Mohon tunggu...
Laurentia Wahyuni
Laurentia Wahyuni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang pekerja yg ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kalau Masih Merasa Manusia, Wajib Kerja Keras

3 September 2016   14:49 Diperbarui: 3 September 2016   14:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya baru saja menyaksikan sebuah tayangan televisi Jepang tentang seorang wanita pemilik restoran kecil berusia 66 tahun. Restorannya terbilang laris dan beliau membuka restorannya mulai jam 5 pagi. Semua hal dilakukannya sendiri di restoran itu mulai memasak, melayani pengunjung, mencuci peralatan makan dan masak sampai jadi kasir.

Jam 5 pagi, si ibu menerima pesanan dari pelanggan-pelanggannya yg kebanyakan pedagang pasar dan beliau mengantarkan sendiri pesanan-pesanan itu memakai sepeda kayuh. Selama si ibu mengantarkan pesanan, restorannya ditunggui oleh pelanggan lain yg sedang makan. Benar-benar ada kepercayaan antara si ibu dgn pelanggannya. 

Benar-benar kerja keras tingkat tinggi. Tidak heran Jepang menjadi negara yg demikian maju. Sesaat setelah menyaksikan acara itu pikiran saya melayang ke suatu peristiwa "TOLOL" yg terjadi di kantor saya sendiri. Minggu lalu seisi kantor heboh mendengar anak office girl saya dibelikan sepeda motor Vixion supaya mau sekolah lagi setelah sebelumnya ngambek sekolah.

Dan hal itu diceritakan dengan bangga oleh ibunya sendiri sang Office Girl. Dia bangga krn bisa membelikan anaknya motor dan bisa pamer sekantor tanpa perduli tindakannya itu merusak pendidikan mental anaknya menjadi malas dan tukang peras. Pantesan aja banyak preman berkeliaran klo didikannya macam begitu. Kalau anak saya jgnkan minta vixion, udah ngambek ga mau sekolah saja sudah saya seret-seret ke sekolah. Ini kok meres ga mau sekolah kecuali dapat vixion.

Ada lagi kejadian teman ART saya yg baru diPHK dan cuma dapat pesangon sekitar beberapa puluh juta. Sama saja, langsung beli motor terus sisanya buat santai-santai entah sampai kapan. Sementara sang suami dari awal pernikahan TIDAK PERNAH bekerja dan hanya ngurusi ayam dan burung di rumah. Padahal sehat ga sakit apa-apa. Luar biasa sekali "KERJA KERAS" manusia-manusia ini. Nanti kalau miskinnya ga sembuh-sembuh bisanya nyalahin pemerintah, kesenjangan sosial dll..Lha klo ga mau menyebrangi jembatan KESENJANGAN SOSIAL dgnbekerja keras, bagaimana bisa terhapus itu kesenjangan sosial.

Bagaimana dengan yg namanya manusia kantoran? SAMA SAJA TUH, setidaknya di kantor saya sekarang. Biar kata ada absensi yg pakai wajah sebagai pengenal, telat jalan terus. Ditegur atasan, malah ga terima seolah-olah atasan adalah manusia kejam yg melanggar hak mereka untuk TELAT. Ada dua  mobil antar jemput khusus staf, Sopirnya satu menejmput TERLALU PAGI sehingga tidak disukai sedang satunya menjemut TERLALU SIANG tp tidak dipermasalahkan. Buat staf-staf ini mending terlambat ngantor daripada bangun pagi. Kalau dimarahi karena terlambat, bukankah bisa mengkambing hitamkan supir jemputan. 

Sejak awal saya bekerja saya tidak pernah terlambat dan saya suka kondisi itu. Makanya saya risih dengan tradisi terlambat di kantor saya sekarang. Dengan kondisi seperti ini saya mikir, mungkinkah karena diisi manusia mental-mental seperti ini Indonesia terseret-seret tingkat kemajuannya. Bukankah manusia diciptakan utk bekerja keras? Bukan males-malesan, nipu, korupsi? Memang ada saatnya kita drop semangat kerjanya tapi kan ga bisa dijadikan tradisi? Sudah waktunya kerja keras menjadi tradisi di negara ini. Bukan tradisi pamer, santai, alon-alon asal kelakon, jam karet. Itu tradisi masa lalu yg HARUS ditinggalkan kalau tidak mau dilindas jaman. Nanti kalau miskin terus jgn salahkan org lain lho ya. TUNJUK DIRI SENDIRI ATAS KEBERHASILAN ATAU GAGALNYA HIDUP KITA. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun