Mohon tunggu...
Jazzy Eka
Jazzy Eka Mohon Tunggu... Tutor - Jazz the world with the words

An ordinary woman with extra ordinary life

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Akhir Tahun

22 Juni 2023   15:13 Diperbarui: 22 Juni 2023   15:26 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nak, hari ini adalah siang yang terik di pertengahan bulan Juni. Matahari sedang ganas menggilas bumi. Angin bertiup dengan tenang menerbangkan debu-debu yang menempel di dinding dan kayu-kayu kusen di sekolah kita. Tak berapa lama, adzan dzuhur berkumandang dari masjid besar kesayangan kita, tepat di samping gerbang sekolah.

Kami, para guru yang sedang berada di kantor, sedikit meregangkan badan. Kami tinggalkan laptop dan komputer yang masih menyala. Segera bersiap berwudu di kamar mandi sekolah. Kami melangkahkan kaki ke arah belakang, melewati lorong-lorong panjang dan beberapa ruang kelas, juga melewati anak-anak tangga menuju lantai atas dan lantai bawah.

Nak, kami tiba-tiba terkesiap. Rasanya ada yang berbeda. Ruang kelas, lorong dan anak-anak tangga itu terasa sepi. Tak ada yang lalu lalang. Tak ada anak laki-laki yang berlarian menjahili temannya. Tak ada anak perempuan yang berbisik-bisik kemudian tertawa ramai.

Ah, ya, kami menyadari, bahwa tahun ajaran baru saja berakhir. Kemarin kalian baru saja mendapatkan rapor kenaikan kelas. Kemarin beberapa dari kalian baru saja lulus dan kini mungkin sedang sibuk mempersiapkan pendaftaran ke sekolah lanjutan.

Mungkin kalian bertanya-tanya, bukankah sudah waktunya libur sekolah, tapi kenapa kami masih sibuk di sekolah? Ya, kami masih berjibaku dengan pekerjaan. Kami sedang mempersiapkan berbagai administrasi dan dokumen untuk menghadapi tahun ajaran baru. Katakanlah tahun ajaran baru nanti kami akan "manggung" kembali, maka dari sekarang kami harus "berlatih" dan "memoles penampilan", supaya fit dan fresh.

Anakku, perputaran tahun ajaran adalah hal yang biasa kami hadapi, dari tahun ke tahun, bahkan dari dekade ke dekade bagi beberapa guru yang sudah senior. Kami melihat kalian bertumbuh, baik secara fisik maupun mental. Lihatlah kalian, ketika mulai masuk dua, tiga tahun lalu, tinggi kalian masih di bawah kami. Hingga ketika di hari kelulusan, kalian sudah tinggi menjulang. Lihatlah wajah rupawan kalian, ketika di awal masuk, wajah imut-imut masih menghiasi. Menjelang di kelas akhir, kalian sudah mulai mengeluh, Bu guru, Pak guru, wajahku berjerawat. Ah, lucu sekali kalian mengeluh tentang perubahan di masa pubertas. Kami pun membimbing dan mengajari kalian bagaimana melewati masa pubertas dengan sehat dan sesuai dengan norma agama.

Membersamai bertumbuh dan berkembangnya mental kalian adalah hal yang akan selalu kami ingat dan jadikan bahan evaluasi. Mungkin kalian berpikir, kenapa si ibu IPS, selain jago menerangkan tentang negara-negara di dunia juga jago memotivasi ketika kami sedang down. Kenapa si bapak PAI, selain jago menghapal ayat-ayat Al-Quran juga jago mengobati hati kami ketika sedang sedih. Kenapa si ibu Matematika, selain jago rumus-rumus Aljabar, juga jago menginspirasi kami untuk menjadi hebat. Hal itu karena kami sadar, bukan hanya teori-teori IPS, hapalan-hapalan Quran dan rumus-rumus Matematika yang akan berguna kelak bagi kalian. Kewarasan mental, kejernihan berpikir, keoptimisan dan keteguhan dalam berprinsp adalah hal-hal yang lebih kalian perlukan.

Masa depan kalian adalah masa yang sangat berbeda dengan masa kami di saat ini. Kalian akan menghadapi dunia yang serba terbuka dan permisif. Masa dimana ranah abu-abu akan sering kalian temukan. Ranah yang tipis diantara benar dan salah. Ranah yang yang membingungkan antara kepalsuan dan kejujuran. Ranah yang buram antara ajeg dan bengkok.

Nak, kalian adalah permata-permata yang harus kami poles supaya semakin bersinar. Kalian adalah titipan-titipan Tuhan yang harus kami asah supaya semakin tajam dalam membangun peradaban. Peradaban manusia yang bermoral dan bermartabat. Tak pernah kami berpikir bahwa kalian adalah bocah ingusan yang miskin kemampuan. Tak pernah kami berpikir bahwa kalian adalah anak-anak bodoh yang harus dipintarkan. Tidak sama sekali. Kami sangat yakin kalian adalah benih-benih kejeniusan yang harus kami pancarkan ke seluruh dunia.

Oleh karena itu, maafkan kami jika agak "keras" dalam membentuk kalian. Maafkan kami jika terlalu "kejam" dalam mendidik kalian. Maafkan kami jika terlalu "pedas" menempa kalian. Lihatlah bagaimana proses pembuatan tembikar-tembikar antik cina nan mahal itu. Tanah liat yang diolah dengan berbagai macam cara dari yang terlembut hingga mengalami pembakaran maha dahsyat, akhirnya menjadi sebuah barang berkualitas tinggi. Begitupun kalian, seseorang yang sudah mempunyai talenta hebat, kami arahkan dan tunjukkan jalan untuk semakin cemerlang.

Ah, tapi kami hanya manusia biasa, Nak. Kami penuh kelemahan dan kekurangan. Mungkin kami mempunyai cita-cita dan harapan tinggi untuk kalian. Tapi terkadang kami mengalami kemunduran dalam memperbaiki diri. Bukankah sebelum membimbing dan mendidik kalian, kami seharusnya "memoles" diri kami sendiri. Sebelum mengarahkan kalian menjadi yang berkualitas, seharusnya kami mengasah diri kami sendiri menjadi yang paling berkualitas. Tapi kalian jangan khawatir, kami sedang berproses ke arah itu. Kami akan terus mengupgrade diri menjadi manusia-manusia yang pantas memberi teladan bagi kalian. Kami akan terus meningkatkan kemampuan diri hingga pantas menjadi inspirasi untuk kalian. Kami akan terus meluaskan wawasan kami hingga pantas menjadi sumber ilmu bagi kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun