Mohon tunggu...
lex luthor
lex luthor Mohon Tunggu... mahasiswa

content writer

Selanjutnya

Tutup

Bola

PR Berat Timnas Indonesia Jelang Hadapi Irak & Arab Saudi

22 September 2025   10:48 Diperbarui: 22 September 2025   10:48 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain Timnas Indonesia (foto: visualnusantara.com)

Lampu-lampu Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, masih terang ketika peluit panjang dibunyikan. Skor tetap 0-0 melawan Lebanon. Para pemain timnas Indonesia berjalan keluar lapangan dengan wajah penuh tanya, sementara ribuan suporter yang memenuhi tribun mencoba menutup kekecewaan dengan tepuk tangan. Mereka sadar, laga ini hanyalah uji coba. Tetapi di balik skor tanpa gol itu, ada pesan besar: Indonesia bisa menguasai permainan, namun tanpa satu pun tembakan tepat sasaran.

Di titik inilah kekhawatiran muncul. Bagaimana nanti jika lawan bukan Lebanon, melainkan Irak dan Arab Saudi dua kekuatan mapan sepak bola Asia yang akan dihadapi Garuda pada Oktober dalam putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026?

Pengingat dari Sang Pengamat

Erwin Fitriansyah, jurnalis dan pengamat sepak bola, dilansir dari OLE777 tak ragu melontarkan peringatan keras. Dalam obrolan di kanal YouTube SPORT CAST Nusantara TV, ia menekankan bahwa ketika melawan tim sekelas Irak dan Arab Saudi, jumlah peluang Indonesia pasti jauh lebih sedikit dibanding laga melawan Lebanon.

"Waktu menghadapi Arab Saudi atau Irak, jangankan peluang satu, setengah aja harus bisa jadi gol," ujarnya.

Kalimat itu terdengar hiperbolis, tapi sebenarnya sederhana: efisiensi adalah kunci. Saat menghadapi lawan besar, Indonesia tidak akan punya banyak ruang. Kesalahan kecil bisa berakibat fatal, sementara kesempatan emas datang hanya sekali atau dua kali.

Dari Dominasi yang Hampa

Laga uji coba kontra Lebanon menjadi gambaran nyata persoalan Indonesia. Statistik menunjukkan Garuda mendominasi penguasaan bola, mencoba mengalirkan serangan lewat sayap dan kombinasi gelandang. Namun apa gunanya dominasi jika tak menghasilkan ancaman nyata ke gawang lawan? Nol tembakan tepat sasaran di depan ribuan suporter adalah tamparan yang menyakitkan.

Lebanon memang bukan tim papan atas Asia, tapi pertahanannya cukup solid untuk membuat lini depan Indonesia mati kutu. Bayangkan betapa sulitnya melawan Irak dan Arab Saudi, yang memiliki bek dengan jam terbang di liga top Asia bahkan Eropa. Jika melawan Lebanon saja sulit mencetak peluang bersih, bagaimana melawan tim yang terbiasa tampil di Piala Asia dan menumbangkan raksasa Asia lainnya?

Profil Dua Raksasa

Irak dan Arab Saudi bukan sekadar lawan biasa. Mereka adalah tim dengan sejarah panjang dan kualitas individu yang merata di setiap lini.

  • Irak: Tim yang dikenal dengan fisik tangguh dan pressing intens. Mereka punya gaya main cepat, memanfaatkan duel udara, serta disiplin tinggi dalam bertahan.

  • Arab Saudi: Selain menjadi tuan rumah putaran keempat, mereka juga memiliki reputasi mengalahkan Argentina di Piala Dunia 2022. Arab Saudi terbiasa dengan tempo tinggi, memadukan kecepatan pemain sayap dengan kemampuan teknis di lini tengah.

Menghadapi dua lawan seperti ini, Indonesia tidak bisa berharap memiliki banyak peluang. Karena itu, konversi peluang menjadi faktor hidup dan mati.

Setengah Peluang, Satu Gol

Apa itu "setengah peluang"? Bayangkan situasi di mana bola liar jatuh di kaki penyerang di tepi kotak penalti, atau crossing yang terlalu tinggi namun masih bisa disundul dengan ujung kepala. Itu bukan peluang emas, tapi dalam laga melawan tim besar, kesempatan seperti itu bisa jadi satu-satunya cara membuka gol.

Di level elite, banyak tim kecil mengandalkan efisiensi. Yunani menjuarai Euro 2004 bukan dengan serangan masif, melainkan dengan memaksimalkan setiap peluang bola mati. Maroko di Piala Dunia 2022 lolos ke semifinal dengan pertahanan solid dan gol-gol dari situasi setengah peluang.

Indonesia harus belajar dari kisah-kisah itu.

PR Lini Depan Garuda

Masalah finishing Indonesia bukan hanya soal striker. Ada aspek lain yang perlu dibenahi:

  1. Kualitas umpan terakhir: Banyak serangan berhenti karena crossing tidak akurat atau timing lari penyerang tidak tepat.

  2. Keputusan cepat di kotak penalti: Terlalu banyak sentuhan membuat bek lawan punya waktu menutup ruang.

  3. Bola mati: Corner, free kick, bahkan throw-in panjang bisa menjadi senjata mematikan bila dilatih serius.

Patrick Kluivert, pelatih baru timnas, sudah menekankan pentingnya detail semacam ini. Ia tahu, menghadapi tim yang lebih kuat, detail kecil bisa menjadi pembeda.

Dari Uji Coba ke Pertaruhan Nyata

Laga melawan Lebanon seharusnya menjadi pelajaran berharga, bukan alasan untuk pesimis. Lebih baik kelemahan terkuak dalam uji coba ketimbang saat kompetisi resmi. Tim pelatih punya waktu untuk memperbaiki, menajamkan lini serang, dan melatih variasi bola mati.

Tantangan sebenarnya datang 8 dan 11 Oktober nanti. Saat itu, di Arab Saudi, Garuda akan berjumpa dua lawan tangguh. Publik tentu berharap pada kejutan, seperti ketika Indonesia menahan imbang Jepang atau mengalahkan Vietnam di ajang sebelumnya. Namun kali ini, level yang dihadapi lebih tinggi.

Harapan dari Suporter

Bagi pecinta sepak bola tanah air, narasi ini lebih dari sekadar angka di papan skor. Mereka ingin melihat timnas tampil berani, disiplin, dan yang terpenting efisien. Gol-gol yang lahir dari sedikit peluang akan menjadi momen yang abadi.

Suporter Indonesia sudah terbiasa dengan drama. Mereka tahu jalan Garuda tidak pernah mudah. Tetapi kali ini, dengan peluang tampil di Piala Dunia 2026 yang masih terbuka, mereka berharap semua detail diperhatikan. Setengah peluang pun, seperti kata pengamat, harus bisa jadi gol.

Kesimpulan

Perjalanan Timnas Indonesia di putaran keempat kualifikasi Piala Dunia adalah ujian terbesar dalam sejarah modern sepak bola negeri ini. Lawan yang dihadapi bukan hanya tim kuat, tetapi raksasa Asia dengan tradisi panjang.

Namun di balik itu, ada kesempatan. Jika Indonesia mampu bermain dengan disiplin, bertahan rapat, dan memanfaatkan peluang sekecil apa pun, kejutan bukan hal mustahil. Setiap gol akan berarti sejarah, setiap poin bisa membuka jalan ke impian terbesar: tampil di Piala Dunia.

Dan di tengah semua itu, pesan sederhana Erwin Fitriansyah bergema: "Jangankan satu peluang, setengah aja harus bisa jadi gol."

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun