Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

(Maaf) Jangan Pipis di Kolam Renang

5 Agustus 2014   23:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:20 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pernah satu kali, setengah melotot saya memandang seorang ibu yang berkata pada putranya, ‘Udah(pipis) di situ aja gak papa.’ Saat itu setengah berbisik sang ibu berbicara pada putranya yang sedang kebelet (pipis) dengan posisi badan berada di dalam kolam renang. Beruntung saat itu saya hanya bertugas menjemput keponakan yang sudah selesai berenang. Coba kalo di saat yang sama saya juga nyemplung barengan, bisa-bisa sampe bebusa saya ngomelin ibunya (eh).

Saat memasuki arena kolam renang seringkali kita berpikir bahwa jumlah volume air di dalam kolam ada begitu banyaknya sehingga saat dicemari oleh (maaf) sedikit urine seseorang tak akan membawa pengaruh yang besar. Keliru! Apalagi ada juga yang berpendapat bahwa air kolam renang sudah mengandung Chlorine sehingga tak perlu lagi khawatir tentang akibat-akibat yang ditimbulkan saat air tercemar. Salah besar!

Dari beberapa sumber yang saya baca kebanyakan menyatakan bahwa benar di dalam air kolam renang senantiasa dilindungi dengan zat kimia yang bertujuan untuk membunuh bakteri. Namun saat klorine bertemu dengan zat buangan seperti urine, maka dua zat itu akan menghasilkan zat baru yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan. Meski masih butuh rangkaian penelitian yang panjang untuk membuktikan hubungan di antara keduanya, hendaknya aturan untuk menjaga kebersihan di kolam renang benar-benar ditegakkan.

Ketiadaan rambu selain berbunyi ‘Jagalah Kebersihan’ seringkali salah diterjemahkan orang. Jargon ‘Jagalah Kebersihan’ hampir selalu dipahami sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan sampah secara fisik seperti bungkus makanan, tissue, botol minuman, dan lain-lain sampah yang kelihatan. Bukan tentang aturan berkemih di dalam kolam. Ini satu anggapan yang perlu dibetulkan.

Ada baiknya jika di tempat-tempat pemandian umum seperti kolam renang diberi rambu-rambu yang jelas menyatakan agar pengguna jasa layanan kolam tidak membuang urine sembarangan di dalam bak kolam. Banyak orang harus belajar bagaimana menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan di kolam renang. Bagi para orangtua yang membawa anak-anak mereka berenang juga harus memahami pesan yang sama, ajari anak-anak untuk pipis pada tempatnya (toilet). Sehingga masing-masing kita tahu bahwa berkemih di dalam kolam itu tak hanya bisa berdampak buruk bagi kesehatan, namun juga termasuk satu perbuatan yang tidak menyenangkan.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk menakut-nakuti saudara yang sudah memiliki agenda rutin berenang setiap minggu (seperti saya). Paranoid atau khawatir berlebihan juga tak semestinya sebab toh seharusnya ada tingkatan level yang harus dipenuhi untuk menyatakan bahwa benar campuran urine dan klorine di kolam bisa membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi kesehatan kita. Tulisan ini secara jelas dimaksud penulis sebagai pengingat bahwa ada perilaku yang tak semestinya dilakukan dan harus dikoreksi kekeliruannya. Seperti rambu ‘Buanglah sampah pada tempatnya,’ memiliki pengertian yang sepadan dengan ‘Berkemihlah di tempat yang seharusnya.’ Dan itu bukan di dalam bak kolam renang tempatnya.

Salam sehat.

Salam Kompasiana.

.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun