Mohon tunggu...
Elisius Udit
Elisius Udit Mohon Tunggu... Guru - Pengejar Waktu

Waktu senantiasa pergi dan tak akan kembali. Lakukan apa yang perlu dilakukan hari ini. Besok mempunyai urusannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Toilet Sekolah Jadi Spot Selfie

15 Februari 2020   12:46 Diperbarui: 19 Februari 2020   12:30 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika membicarakan soal pelayanan umum (public service) pada sebuah lembaga pendidikan, yang terlintas dalam benak semua orang adalah layanan perpustakaan, laboratorium computer, ruang praktek peserta didik. Hal ini sungguh benar, tetapi belum cukup untuk memenuhi semua kebutuhan warga sebuah lembaga pendidikan. 

Salah satu hal yang tervital dalam lingkungan lembaga pendidikan atau sekolah adalah fasilitas toilet. Kadang fasilitas toilet menjadi hal yang terlupakan dalam semua diskusi dan pembicaraan. Sementara fasilitas ini mutlak dibutuhkan oleh semua orang demi memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tubuh manusia mengalami sebuah siklus yaitu makan dan minum kemudian buang air besar (defecate) dan buang air kecil (urinate). Fasilitas toilet merupakan sarana yang menunjang siklus itu berjalan normal. Fasilitas toilet menjadikan kebutuhan akan tempat defecate dan urinate terpenuhi. 

Ketika kita sedang berada di rumah, kebutuhan akan hal ini kadang tidak menjadi persoalan serius karena umumnya di rumah tersedia fasilitas toilet dengan kualitas tertentu untuk menyalurkan salah satu kebutuhan dasar manusia.

Di sejumlah Negara maju sebut saja Hongkong dan Singapur, fasilitas toilet disediakan dimana-mana terutama di tempat-tempat umum yang terbuka bagi semua orang. Fasilitas toilet disediakan di mana-mana karena sadar akan kemberanfaatan dari fasilitas tersebut.

Apa itu Toilet?

Toilet memiliki banyak nama. Orang-orang kita mengenalnya sebagai kamar kecil- bereferensi pada ukuran ruangan yang umumnya sempit - lalu kakus, atau WC, singkatan dari water closet.  Istilah "toilet" sendiri berasal dari bahasa Prancis toilette yang berarti ruang ganti. 

Akar katanya dari toile yang berarti kain, secara khusus, mengacu pada kain yang disampirkan di atas bahu seseorang sementara rambut mereka sedang ditata. Atau kata lainnya guardez l'eau, yang berarti "waspada terhadap air". 

Ini berasal dari fakta bahwa, di Eropa pada Abad Pertengahan, orang hanya melemparkan isi pot - berupa kotoran dan air seni - melalui jendela ke jalanan. Sebelum membuang kotoran ke luar jendela, mereka akan berteriak Guardez l'eau! Istilah guardez l'eau kemudian berubah menjadi gardy-loo, yang entah bagaimana ceritanya, kemudian menjadi toilet. 

Namun penjelasan pertama, dari kata toile yang berarti kain, lebih banyak diterima, karena toilet umumnya terletak tidak jauh dari lemari pakaian atau ruang ganti. (Sumber)

Di Inggris, nama toilet disebut "John". Istilah ini diperkirakan berasal dari penggalan nama Sir John Harrington, keluarga kerajaan yang lekat dengan sejarah toilet di negeri itu. John Harrington hidup di akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17. Harrington dikenal sebagai "Saucy Godson", karena kecenderungannya untuk menulis puisi dan tulisan-tulisan lainnya. Salah satu tulisannya yang tak biasa yaitu tentang cara merancang toilet dengan penyiraman pertama di Inggris, yang ia sebut "Ajax". Ini berasal dari istilah "Jakes", yang merupakan istilah gaul untuk apa yang sekarang kita sebut toilet. (Sumber)

Zizek seorang filsuf kontemporer menghubungkan bentuk toilet dengan sikap politik ideologi suatu Negara. Dalam analisisnya bahwa bentuk toilet di Negara-negara tertentu dipengaruhi oleh sikap politik dan ideologynya. Dan Zizek menganalisis bentuk toilet dari tiga Negara maju eropa yang dikenal sebagai Trinitas Eropa (Europe Trinity) yaitu Perancis, Jerman dan Inggris.

1. Di Perancis, lubang toilet berada di bagian belakang, sehingga feses yang masuk akan dapat langsung menghilang. Hal ini sejalan dengan paham radikal revolusionernya, dimana feses yang masuk langsung menghilang. 

Maka dari itu dapat muncul revolusi Perancis yang dapat dilaksanakan di Perancis sendiri saja tidak di negara lain. Karena paham politik mereka yang seperti bentuk toilet mereka. Langsung ditangani seperti cara yang ada. Karena ketergesaan inilah mereka dapat melakukan revolusi mereka.

2. Di Jerman yang sekarang memang lubang toiletnya berada di belakang. Di jaman dulu lubang toilet mereka berada di depan sehingga feses-nya mengendap terlebih dahulu sebelum disiram air. 

Pada abad 18 Jerman adalah salah satu negara dengan jenis masyarakatnya kebanyakan berpaham konservatif. Dan bentuk toilet mereka dulu, di mana feses mengendap terlebih dahulu sehingga mereka dapat merasakannya. Sebagai kontemplasi untuk membuat refleksi atas apa yang mereka buang dari tubuh. Dan Jerman adalah penghasil berbagai jenis pemikir dan sastrawan.

3. Berbeda di Inggris yang bentuk toiletnya merupakan penggabungan dari dua toilet sebelumnya. Feses mengendap tetapi tidaklah berbau karena di genangi air. Inggris dalam sikap politiknya lebih pragmatis dan rasional. 

Oleh karena itu ekonomi begitu berkembang di Inggris karena memang ideology politiknya lebih condong dalam praktis ekonomi, itu juga bisa saja salah satu alasan yang menjadikan Inggris sebagai tempat awal bermulanya revolusi industri. (Sumber)

Sampai di sini kita bisa mengatakan bahwa Zizek itu benar bahwa suatu Negara mengkonstruksi bentuk toiletnya sesuai dengan padangan politik dan ideology Negara tersebut. Materi itu dibentuk berdasarkan ideology yang ada. Hal ini akan memudahkan orang menganalisis sikap politik dan ideology suatu Negara dengan melihat materi yang dibuat oleh Negara tersebut, semisal toilet.

whatsapp-image-2020-02-15-at-12-04-04-5e4cc956097f3657636a75f2.jpeg
whatsapp-image-2020-02-15-at-12-04-04-5e4cc956097f3657636a75f2.jpeg
Bagaiman dengan Indonesia? 

Kalau dilihat sepintas masyarakat Indonesia kelihatannya lebih praktis dari orang Amerika dan Inggris berkaitan dengan urusan membuang air besar (defecate) dan buang air kecil (urinate). Masyarakat kita bahkan melihat feses sebagai sesuatu yang sangat menjijikkan dari segala sesuatu. Feses dilihat nirguna. Apakah ini berkaitan dengan pandangan segelintir orang Indonesia bahwa politik itu kotor? Bisa jadi.

Masyarakat kita kadang membangun toiletnya begitu jauh dari rumah tinggal. Kadang ada yang sampai berkilo-kilo meter jaraknya. Toilet dibangun di belakang rumah bahkan ada yang membangun toiletnya di atas sungai. Ini kemungkinan hasil pemikiran bahwa kalau dibangun di atas sungai nanti fesesnya keburu dibawa air sungai sehingga baunya tanpa perlu diketahui pemilik jenis bau fesesnya.

Ada keunikan lain dari aktifitas membuang defecate dan urinate di pelosok-pelosok. Kadang kita berpikir mungkin ini sebuah ungkapan kedekatan manusia dengan alam sekitar. Manusia dan alam seakan-akan memiliki relasi yang begitu dekat bahkan saling menyatu. Suatu kondisi yang mempertontotnkan kepada kita sebuah dunia hewan dimana ruang antara 'kondisi tidak berpakaian' saat membuang defecate dan urinate dengan alam masih 'tidak cacat'.

Di tempat-tempat umum pemerintah merancang toilet dengan berbagai pendekatan untuk menghilangkan suasana kebosanan bertemu toilet. Toilet dibangun dengan begitu megah dan dihiasi dengan gambar-gambar menarik dan kamarnya dilengakapi dengan pengharum ruangan yang membuat orang betah berada di sana.

Toilet di Sekolah Jadi Spot Selfie

Dokpri
Dokpri
Di lembaga pendidikan fasilitas toilet sangat dibutuhkan sebagai salah satu sarana penunjang keberlangsungan aktifitas di sekolah. Namun beberapa fakta menunjukkan bahwa toilet di sekolah menjadi tempat keramat yang jarang dikunjungi orang karena bangunannya yang kurang ditata dengan baik dan juga karena kebersihannya yang luput dari perhatian warga sekolah. Situasi ini mengkondisikan warga sekolah khususnya peserta didik menjadikan diding toilet menjadi sasaran tembakannya.

Salah satu sekolah di Manggarai Barat-Flores-Nusa Tenggara Timur yaitu SMK Stella Maris Labuan Bajo sangat unik dalam menata toiletnya. Sekolah merancang toiletnya dengan sangat baik dan peserta didik mendekorasi toiletnya hingga menjadi spot selfie warga sekolah. Hal ini dihasilkan oleh kreatifitas peserta didik atas nama Fransiskus Sugianto Karno (Gian) yang mempunyai akun youtube; Ge Karno dan Instagram; gekarno_Art. 

Peserta didik ini berhasil menyulap toilet menjadi tempat yang ramai dikunjungi warga sekolah. Setiap warga sekolah yang lewat selalu menyempatkan dirinya untuk berselfie ria di sana. Orang tua peserta didik atau tamu yang lainnya yang ingin menggunakan fasilitas toilet tidak mau kalah untuk memotret dirinya di toilet tersebut.

Fakat ini menepis anggapan bahwa toilet sekolah itu keramat. Tentu anggapan ini muncul karena kejarangan orang berkunjung ke toilet oleh karena kondisi toilet itu sendiri yang membuat orang jarang menghampirinya. Alih-alih menggunakan, meliriknya saja ogah. Mari kita membangun toilet di sekolah kita dengan baik dan supaya orang berminat menghampirinya dan betah berada di sana. 

Toilet itu merupakan salah satu kebutuhan dasar di sekolah. Karena itu, sediakan fasilitas toilet yang layak digunakan. Kalau perlu ditata dengan baik agar warga sekolah bisa menjadikannya sebagai tempat yang ramai dikunjungi bukan hanya untuk membuang defecate dan urinate, tetapi untuk hal-hal lain seperti yang terjadi di SMK Stella Maris Labuan Bajo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun