Mohon tunggu...
Laura Kuncoro
Laura Kuncoro Mohon Tunggu... -

Iam a simple, adorable woman (^_^) who act like a lady and think like a man.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Brondong-brondong Lucuku

21 Juni 2010   03:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:24 3504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore-sore seperti biasa saya sering melepas penat di cafe langganan. Sekedar mengamati orang lalu lalang tanpa memikirkan apapun dengan segelas ice tea atau kopi latte. Ditangah kenikmatan menyeruput minuman tanpa sengaja (atau sengaja...) obrolan meja sebelah melayang pula ke meja saya. Dua perempuan setengah baya itu terlihat cantik, dengan dandanan yang menunjukkan berasal dari strata sosial tinggi dan parfum mahal khas "tante" yang laris manis di pasaran dan baunya tidak saya sukai itu. Tawa lepas mereka menikmati kesuksesan di suatu sore menjadikan beberapa meja juga ikut menoleh kearah mereka. "Sabtu besok datang ke arisan jeung? Arisan kemarin si ceu Nita (bkn nama sebenarnya) heboh banget!" sahutnya sembari bercermin membetulkan mascara matanya. "Iya saya juga dengar, wajarlah habis dapetnya ganteng sih" timpal temannya. Dari sekelumit obrolan yang tercuri dengar ini, akhirnya saya mengerti arisan perempuan berkelas ini bukanlah arisan ala mpok imeh tetangga saya yang terkadang untuk variasi barang perlengkapan rumah tangga sampai baju juga ikut jadi bahan arisan. Ingatan saya lantas melayang kepada kisah salah satu teman ibu saya, mantan istri seorang pejabat BUMN yang ditinggal almarhum oleh suaminya dan meninggalkan banyak warisan untuk hidup tanpa perlu bekerja (jangan tanya saya apa uangnya seperti kisah gayus ya...). Suatu ketika bertemu berbeda sekali dengan gaya dandannya dulu. Bikin pangling. Jauh lebih modis, ceria, begitu lepas dan tampak menikmati sekali hidup ini. Tante Nia ini (bukan nama asli lagi) bercerita sumber kebahagiannya adalah pasangan barunya yang membuatnya tampak hidup kembali. Seakan hidup ini menjadi penuh warna yang cerah seperti lukisan anak-anak itu lo. Ibu saya yang manggut-manggut takjub melihat perubahan hidupnya mendengarkan dengan seksama ceritanya. Pertemuan singkat itu diakhiri ketika pujaan hati tante Nia menjemputnya, memakai kaos, topi dan snickers ala gaya anak kuliahan dan masih berumur 24 th saja. Dunia ini mungkin sudah semakin tua, dengan segala macam kompleksitas masalah didalamnya hingga ke hubungan cinta (atau nafsu saya masih sulit membedakan...) semakin rumit saja dipahami. Tampaknya dunia "brondong" sebutan untuk pasangan yang jauh lebih muda sedang laris manis mengalahkan jualan kudapan teman nonton bioskop aslinya. "Kenapa disebut brondong?" tanya saya dengan miss lifestyle teman akrab saya. "karena kecil, begitu mudah disembunyikan bahkan dibalik lidah, rasanya gurih, renyah, mau yg manis juga ada, bikin ketagihan, jumlahnya banyak dan murah!" jelasnya disambut gelak tawa kami berdua. "Emang brondong itu harus dibayar?" tanya saya. "Tidak juga sih, ada yg cukup hepi diajak jalan ke tempat berkelas, sesekali dibelikan baju yg cukup branded. Mostly berbekal cerita sedih untuk mendapatkan tambahan setiap bulannya. Tapi ada juga yg memposisikan diri sebagai lover untuk fun saja. Jangan salah dengan gigolo yg memang minta bayaran untuk jasa mereka lo" sahutnya. Disaat sale barang branded tidak lagi mampu menyemangati hidup, disaat koleksi berlian sudah memenuhi kotak perhiasan, dan mobil mewah tampak seperti mainan tampaknya sedikit bermain api menjadi trend dan pilihan. Kebosanan akan pernikahan yang tidak dilandasi fondasi kuat, balas dendam atas selingkuhan suami, rutinitas yang selalu melulu sama dari tahun ke tahun dan kekuatan financial seorang perempuan memungkinkannya mencari "kesenangan" lain disana untuk memompa semangat, memberi sedikit warna dan sparkling dalam hidup. DItambah gencarnya teknologi komunikasi seakan tiada pembatas lagi untuk dua orang asing saling berkenalan semakin memudahkan saja mencari teman atau "teman". Sayapun mengalaminya. Sesekali ada "undangan" untuk bermain "kedunia lain" mampir di FB saya, mulai dari penolakan halus sampai kasar sudah pernah saya lakukan. Miss lifestyle menyadarkan lamunan saya dengan menunjukkan koleksi foto terbaru dari smartphonenya, terpampang disana fotonya bersama seseorang. "Loh.. sudah ganti lagi?" tanya saya. "Yang ini koleksi baru" seringainya diiringi tatapan bingung saya yang berusaha mengolah kata "koleksi" untuknya, karena setahu saya yang dia koleksi tidak jauh-jauh dari tas print logo itu atau sepatu stiletto lancip desainer dunia. Dia menamai folder itu dengan "brondong2 lucuku". Akhirnya saya marfum dan paham koleksinya bertambah jenisnya sekarang. Tidak perlu harus berusia setengah baya untuk ikut menikmati kancah brondong rupanya. Sepulangnya saya kerumah, seperti biasa menyalakan laptop, login FB dan meninggalkannya untuk mandi. Sekembalinya saya sudah ada box chat disana dari teman asing yang meng-add saya beberapa hari lalu melalui seorang teman. Si X ini enak diajak ngobrol dan bercerita namun sejujurnya saya tidak tahu apapun mengenai dia bahkan awalnya saya mengira dia adalah teman lama dulu. Kemudian refleks saya mengetiknya juga ... "btw, umurmu berapa ya?", dibalasnya pertanyaan saya "aku baru 20 th, kenapa?". Mendadak saya jadi teringat kata miss lifestyle sebelum kami pulang, "bukan brondong yg lagi laris manis. Tapi perempuan yg lebih tua skrg sedang naik daun. Karena kita-kita ini lebih menganyomi, mapan dan mandiri." Ternyata dunia ini semakin lucu saja sekaligus seru sih. Iya kan? (^_^)

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun