Mohon tunggu...
Laura Irawati
Laura Irawati Mohon Tunggu... Direktur Piwku Kota Cilegon (www.piwku.com), CEO Jagur Communication (www.jagurtravel.com, www.jagurweb.com) -

Mother, with 4 kids. Just living is not enough... one must have sunshine, most persistent and urgent question is, 'What are you doing for others?' ;)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mukena

9 Juni 2016   23:56 Diperbarui: 3 Juli 2016   18:46 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.shutterstock.com

“Saya malah curiga, Bu, kalau ini ulah PKI,” kata Salim lagi.

“Haah! PKI...? Maksudmu, Lim?”

“Bu Mar jarang nonton berita sih. Ibu gak denger kalau PKI bangkit lagi?”

“Iya, tapi apa hubungannya dengan mukenaku yang hilang?”

“PKI itu anti agama Bu. Jadi benci dengan orang shalat. Mukena Bu Mar kan buat shalat, jelas ini perbuatan PKI yang ingin menghalang-halangi orang untuk beribadah. Apalagi Bu Mar dekat dengan para pejabat, PKI sangat benci pejabat.” Salim berbusa-busa menjelaskan tentang PKI kepada Mardiyah.

“Menurut saya, kita harus ke Kapolres Bu. Polsek terlalu rendah buat ngurusin hal-hal politik seperti ini.”


“Ya sudah, antar saya ke Kapolres, Lim,” Mardiyah yang sudah termakan teori konspirasi Salim akhirnya menyetujui anjuran Salim.

Salim pun mengerem motornya bermaksud balik arah ke jalan menuju kantor polres. Naas, ia tak menyadari datangnya sebuah truk pasir yang melaju kencang dari belakang. Dan.... Braaaaaak!!! Truk pasir tersebut menabraknya dari belakang.

***

Malam itu, Mardiyah tergolek di tempat tidurnya. Seluruh wajahnya lebam bekas tabrakan tadi siang. Bibirnya membengkak karena ketika terpental dari motor si Salim wajahnya sempat ‘mencium’ aspal jalan. Beruntung luka-lukanya tak begitu parah sehingga dokter RSUD membolehkannya pulang tak perlu dirawat.

Di kamar sebelah, Leha putrinya yang nomor dua tak henti-henti menangis. Sementara, Sumi anak pertama Mardiyah berusaha menenangkan Leha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun