Mata biru Revan serasa menusuk Reinhard. Seakan pria bermarga Tendean itu akan melubanginya lewat pandangan.
"Oh my God...hanya orang dengan mental illness yang punya pikiran seperti itu." desah Rossie.
Reinhard malu, malu sekali. Bisa-bisanya dia menginginkan penyakit di saat tubuhnya sehat. Tuhan bisa murka.
Tatapan-tatapan tetangganya menghujam ke relung hati. Hanya Calvin dan Alea yang tetap lembut dalam sorot mata mereka. Walau sedikit ditenangkan, tetap saja Reinhard malu pada mereka semua.
Hati kecilnya terus memanggil. Memanggilnya untuk minta maaf pada Tuhan. Meminta sakit sama saja mengingkari nikmatNya.