Mohon tunggu...
Kang Chons
Kang Chons Mohon Tunggu... Penulis - Seorang perencana dan penulis

Seorang Perencana, Penulis lepas, Pemerhati masalah lingkungan hidup, sosial - budaya, dan Sumber Daya Alam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pembangunan dan Nasib Bumi

14 Mei 2018   20:04 Diperbarui: 14 Mei 2018   20:24 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya ingin mengajak untuk kembali menyadarkan cara pandang kita bagaimana menyikapi prilaku manusia dalam memenuhi tuntuan kebutuhan hidup. Tentu kali ini bukan dalam konteks individu, tapi lebih luas yakni dalam konteks negara di belahan bumi manapun.

World Comission for Environment and Development (WCED) yang merupakan komisi di bawah PBB, tahun 1987 menerbitkan sebuah laporan dalam dokumen yang diberi judul "our common future". Laporan ini kemudian melahirkan tonggak sejarah baru yang mulai merubah cara pandang pola pengelolaan SDA dan lingkungan untuk kepentingan pembangunan.

WCED telah melakukan kajian panjang tentang kondisi SDA dan lingkungan global. Kesimpulannya, yakni kemampuan SDA dan lingkungan untuk menopang pembangunan secara berkelanjutan menunjukkan penurunan yang signifikan. 

Dengan kata lain daya dukung lingkungan hidup berada pada kondisi kritis jika tidak ada langkah-langkah konkrit yakni merubah pola pengelolaan yang lebih bijaksana dan bertanggungjawab. Sebuah laporan bahkan menyampaikan, jika saja prilaku manusia saat ini dipertahankan, maka untuk menopangnya dibutuh lebih dari satu planet lagi yang serupa dengan bumi.

Revolusi industri yang mulai berkembang sekitar tahun 1750-1850 khususnya di Britania Raya dan Eropa Barat telah secara nyata turut memberikan andil besar terhadap penurunan kualitas lingkungan global, memicu menipisnya cadangan SDA akibat eksploitasi yang tak terukur.

Indonesia sebagai negara dengan basis SDA tidak luput dari bidikan negara-negara maju, maka tidak heran masa panjang kolonialisme bahkan hingga sekarang kepentingan penguasaan SDA tetap menancapkan taringnya. Tengok misalnya Freeport di Papua.

Perubahan iklim yang dipicu oleh efek global warming sebagian besar disebabkan oleh tingginya emisi karbon dan ini tidak terlepas dari industrialisasi dan gaya hidup manusia modern. Disisi lain ekspansi industrialisasi dan eksploitasi un-renewable resources juga terus merambah dan terkesan sporadis hingga memicu percepatan alih fungsi ruang terbuka hijau. 

Data Statistik Kementerian Kehutanan tahun 2011 menyebutkan laju alih fungsi hutan (deforestasi) dalam kurun waktu tahun 2000-2010 tercatat 1,2 juta ha per tahun (dikutip dari laman : www.wwf.or.id). Padahal di dunia ini Indonesia menjadi aset berharga sebagai penyangga kualitas lingkungan global saat ini. Belum lagi ancaman terhadap ekosistem lainnya seperti terumbu karang, dan kerusakan Daerah Aliran Sungai.

Ancaman besar yang jelas dihadapan mata yakni krisis ekologi dan menjadi ancaman utama bagi pemenuhan kebutuhan pangan global. Fakta yang terjadi yakni terus menurunnya produktivitas sektor-sektor berbasis pangan. 

Solusinya, kita lakukan rekayasa teknologi apapun melalui intensifikasi modern, tapi sayangnya lupa akar penyebab masalahnya, yang terjadi genjot produktivitas tapi minim upaya konservasi, sehingga produksi tidak berkelanjutan. Hingga saat ini, rasanya belum ada implementasi konkrit peta jalan pengembangan sektor pangan berbasis mitigasi iklim dan lingkungan.

Momen hari Bumi yang diperingati tiap tanggal 22 April, sudah saatnya menjadi bahan refleksi kita dan tentunya Pemerintah untuk menterjemahkanm makna pembangunan berkelanjutan dalam langkah konkrit proses pembangunan nasional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun