Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Resolusi Tahun Baru? Hidup Tak Selebar Buku Diary Anda

28 Desember 2015   12:25 Diperbarui: 28 Desember 2015   17:25 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Image: www.depositphotos.com"][/caption]

Jelang akhir tahun, biasanya kita disibukan menyusun resolusi untuk tahun baru esok.

Menurut ensiklopedia bebas,Wikipedia Bahasa Indonesia, Resolusi Tahun Baru adalah sebuah tradisi di mana seseorang berjanji akan melakukan tindakan perbaikan diri yang dimulai di awal tahun.

Masih menurut ensiklopedia itu, sebuah studi yang dilakukan oleh Richard Wiseman (Bristol University, 2007) yang melibatkan 3.000 responden, menunjukkan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi tahun baru gagal mewujudkannya. Meskipun pada awalnya 52% dari responden yakin bahwa mereka akan berhasil.

22% pria berhasil mewujudkan resolusi mereka saat mereka menenetapkan target, sedangkan 10% wanita berhasil mewujudkan resolusi mereka jika mendapat dukungan dari orang-orang terdekat.

Studi di atas menyadarkan bahwa kita tak dapat mengontrol berbagai kejadian dalam hidup kita. Saat kita masih berbentuk janin, apakah kita yang menginkan di keluarga mana kita ingin dilahirkan? Apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan kehendak bebas kita?

Kita melakukan sesuatu demi mencapai hasil tertentu, nyatanya jauh dari yang kita harapkan. Kita berencana; menetapkan target, menciptakan visi dan berbagai master plan, lalu kita mengayunkan langkah guna mencapainya, tapi tak pernah tahu detail dan kejadian apa yang akan kita temui dalam belantara kehidupan ini.

Tentu saja tidak ada yang salah dalam menginginkan kehidupan yang lebih baik di esok hari. Menyusun resolusi dapat memberikan struktur dan arah kehidupan yang kita impikan. Namun, kemampuan kita mengikhlaskan tujuan-tujuan hidup yang tidak tercapai itu juga sama pentingnya dengan upaya meraihnya.

Saya termasuk ‘maniak’ dalam membuat perencanaan hidup. Dari mulai daily planning, weekly planning, monthly planning, sampai di mana saya seharusnya sudah berada satu tahun ke depan, lima tahun yang akan datang. Saya baca dan perbaiki berulang-ulang setiap harinya, membacanya dengan melibatkan segenap pikiran dan emosi saya.

Beberapa di antaranya tercapai, sebagian lainnya tidak. Ada yang terjadi dengan cepat, ada juga yang prosesnya lambat. Ada yang saya harus mendapatkan dengan mati-matian dan tanpa hasil, sebagian lainnya malah datang begitu saja nyaris tanpa upaya berarti.

Dan pada suatu pagi saya terbangun dan bertanya kepada diri, apa yang terjadi apabila saya melepaskan semua rencana-rencana itu. Saya tidak harus ‘melulu tahu’ apa yang harus saya kerjakan dalam hidup ini. Saya memang tidak bisa membayangkan akan seperti apa jadinya nanti, namun ada benih-benih kehangatan menjalar dalam diri saya yang terdalam. Benih-benih yang bertunas di dalam gelapnya rimba antah-berantah. Dan, rasanya meneduhkan sekali, saya seperti terlahir kembali ‘menjadi manusia’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun