Mohon tunggu...
Find Leilla
Find Leilla Mohon Tunggu... Administrasi - librarian

seperti koinobori yang dihembuskan angin

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jum dan Hujan

6 November 2017   16:13 Diperbarui: 6 November 2017   16:43 640
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan.

Semakin lama kerapatannya semakin tajam. Beberapa bocah yang tadinya asyik bermain hujan, mendadak menghilang. Sesekali petir mulai terdengar. Kilat menyambar memberi tanda sebelum ada suara menggelegar. Pak Din, penjual mi ayam, kerepotan menggelar terpal kecil sebagai penahan air hujan. Di sebelah langgar, Mbok Min berteriak memanggil Ical, puteranya, untuk segera pulang.

'Jum?' gumam Mbok Min lirih. 'Jum! Apa yang kau lakukan di situ! Lekas pulang! Hujan begini tak ada orang di jalan!' teriaknya cemas. Suaranya hampir tenggelam bersama derasnya air hujan.

Jum tak membalas. Matanya lurus ke depan. Bajunya setengah basah terkena cipratan pengendara motor dari seberang gang.

'Jum! Pulang!' Parmin yang kebetulan melintas juga menyuruhnya pulang. Tapi hujan tak bisa membuatnya berhenti berlama-lama. Minah di boncengannya tampak begitu payah menutupi tubuh si kecil yang mulai menggigil kedinginan. Motor Parmin hanya menyisakan cipratan lumpur di kain Jum yang mulai memudar.

Jum bergeming. Pikirannya sedang begitu sibuk sekarang.

...

'Kapan kau kembalikan? Emak terus bertanya kebingungan.'

Hari itu senja tak seperti biasanya. Langit menghitam sebelum waktunya. Marno tak menjawab pertanyaannya. Hanya hembusan asap rokok yang menggelembung di udara.

'Sudah tiga bulan, Kang. Aku terus berbohong kalau sertifikat itu dibawa Monang. Kemarin emak melabrak rumah Monang dan kepalanya pening semalaman.' 'Aku tak tahu harus bagaimana lagi sekarang.'

Marno menghela napas panjang. Monang memang tak bersalah. Ia hanya kambing hitam yang terseret namanya lantaran dendam saat Marno tak mendapat pinjaman uang. Sertifikat keparat itu sebenarnya sudah diuangkannya pada Saman. Dia butuh banyak biaya untuk mengeluarkan Marni dari penjara. Adalah kegemarannya berjudi yang harus membuatnya menjual istrinya sendiri. Malang, Marni ditangkap  saat sedang melacur bersama seorang lelaki yang baru dikenalnya di meja judi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun