Mohon tunggu...
Lita Istiyanti
Lita Istiyanti Mohon Tunggu... Aktifis air, sanitasi dan lingkungan

Love what you do, Do what you love

Selanjutnya

Tutup

Nature

No Drama Saat Banjir : Saatnya Melirik Penerapan Sponge City untuk Ibu Pertiwi

6 Oktober 2025   13:51 Diperbarui: 6 Oktober 2025   13:51 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langkah implementasi yang praktis:

  1. Pemetaan risiko: identifikasi titik banjir, area prioritas, dan kondisi tanah.
  2. Kebijakan dan koordinasi: bentuk tim lintas sektor (perencanaan, PUPR, lingkungan, air minum, kebersihan) dengan mandat jelas dan pedoman teknis sederhana.
  3. Desain lokal: pilih solusi yang sesuai tiap lokasi---sumur resapan, taman kantong, kolam retensi, bioretention, permeable pavement, atap hijau---dengan standar adaptif.
  4. Pembiayaan pilot: susun paket pendanaan gabungan (APBD, dana iklim, donor, PPP) dan targetkan 3--5 lokasi demonstrasi di kota besar sebagai bukti konsep.
  5. Keterlibatan komunitas: libatkan RT/RW, sekolah, LSM, dan UMKM untuk pembangunan, edukasi, dan pemeliharaan.
  6. Pelaksanaan bertahap: bangun pilot, dokumentasikan biaya dan manfaat, dan ukur indikator kunci seperti waktu genangan, volume limpasan, dan kualitas air.
  7. Monitoring & evaluasi: lakukan pengukuran berkala untuk memperbaiki desain dan menyusun perencanaan skala lebih luas.
  8. Skala dan regulasi: gunakan bukti pilot untuk memasukkan elemen Sponge City ke aturan tata ruang, standar pembangunan, dan anggaran berkelanjutan.

Dengan perencanaan yang baik, kebijakan yang jelas, dan partisipasi publik, Sponge City bukan sekadar teori---ia adalah jalan praktis agar kota-kota di Bumi Pertiwi bisa menghadapi hujan tanpa drama. Penting juga memasukkan program pelatihan teknis bagi petugas dinas dan kader lingkungan. Saatnya mengubah cara kita memandang  bahwa air hujan bukan lagi  musuh yang harus dibuang, tetapi berkah yang bisa dikelola untuk kebaikan bersama.

Wujudkan Kota Tanpa Drama Lewat Kolaborasi dan Kepedulian

Penerapan Sponge City bukan sekadar proyek infrastruktur, tetapi gerakan perubahan cara berpikir --- dari melawan air menjadi bersahabat dengan alam. Inisiatif ini menunjukkan bahwa solusi kekinian tidak harus rumit, asal dikelola dengan visi yang terintegrasi dan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah pusat, daerah, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat memiliki peran yang sama pentingnya dalam mewujudkannya.

Dengan dukungan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan, inovasi desain yang adaptif, serta partisipasi aktif warga, Sponge City bisa menjadi tonggak transformasi pengelolaan air di Indonesia. Saatnya kota-kota kita tidak lagi menjadi korban hujan, tetapi menjadi contoh bagaimana teknologi hijau dan gotong royong bisa berjalan beriringan.

Jika kita mampu menyerap semangat kolaborasi seperti tanah yang menyerap air, maka bukan hal mustahil untuk menghadirkan kota yang tangguh, indah, dan siap menghadapi perubahan iklim --- tanpa drama setiap kali hujan datang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun