Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[3 Pria, 3 Cinta, 3 Luka] Hadiah Akhir Semester

1 Februari 2019   06:00 Diperbarui: 1 Februari 2019   06:02 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

-Semesta Calvin-

Dentaman bola basket menghajar rumput. Teriakan suporter menggema di lapangan. Peluit ditiup, pertandingan babak kedua dimulai.

Sepuluh orang menyebar di lapangan. Berebut bola, memperlihatkan kebolehan mereka, menunjukkan teknik terbaik. Ambisi kemenangan menyala di mata dan hati. Berpasang-pasang kaki saling-silang di rumput hijau, bertekad merebut gelar MVP tahun ini. Atau top scorer paling tidak.

Mudahkah menyabet gelar bergengsi itu? Tentu saja tidak. Persaingan di dunia basket sangat ketat. Butuh strategi untuk menyingkirkan lawan.

"Calvin...Calvin...Calvin!" sorak para suporter yang semuanya kaum Hawa.

Bukan tanpa alasan mereka mendukung Calvin. Dia primadona di tim basket universitasnya. Tahun lalu, ia meraih gelar MVP. IPKnya paling tinggi di antara teman-teman seangkatan. Banyak orang menyebutnya malaikat tampan bermata sipit karena ketampanan dan kebaikannya.

Meski jadi idola, tak banyak yang tahu kehidupan pribadinya. Lihatlah, di lapangan ia begitu bersemangat mencetak angka. Orang luar mengira itu hanya sekedar meraih prestasi. Baginya tidak.

"Aku harus menang...aku harus menang." bisik Calvin berulang-ulang.

"Demi aku, demi menebus sakit punggungku ini."

Satu, dua, tiga kali berturut-turut Calvin memberikan shoot cantik ke ring. Tembakan terakhirnya menyentuh area three point. Lapangan basket in door seolah akan runtuh oleh teriakan kemenangan suporter. Sekejap saja Calvin banjir pelukan dari teman-teman setimnya.

"Santutthi ca kataut, etam mangalamuttamam." Calvin bergumam pelan, teringat kata-kata Sang Buddha untuk selalu merasa puas dan berterima kasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun