Berjuang Demi Cucu, Ibu Ika Hadapi Kanker Tanpa Menyerah
Di balik senyum letih seorang buruh cuci, tersimpan kisah ketegaran yang luar biasa. Ibu Ika, warga sederhana yang tinggal bersama cucu semata wayangnya, menjalani hari-hari dengan penuh perjuangan. Setiap pagi, beliau memanggul beban kehidupan sembari membawa harapan untuk masa depan cucunya yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Hidup Ibu Ika tidaklah mudah. Selain harus menjadi tulang punggung keluarga setelah ditinggal orang-orang terdekatnya, beliau juga tinggal bersama 8 kepala keluarga (KK) lain dalam satu rumah sederhana. Kondisi ini membuat ruang gerak dan kenyamanan sangat terbatas. Namun demi cucu satu-satunya, beliau tetap berusaha menjalani semuanya dengan sabar dan ikhlas.
Cucu yang kini menjadi satu-satunya teman dan harapannya, menjadi alasan utama Ibu Ika terus bekerja, meski tubuhnya semakin renta dan sakit-sakitan.
Gejala yang Diabaikan, Hingga Vonis Dokter Mengagetkan
Suatu hari, Ibu Ika mulai merasakan sakit di bagian dada. Awalnya hanya terasa sesak dan nyeri saat disentuh. Ia mengira itu hanya kelelahan biasa akibat terlalu banyak mengangkat beban saat mencuci pakaian dari rumah ke rumah.
Namun rasa sakit itu tak kunjung reda. Akhirnya, dengan dorongan keluarga dan tetangga, beliau memeriksakan diri ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Ibu Ika mengidap kanker payudara dan harus segera menjalani dua kali operasi besar.
Kabar itu membuat Ibu Ika terpukul. Bukan hanya karena ketakutan terhadap penyakit, tapi juga karena beliau tak memiliki biaya untuk pengobatan. Pilihannya berat: antara menyerah, atau terus berjuang demi cucu yang sangat ia cintai.