Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Konsep "Blue Economy" dan Penerapannya dalam Bisnis Akuakultur Berkelanjutan

7 Juni 2018   11:10 Diperbarui: 7 Juni 2018   20:37 5147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kenikin.com

Dalam hal ini mungkin kita mesti berkaca dari Vietnam yang mampu membangun Industri patin secara terintegrasi sehingga mampu mendorong daya saing produk. Prinsip zerowaste dalam kerangka penciptaan inovasi bisnis turunan (seperti bahan baku tepung ikan) dalam industri perikanan yang terintegrasi menjadi salah satu solusi terbaik guna penciptaan daya saing dan nilai tambah bagi produk akuakultur di Indonesia.

Jika saja faktor efisiensi ini mampu diwujudkan dalam proses produksi, maka peningkatan produksi akuakultur akan dengan mudah dicapai. Di samping itu, Pengembangan bioteknologi nutrisi sebagai upaya meningkatkan efisiensi pakan sudah saatnya dikembangkan dan dimanfaatkan secara langsung oleh pembudidaya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penerapan konsep blue economy membutuhkan dukungan teknologi yang efektif, sehingga peran riset dan perekayasaan menjadi tumpuan utama dalam menciptakan inovasi teknologi yang sejalan dengan prinsip blue economy. Lagi-lagi ini membutuhkan komitmen bersama semua pihak, sudah menjadi rahasia umum bahwa yang menjadi penyebab suatu negara mengalami ketertinggalan dalam percepatan pembangunan adalah karena dukungan terhadap riset sangat minim.

Sebagai pembanding porsi APBN untuk anggaran riset di Negara kita hanya di bawah 10%, kondisi ini sangat berbanding terbalik dibanding dengan negara-negara maju. Inilah seringkali riset atau inovasi yang dihasilkan masih dalam tataran implementasi pada skup yang terbatas, sehingga harus ada upaya untuk menyebarluas informasi teknologi akukaultur secara massive kepada masyarakat pelaku utama.  Kesimpulannya, dukungan dalam pengembangan riset dan perekayasaan harus sudah menjadi prioritas utama.

Indonesia saat ini dihadapkan pada sebuah tantangan besar yaitu dalam menghadapi persaingan perdagangan bebas di level regional ASEAN atau Asean Economic Community (AEC). AEC memberikan kebebasan terkait arus bisnis untuk masuk ke Indonesia begitupun sebaliknya.  

Mempertimbangkan hal tersebut, subsektor perikanan budidaya sebagai barometer utama pembangunan perikanan nasional didorong untuk mampu bersaing pada tataran perdagangan global, yaitu melalui peningkatan efesiensi dan nilai tambah, jaminan mutu dan keamanan pangan (food safety).

Oleh karena itu, Pemerintah segera membuka diri dalam menarik minat peran investor khususnya dalam negeri untuk melakukan investasi dalam pengelolaan bisnis akuakultur yang sejalan dengan prinsip blue economy. 

Keterlibatan peran stakeholders lain khususnya peran lintas sektoral, para peneliti dan perguruan tinggi (dari sisi penciptaan inovasi teknologi) dan masyarakat sebagai sumber penciptaan nilai kearifan lokal sangat diperlukan melalui kerja sama secara sinergi dalam menciptakan bisnis di sektor ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun