Di tengah gempuran konten influencer tiap hari dan ketika setiap swipe di platform sosial mempertemukan kita dengan berbagai promosi yang seliweran, brand ditantang bukan cuma buat "pakai KOL atau enggak?", tapi lebih ke "influencer kayak gimana sih yang benar-benar ngaruh?"
Seiring media sosial makin nempel di keseharian, peran KOL atau affiliate marketer makin jelas: ngga hanya promosiin produk, tapi juga narasiin cerita brand. Dan ternyata, yang paling kedengeran belum tentu yang paling nyampe atau ngena ke hati audiens.
Banyak brand perlahan mulai geser haluan. Influencer dengan jutaan followers emang kelihatan menjanjikan, tapi micro influencer yang followers-nya nggak segede itu justru sering lebih ngena. Karena mereka nyambung banget sama keseharian audiens, yang lihat postingan mereka sambil mikir, "Wah, ini gue banget sih!"
Nah, hal ini juga dibuktikan lewat riset yang dilakukan sama dr. Tirta, yang diterbitkan di jurnal IJCSRR (2023). Penelitiannya ngebahas pengaruh jenis influencer (micro vs macro) dan gaya komunikasi (soft vs hard selling) terhadap brand trust, purchase decision, dan brand image. Studi ini ngambil contoh brand sepatu lokal yang udah eksis sejak 1999. Hasil risetnya menarik:
- Micro influencer + soft selling = lebih efektif bangun kepercayaan dan dorong pembelian.
- Macro influencer + hard selling = lebih kuat di citra merek, tapi nggak selalu bikin orang langsung beli.
Yang makin menarik, mayoritas respondennya ada di rentang umur 21--26 tahun. Segmen ini dikenal digital-native, super aware sama konten promosi, dan bisa bedain mana yang tulus dan mana yang cuma "jualan banget".
Mereka lebih percaya sama pesan yang keliatan natural dan nggak dibuat-buat. Yang kesannya emang pengen sharing, bukan sekadar nge-endorse.
Sebagai orang yang kerja di dunia KOL dan kolaborasi digital, insight ini jadi remind juga: reach besar belum tentu berbanding lurus sama pengaruh nyata. Kadang, konten dari micro influencer yang ngomongnya santai dan nggak maksa justru lebih connect ke target audiens.
Kalau harus milih, bagimana kamu mempertimbangkannya?, apa influencer besar yang ramai dibicarakan, atau yang audiensnya lebih kecil tapi memiliki koneksi lebih dekat dan nyata?
gas diskusi di kolom komentar
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI