Mohon tunggu...
la zeki
la zeki Mohon Tunggu... mahasiswa -

wake up gan...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkinkah Ini adalah Depresi Seorang Ayah

22 Februari 2018   16:29 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:46 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu terus berjalan seiring dengan kehidupanku yang berlangsung selama 20 tahun dengannya, awalnya semua terasa menjengkelkan saat masalah selalu saja datang menghampiri keluargaku. Aku selalu berpikir bagaimana semua ini bisa menjadi seperti itu. Yaah terasa aneh dan sangat membuatku jengkel terhadap kejadian-kejadian yang selalu mengganggu pikiranku. 

Aku mulai bertanya kepada mama dan mencari tahu apa penyebab sampai bapak seperti sekarang ini, Jawab mama dengan menatapku dengan sedih, "mama tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan bapak, selalu saja apa yang dilakukan mama semuanya pasti salah!", ujarnya sambil menangis. Secara spontan aku juga ikut menangis karena sedih melihat mama seperti itu. Aku memeluknya dengan erat agar dia merasa bahwa walaupun dengan apa yang terjadi saat itu, ternyata masih ada anaknya yang selalu menyayanginya.

Aku hidup dengan 3 saudara yang sangat menyayangiku dan menghormatiku, mereka selalu mendukungku untuk menjadi sukses nantinya, bahkan bapak. Selalu saja terasa luar biasa aneh dipikiranku, "kenapa dan kenapa bapak seperti ini?". Jujur aku sangat mencintainya walaupun bapak seperti orang gila, ujarku di dalam benak. Aku memang tidak pernah membencinya atas kejadian yang menimpa bapakku. Tetapi dikarenakan waktu itu mamaku dipukuli bapakku, aku marah padanya. Walaupun begitu aku tidak ingin menyimpan dendam karena itu bukan sifatku.

Sejak kejadian-kejadian itu mamaku mulai membenci bapakku, dan mamaku berkata secara ikhlas bahwa dia akan mengambil jalan baiknya yaitu cerai, ujarnya kepadaku dengan tegas. Hari itu bapakku sedang keluar untuk kerja, sering mamaku mengatakan kata-kata itu dikarenakan dia tidak tahan lagi dengan apa yang menimpahnya dan keluarga. Mamaku berpikir jikalau masalah ini tidak akan pernah habis, mau di bawah kemana masa depan anak-anaknya nanti.

Aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa kulakukan padahal aku ini adalah anak yang tertua di keluargaku. Aku bingung dan merasa bersalah, selalu saja tidak bisa berbuat apa-apa, Yang bisa kulakukan hanya berdoa dan berharap semuanya baik-baik saja. Mama bertanya kepadaku dengan sedih "kak jangan membenci bapakmu ya?", iya mama aku tidak akan membenci bapak, jawabku dengan tersenyum lebar.

Sudah seminggu berlalu dan hari itu semua keluarga besarku berkumpul untuk mencari solusi atas kejadian yang terjadi tapi semuanya hanya menjadi kesedihan bagi keluargaku. Karena setelah itu bapak selalu pergi dari rumah mungkin dia merasa bersalah atas sifatnya. Bukan hanya sekali bapakku pergi dari rumah, jika terjadi pertengkaran dengan mama pasti saja dia akan pergi dari rumah. 

Disaat bapakku kembali sifatnya selalu saja begitu, Mencari-cari masalah dengan mamaku. Dengan niat mamaku untuk cerai, aku disuruh untuk menelepon keluarga-keluarga besarku untuk kembali berkumpul dalam rangka membicarakan perceraian antaran mamaku dengan bapakku. Akhirnya keinginan mamaku terpenuhi dan seakan-akan berharap harus bisa bercerai dan tidak ingin melihat bapak lagi.

Sebelum ayahku pergi meninggalkan rumah untuk selama-lamanya, "siapa yang mau ikut sama bapak?", ujarnya dengan menangis sambil memegang tas pakaiannya. "kami tidak mau!" Ujar ketiga saudaraku. Aku hanya terdiam dan tidak bisa mengatakan apa-apa untuknya. Aku merasa bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa untuknya. Dan akhirnya bapakku pergi dan tidak ada kabar darinya sampai sekarang. 

Ada kalimat-kalimat yang pernah bapak katakan kepada kita "Nak, jangan pernah membenci seseorang walaupun sakit yang kau dapatkan lebih besar dari yang kau berikan kepadanya. Selalu berbuat baik kepada semua orang, jangan pernah bersikap iri pada orang lain, walaupun kita tidak apa-apanya dengan orang lain, intinya kamu selalu mencintai keluarga kecilmu ini". Dengan teringat nasihat-nasihat bapak seperti itu, aku mengartikan kalau bapak adalah orang yang luar biasa bagiku, sampai sekarang aku tidak tahu apa yang terjadi sampai dia selalu bertengkar dengan mama.

Bapak, aku mencintaimu seperti aku mencintai mama dan saudara-saudara yang lain. Maafkanlah aku karena tidak bisa menjaga keluarga ini dengan senyum dan tawa. Maafkanlah aku bapak. Sebenarnya aku ingin membuat kalian semua bangga jikalau nanti aku memakai toga ini. Aku ingin kamu tersenyum melihatku bisa memakai toga ini, walaupun tidak seberapa hebatnya dengan apa yang orang lain capai. 

Aku bangga padamu selama 20 tahun lebih sebelumnya kita masih bisa hidup bersama, seakan-akan bapak masih ingin mencari jalan keluar dan menyelesaikan masalah itu, tetapi begitulah jalan yang ditakdirkan. Sekarang kita tidak bersama lagi, walaupun beitu aku selalu berdoa dan berharap seperti biasanya kepada Allah agar bapak selalu berada dalam lindungan Allah SWT dan selalu dicintai oleh orang-orang yang ada disekitarmu. Amiin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun