Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cintai Orang yang Salah, Lanjutkan atau Hentikan?

10 Maret 2018   06:12 Diperbarui: 10 Maret 2018   06:52 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah hampir setahun Calvin dekat dengan Silvi. Ada saja ucapan dan perbuatannya yang mengagetkan gadis itu. Minggu lalu, Calvin mengaku bila ia rela sisa hidupnya dihabiskan untuk menemani Silvi. Sekarang ia ingin Silvi bahagia.

Bukannya tersentuh, Silvi justru marah. Ia mengatai-ngatai Calvin sebagai orang bodoh. Calvin terima saja dirinya disebut bodoh oleh Silvi. Silvi telah melakukan berbagai cara untuk menyakiti Calvin. Ia bahkan menuduh Calvin telah mencintai orang yang salah. Calvin tetap lembut dan sabar. Sungguh aneh, Calvin pernah mengaku pada Silvi kalau ia galak dan keras pada bawahan-bawahannya. Tapi mengapa ia tak marah saat Silvi menyakitinya?

Kompasianer, bagaimana tanggapan kalian tentang ilustrasi tersebut? Benarkah di dunia ini, ada yang namanya mencintai orang yang salah?

Sepertinya memang ada. Mencintai orang yang salah membuat para pecintanya tak menyadari waktu berlalu begitu cepat. Sibuk mencintai orang yang salah dan terfokus pada satu orang membuat mereka tak sadar bila diri mereka tergerus usia.

Young Lady pernah berpikiran telah mencintai orng yang salah. Dulu, pikiran itu sering muncul. Namun dulu berbeda dengan sekarang. Sekarang sepotong hati yang cantik telah membeku dan mati rasa.

Tak terasa hampir setahun berlalu sejak sesuatu berubah. Ada yang pergi, ada yang datang. Yang datang membawa inspirasi "Calvin Wan". Tak datang dengan tangan kosong.

Bukan hanya inspirasi di tangan. Melainkan pula nilai kebaikan. Young Lady cantik palingkan wajah, pura-pura tak melihat. Toh melihat juga. Melihat kasih, melihat cinta, melihat pancaran energi altruistik.

Lembaran buku yang terbacakan dengan indah walau tak tersentuh rasa hatinya, persembahan waktu, dan permohonan untuk berbahagia sekan menjadi bukti-bukti tak kasat mata tentang eksistensi kehadirannya. Kelembutan dibalas kekasaran. Ketulusan berbalas kecurigaan. Rasanya Young Lady cantik seperti tokoh Keira dalam Ayat-Ayat Cinta 2, Keira yang selalu menolak kebaikan Fahri dan curiga padanya. Di mata Young Lady, ia adalah perpaduan Fahri, Aisha, Maria, dan Sabina yang sempurna. Dari segi sikap dan kepribadian.

Diusir ia tak pergi, dikasari ia tak mundur, disakiti ia bersabar. Sabarnya "Calvin Wan" tak bertepi. Siapakah Young Lady cantik hingga layak mendapat waktu dan doanya? Young Lady saja tak bahagia, tak bisa membahagiakan, dan hanya bisa melancarkan penolakan. Ke luar kota memberi tahu. Mau meeting dan tak bisa menemani seharian minta izin. Seakan Young Lady cantik penting. Whereas, siapakah Young Lady?

Ada rasa kasihan, takut kehilangan, sedih, menyesal, tak tega, bercampur cinta jadi satu. Terkadang mengasihani dan mencintai berbeda tipis. Manakah yang menang, kembali ke masing-masing individu. Hati meluluh, akhirnya terucap bahasa cinta dari negeri leluhur bermata biru. Ik hou van jou, begitu kata Young Lady cantik, si gadis romantis idealis. Walau pandangan Young Lady negatif terhadap dunia, Young Lady mengucap bahasa cinta dari negeri leluhur itu dengan hati.

Pertanyaannya adalah, haruskah melanjutkan atau berhenti saja saat kita mencintai orang yang salah? Jawabannya: tergantung tiap individu. Mencintai adalah pilihan, entah salah entah benar. Mencintai adalah hak. Mencintai tak bisa dilarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun