunjung dipanggil untuk membela Timnas Indonesia di bawah asuhan pelatih Patrick Kluivert? Pratama Arhan, yang selama ini menjadi salah satu pemain andalan Timnas Indonesia, tampaknya harus berhadapan dengan kenyataan bahwa namanya belum masuk dalam daftar pemain Timnas Indonesia yang dipanggil dalam rangka persiapan menuju Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Kisah ini bukan hanya tentang absennya Arhan, dilansir dari OLE777, juga tentang perjalanan panjang seorang pemain muda yang berusaha meraih tempat di panggung internasionalnya, serta tantangan yang dihadapinya ketika harus bersaing dengan pemain-pemain lain yang tak kalah berkualitas. Di balik keputusan pelatih Patrick Kluivert untuk tak memasukkan nama Arhan, terdapat cerita persaingan sengit yang harus dihadapi oleh Arhan untuk meraih tempat di tim inti.
Sejak pertama kali muncul di panggung sepak bola Indonesia, Pratama Arhan sudah menunjukkan potensi yang luar biasa. Kecemerlangan Arhan terlihat jelas pada debutnya bersama Timnas Indonesia. Selain memiliki kemampuan bertahan yang solid, ia juga dikenal dengan lemparan jauh yang memukau, yang sering kali menjadi senjata mematikan dalam menciptakan peluang serangan. Di laga-laga internasional, Arhan tampil dengan percaya diri, memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi Timnas Indonesia, dan menjadikannya salah satu pemain yang paling diperhitungkan.
Namun, meskipun potensi Arhan sangat besar, perjalanan menuju panggung dunia bukanlah hal yang mudah. Pada era kepelatihan Shin Tae-yong, Arhan menjadi bagian penting dari skuad yang membawa Timnas Indonesia meraih prestasi, meskipun tim ini belum berhasil mencapai hasil terbaik dalam berbagai turnamen internasional. Ketika Patrick Kluivert datang menggantikan Shin, perubahan besar langsung terasa di tubuh Timnas Indonesia.
Kluivert, dengan latar belakang sepak bola Eropa yang kental, membawa filosofi permainan yang berbeda dengan pendahulunya. Dalam hal ini, pemilihan pemain juga mengikuti standar yang berbeda, dengan fokus utama pada pemain yang bermain reguler di liga Eropa. Dan inilah titik balik yang memisahkan nasib Arhan dari pemain-pemain lain yang lebih beruntung.
Menurut pengamat sepak bola Indonesia, Coach Justinus Lhaksana atau Coach Justin, alasan mengapa Arhan tidak dipanggil oleh Kluivert adalah karena posisi bek kiri yang menjadi salah satu posisi paling kompetitif dalam skuad Timnas Indonesia saat ini. Meskipun Arhan memiliki kemampuan luar biasa, persaingan yang ketat di posisi ini menjadi tantangan besar baginya. Salah satu pemain yang lebih dipilih oleh Kluivert adalah Dean James, bek kiri yang bermain reguler di klub Go Ahead Eagles, Eredivisie Belanda.
Dean James, yang sudah membuktikan diri dengan kualitas bermainnya di liga Eropa, dianggap lebih siap secara fisik dan mental untuk menghadapi level permainan internasional yang tinggi. Kualitas bermain di Eropa juga menjadi faktor utama dalam keputusan Kluivert untuk lebih memilih James dibandingkan Arhan. Meskipun Arhan menunjukkan performa bagus di Bangkok United, Thailand, klub yang ia bela tidak memberikan tantangan yang setara dengan kompetisi di Eropa. Inilah yang menjadikan Arhan harus berjuang lebih keras untuk bisa mendapatkan tempat di Timnas Indonesia.
Tentu saja, meski tidak dipanggil ke Timnas Indonesia, kualitas Pratama Arhan tak bisa dipandang sebelah mata. Coach Justin menegaskan bahwa Arhan tetap memiliki potensi besar yang bisa dimanfaatkan oleh Timnas Indonesia, terutama dalam hal lemparan jauh yang menjadi ciri khasnya. Keunggulan ini menjadi senjata utama bagi Timnas Indonesia dalam situasi tertentu, terutama saat tim membutuhkan perubahan tempo permainan atau menciptakan peluang dari situasi bola mati.
Namun, dalam filosofi permainan yang diterapkan Kluivert, yang menekankan permainan yang lebih fluid dan ofensif, Arhan mungkin belum menemukan tempat yang tepat. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemain muda ini untuk bisa beradaptasi dengan sistem permainan yang lebih dinamis. Kluivert lebih memilih untuk membangun tim dengan pemain-pemain yang sudah berpengalaman dan memiliki menit bermain reguler di liga-liga top dunia. Sementara itu, pemain yang berkompetisi di liga Asia Tenggara harus lebih bersabar dan bekerja keras untuk mendapatkan tempat di Timnas Indonesia.
Keputusan Kluivert untuk tidak memanggil Arhan bukan berarti akhir dari segalanya. Justru, ini menjadi tantangan besar bagi Arhan untuk terus berkembang dan menunjukkan kualitasnya. Coach Justin percaya bahwa Arhan masih memiliki peluang besar untuk kembali ke Timnas Indonesia, asalkan ia mampu meningkatkan kualitas permainannya dan terus menunjukkan konsistensi di klubnya. Adaptasi dengan sistem permainan yang diterapkan Kluivert juga menjadi kunci utama bagi Arhan untuk mendapatkan tempat di skuad utama.