Mohon tunggu...
Laurel Lutfy Nur Fajri
Laurel Lutfy Nur Fajri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Pemerintahan Universitas Brawijaya 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Bencana yang Menimpa Indonesia di Awal Tahun 2021

17 April 2021   21:32 Diperbarui: 17 April 2021   22:30 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di tahun 2021 ini, sering terdengar kabar bahwa Indonesia silih berganti terkena musibah, baik bencana alam ataupun tragedi. Pandemic covid belum juga usai, tapi musibah yang melanda Indonesia terus datang tiada henti. Hal ini tentunya meresahkan masyarakat Indonesia, tida terkecuali saya. Tercatat pada awal tahun 2021, tepatnya mulai 1 Januari sampai 14 April, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 1118 bencana telah terjadi di Indonesia.  

Hasil pencatatan bencana yang dicatat oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait persebaran bencana alam yang terjadi di Indonesia, dituliskan bahwa yang dominan terjadi adalah bencana alam banjir, puting beliung, dan juga tanah longsor. Menurut catatan BNPB telah terjadi sebanyak 473 kali bencana banjir, 305 kejadian puting beliung, 217 kali kasus tanah longsor, gempa bumi sebanyak 17 kali dan gelombang pasang dan abrasi sebanyak 15 kali, kebakaran hutan liar sebanyak 90 kali, kekeringan yang pernah terjadi 1 kali, dan pesawat jatuh yang sempat membuat geger Indonesia.

 Bencana banjir yang sering melanda Indonesia khususnya di Jakarta pada tanggal 20 Februari tahun 2021 ini menurut catatan dari BMKG disebabkan oleh adanya curah hujan yang ekstrim dan adanya seruakan udara signifikan yang berasal dari Asia sehingga menyebabkan adanya peningkatan curah hujan khususnya di bagian Barat. Selanjutnya penyebab yang kedua adalah adanya pertemuan dan pembelokan dua angin khususnya di wilayah Jabodetabek. Angin yang berasal dari utara ini bertumbukan dengan angin yang berasal dari Samudera Hindia yang akibatnya angin ini berbelok tepat berada di atas langit jabodetabek dan angin akan bergerak lebih lambat dari biasanya sehingga dapat meningkatkan tingkat intensitas terbentuknya awan hujan.

 Kemudian awan-awan ini akan berkumpul di atas langit yang kemudian menyebabkan terjadinya hujan ekstrem. Kemudian penyebab selanjutnya terjadinya banjir adalah tingginya tingkat kebasahan dan kelabilan dari udara. Saat ini, sebagian besar wilayah barat Pulau Jawa memang berada di tingkat tingginya kebasahan dan labilnya udara. Penyebab banjir selanjutnya adalah di Australia bagian utara terdapat adanya pusat tekanan yang rendah. Tekanan yang rendah ini dapat menyebabkan terbentuknya pola konvergensi pada sebagian pulau.

 Selanjutnya, terdapat beberapa wilayah yang terkena banjir di tahun 2021 yaitu di Kalimantan Selatan, pada tanggal 29 Januari 2021, Malang pada tanggal 18 Januari 2021, Puncak Bogor pada tanggal 19 Januari 2021, Manado pada tanggal 22 Januari 2021, Cirebon dan pekalongan yang terjadi banjir pada tanggal yang sama yaitu pada tanggal 28 Januari 2021. Banjir ini disebabkan adanya topografi dan tingginya curah hujan. Menurut Dosen Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada (UGM) dan juga sekaligus Ahli Hidrologi yakni Pramono Hadi mengatakan bahwa sering terjadinya banjir disebabkan oleh adanya pengaruh topografi dan iklim periodic La Nina. "penyebab utama terjadinya banjir karena adanya La Nina, pada saat adanya La Nina curah hujannya juga sangat tinggi, tetapi selain itu juga disebabkan karena adanya topografi." ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021). La Nina adalah adanya anomaly system global yang intensitasnya cukup sering terjadi dengan adanya periode berulang antar dua sampai tujuh tahun.

 La Nina terjadi ketika Samudra Pasifik dan atmosfer yang berada di atasnya mengalami perubahan dari  keadaan yang semula netral (normal) dengan periode sekitar dua bulan atau lebih. Akibat utama adanya La Nina pada iklim atau cuaca yang ada di Indonesia adalah tejadinya curah hujan yang meningkat. Namun, mengingat perbedaan kondisi topografi yang ada di Indonesia, maka dampak yang disebabkan oleh adanya La Nina pun berbeda-beda di setiap wilayah, misalnya saja terlihat pada kondisi di wilayah Kalimantan Selatan. "Kalimantan itu sebagian besar wilayahnya datar, oleh sebab itu semua kota-kota besar juga bias terkena banjir jika ada sudah ada genangan di salah satu tempat." Terang Pramono. Kemudian penyebab yang kedua yaitu adanya penampung air. Secara alami alam memiliki penyimpanan air berupa sungai, waduk, dan hutan. Untuk hutan sendiri system penyimpanan yang dimilikinya berupa penyerapan. Selain itu, penampung air hujan lainnya yang bisa dimanfaatkan yaitu adanya ceruk atau galian bekas tambang. Kemudian, semakin berkurangnya lahan hutan yang dialih fungsikan menjadi lahan pertanian, lahan kelapa sawit, dan lahan pertambangan juga dapat dikatakan sebagai salah satu penyebab terjadinya banjir karena berkurangnya daerah resapan air.

Bencana alam selanjutnya yaitu puting beliung. Pada awal tahun 2021 ini, tercatat ada 258 kasus puting beliung dan beberapa kasus yang terjadi yaitu di Tegal pada tanggal 9 Januari 2021, Karawang pada tanggal 30 Januari 2021, Probolinggo pada tanggal 3 Februari 2021, Semarang pada tanggal 8 Februari 2021, Bandung dan Indramayu pada tanggal 28 Maret 2021. Lalu pada bulan April ini telah terjadi puting beliung di Sumenep pada tanggal 3 April 2021, Taman Reptil Purbalingga pada tanggal 6 April 2021, Jombang pada tanggal 9 April 2021, Cianjur pada tanggal 11 April 2021. Adanya bencana ini, mengakibatkan banyaknya rumah yang rusak (rusak ringan, rusak sedang, rusak berat) dan beberapa warga yang luka-luka dan meninggal dunia. Puting beliung biasanya terjadi karena adanya bentrokan dari udara yang hangat dan lembap dengan udara yang dingin dan kering. Adanya kepadatan udara dingin ini didorong oleh udara hangat yang kemudian biasanya mengakibatkan badai petir. Udara hangat tadi akhirnya naik melalui udara yang dingin sehingga menyebabkan udara mengalir keatas. Jika kecepatan atau arah angin berubah tajam, maka akan terbentuk updraft yang mulai berputar dan akan menarik banyak udara hangat disekitarnya. Lalu kuatnya udara dingin di atmosfer membuat energinya bertambah. Tetesan air dari updraft yang berputar mengakibatkan terbentuknya corong yang berkembang dan turun dari awan. Ketika corong ini menyentuh tanah, maka terbentuklah angin puting beliung.

Selanjutnya yaitu bencana alam Tanah Longsor. Tanah longsor terjadi karena disebabkan oleh banyaknya hutan yang gundul sehingga mengakibatkan tanah tidak memiliki penahan dan akibatnya mudah longsor, lalu curah hujan yang tinggi, pengikisan tanah (erosi), lereng tebing yang terjal, tanah bergetar yang disebabkan oleh gempa bumi ataupun getaran karena aktivitas lalu lintas juga dapat menyebabkan longsor, hacurnya bebatuan di lereng, adanya lahan pertanian yang berada di lereng dengan penataan lahan yang buruk, adanya tanah yang memiliki struktur tidak padat sehingga mengakibatkan tanah mudah longsor, misalnya tanah liat. Beberapa kasus tanah longsor di tahun 2021 ini yaitu longsor di Sumedang pada tanggal 9 Januari 2021 yang mengakibatkan puluhan jiwa meninggal dunia, 3 orang luka berat, dan 22 orang luka ringan, 20 rumah tertimbun longsor, dan 1126 jiwa terdampak. Lalu tanah longsor di Manado terjadi pada tanggal 16 Januari 2021. Tanah longsor ini mengakibatkan 5 orang meninggal dunia, satu orang masih dalam pencarian, dan 500 jiwa mengungsi dalam proses pendataan. Selanjutnya tanah longsor yang terjadi di Banjarnegara pada tanggal 13 Januari 2021 beruntung tidak ada korban jiwa.

Bencana alam selanjutnya yaitu gempa bumi. Tidak mengherankan lagi Indonesia memang berada di pertemuan 3 lempeng tektonik aktif sehingga mengakibatkan sering terjadinya gempa bumi akibat pergeseran lempeng, menjauhnya lempeng bumi yang satu dengan yang lain, dan gerak lempeng yang saling mendekat. Selain itu, gempa bumi juga bisa terjadi karena adanya pergerakan magma dari gunung berapi, dan adanya bahan peledak. Beberapa bencana gempa bumi yang terjadi tahun 2021 yaitu gempa Bahodopi, Sulawesi Tengah dengan magnitude 4,9 SR yang terjadi pada tanggal 4 Januari 2021 yang mnyebabkan rusaknya beberapa rumah. Selanjutnya gempa Majene dan Mamuju (Sulbar) terjadi dalam 2 hari pada tanggal 14 dan 15 Januari 2021 dengan magnitudo 5,9 SR dan 6,2 SR yang menimbulkan korban jiwa 105 meninggal dunia dan ribuan rumah rusak. Kemudian gempa Taulud, Sulawesi Utara terjadi pada tanggal 21 Januari 2021 yang menyebabkan rusaknya beberapa rumah. Kemudian, gempa yang baru saja terjadi di Kabupaten Malang pada tanggal 10 April 2021 dengan magnitude 6,7 SR terdapat beberapa kerusakan bangunan di wilayah Blitar, beruntung tidak ada korban jiwa.

Bencana selanjutnya yaitu kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang tersebar di beberapa wilayah yaitu Sumatera Utara, Aceh, Jambi, Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Sulawesi Tengah serta Papua. Tercatat pada tanggal 22 Februari 2021 telah terjadi kebakaran di Sumatra Utara dengan 6 titik api dengan total luas 11 hektare. Kemudian sepanjang bulan Februari 2021, di Aceh telah terjadi 37 kebakaran hutan dan lahan yang mencapai 107 hektar. Selanjutnya di Jambi sepanjang bulan Januari hingga Februari telah terjadi 14 kebakaran dengan luas kebakaran mencapai 20 hektar. Selanjutnya di Riau pada tanggal 23 Februari 2021 telah terjadi karhutla yang telah mencapai puluhan hectare. Di Sulawesi Tengah sejak awal tahun sampai sekarang telah terjadi karhutla di 657,71 hektar. Namun, dari semua kasus yang telah dipaparkan, kasus karhutla ini sudah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2020 yang telah mengorbankan 296.942 hektare tanah. Karhutla sendiri disebabkan oleh musim kemarau, merokok di hutan, pemburuan hewan liar yang menggunakan senapan yang bisa memercikkan api, penebangan liar, dan yang paling sering terjadi sebagai penyebab terjadinya karhutla adalah dilakukannya pembukaan lahan. Tercatat, pada tahun 2021 terdapat satu kasus kekeringan. Kekeringan ini melanda Aceh pada tanggal 2 Maret 2021. Kekeringan ini terjadi sehingga menyebabkan sawah 800 hektar yang telah ditanami padi berumur 2 bulan mati. Penyebab kekeringan ini karena musim kemarau.

Musibah selanjutnya yang sempat menggegerkan Indonesia adalah adanya pesawat jatuh yakni pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dengan rute Jakarta-Pontianak yang telah hilang kontak pada hari Sabtu, 9 Januari 2021. Pesawat ini jatuh di Perairan Kepulauan Seribu. Di dalamnya membawa 62 orang. Duka jatuhnya pesawat Sriwijaya Air ini sangat terasa dalam beberapa minggu. Banyak berita yang memberitakan bahwa penumpang adalah orang-orang baik yang justru semakin menambah rasa haru di berbagai kalangan. Hingga akhir pencarian, tidak semua korban ditemukan, hanya ditemukan beberapa barang bawaan dan beberapa potongan tubuh dari para penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun