Sering kita dengar istilah _long life education_yang menandakan bahwa pendidikan akan terus menerus berevolusi dan beradaptasi mengikuti perubahan global. Karenanya, setiap komponen pendidikan, termasuk konselor yang merupakan guru BK juga harus ikut berevolusi. Mengapa harus guru bk ? Bagaimana dengan guru mata pelajaran ?
Pada dasarnya, setiap anak mempunyai keunikan tersendiri, baik dalam segi cara belajar, daya imajinasi, daya ingat, daya tangkap dan lain-lain. Keadaan seperti ini sebenarnya mendorong perlunya diberikan perhatian secara individual. Namun yang terjadi, mereka dikelompokkan dalam kelas besar yang berkisar 20-30 siswa dan semuanya diperlakukan sama. Baik yang daya tangkapnya cepat ataupun lambat. Apabila dilakukan secara terus menerus, hal ini akan mempengaruhi kejiwaan siswa.
Pada masa sekarang ini seorang siswa tidak hanya membutuhkan pengetahuan, lebih dari itu, seorang siswa membutuhkan figur seorang guru teladan yang baik.
Maka, disinilah peran konselor yang harus bisa menampilkan keteladanan seorang pendidik secara utuh. Untuk menjadi sosok teladan tersebut, seorang konselor haruslah mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan siswa, guru dan orang tua, dewasa, stabil, peka, bijaksana, mampu membuat jurnal, mampu menulis buku, mampu melakukan penelitian tindakan kelas, bertanggung jawab, berwibawa, berakhlak mulia, mampu menemukan teknologi tepat guna, mengupdate pengetahuan dengan mengikuti pelatihan terakreditasi, menciptakan karya seni, dan lain-lain.
Dengan beragamnya kemampuan tersebut, diharapkan seorang konselor bisa dengan mudah menganalisa permasalahan yang dihadapi siswa serta menemani dan mengarahkannya berproses minadzulumati ila Annur atau yang telah diartikan oleh Ibu kita kartini dengan istilah Door Duisternis Tot Licht dan diartikan oleh Armin Pane dengan istilah Habis gelap terbitlah terang