Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Prasangka, Rosario, dan Malaikat di Sisi Piano Putih

27 Agustus 2018   05:55 Diperbarui: 27 Agustus 2018   07:44 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Nuansa coklat dan silver menambah kesan glamor Sil & Rev Boutique. Sil & Rev, gabungan nama Silvi dan Revan. Display, layar, dan dekorasi butik bertingkat dua itu memancarkan cahaya yang memukau dan elegan. Dua manekin cantik berdiri anggun di dekat pintu masuk. Lantai marmer berkilau, rak stainless steel, wallpaper Venetian, dan ornamen marmer membuat interior butik ini begitu mewah dan menawan.

Seluruh bagian di lantai pertama digunakan untuk display busana dan aksesoris wanita. Sementara lantai kedua berfungsi untuk ruang karyawan dan ruang kerja owner. Butik bernuansa elegan ini hanya menjual busana dan aksesoris wanita. Pria yang mencari pakaian di sini, dipastikan salah alamat.

Mewahnya Sil & Rev Boutique tak sebanding dengan beratnya permasalahan sang owner. Lihat saja, Silvi begitu berat melangkah memasuki butik. Ia balas sapaan para karyawannya dengan setengah hati. Memasuki ruang kerjanya, ia lempar tas Hermesnya ke meja.

Buruknya suasana hati Silvi bukan tanpa alasan. Diam-diam, wanita cantik berdarah Minahasa-Portugis-Turki itu menyimpan luka. Luka dari kesalahpahaman.

Ternyata asumsi Julia keliru. Silvi tetap menyalahkan Revan. Ia berpandangan sama seperti sepupunya: menuduh Calvin berselingkuh dengan Rossie. Hanya karena sebuah pelukan.

Luka dan kesedihan Silvi berlarut-larut. Terus saja ia mengingat kata-kata Revan. Sang sepupu memintanya menjauhi Calvin. Menurut Revan, Calvin tak pantas untuk Silvi.

Di satu sisi, Silvi sangat kecewa pada Calvin. Di sisi lain, ia sangat merindukan pria itu. Pria yang telah lama mengisi ruang hampa di hatinya. Ruang hati yang menjadi hampa setelah Baba dan Anne meninggal dalam kecelakaan pesawat. Kecewa dan rindu berperang hebat di jiwa. Silvi terjebak dalam pusaran dua perasaannya sendiri.

Gundah, dinyalakannya laptop. Ia buka file laporan penjualan butik yang die-mailkan karyawannya. Kian besar kegundahannya setelah membaca angka demi angka. Hasil penjualan bulan ini merosot drastis. Mengecewakan, pikirnya frustrasi.

Semua ini gegara pemutusan kerjasama dan korupsi yang dilakukan salah satu staf kepercayaan. Silvi menyesal luar biasa telah mempercayai staf yang korup dan tidak loyal. Namun, semuanya sudah terlambat.

Hanya Silvi dan pegawai-pegawainya yang tahu: Sil & Rev Boutique tertimpa masalah besar. Silvi enggan menceritakan problemnya pada sesiapa. Bahkan Revan pun tidak tahu. Selama bisa dihandel sendiri, buat apa membuka hati pada orang lain?

Ketukan halus di pintu memburai lamunan. Buru-buru Silvi mengatur ekspresi wajahnya senormal mungkin sebelum menyilakan siapa pun yang berada di luar untuk masuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun