Ini berbahaya. Jika sudah menyebut nama panjang, pertanda amarah.
Rossie tersedu. Air mata membasahi pipi putihnya. Ia berusaha memegang tangan Revan, namun pria berambut pirang dan bermata biru itu mundur menjauh.
"Demi Allah, aku tak pernah punya keinginan untuk mendua, Revan. Hanya kamu pria yang kucintai..." ujar Rossie dengan suara bergetar menahan kesedihan.
Alis Revan terangkat tinggi. Nampaknya ia tak mempercayai kata-kata Rossie. Lengannya terlipat, lalu ia membalikkan tubuh dan menatap langit.
Di bawah hujan yang menderas, Revan bernyanyi.
Kini ku tahu
Bila cinta tak bertumpu pada lidah
Lidah bisa berkata
Namun hati tak sejalan
Kata-kata tak menjamin cinta...
Hati Calvin tertusuk mendengarnya. Sakit, sakit sekali. Kesalahpahaman berujung sarkasme. Tanpa pikir panjang, ia lanjutkan nyanyian Revan.