Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Benturan Kepentingan Keluarga, Milikilah Semangat Altruisme

7 Maret 2018   05:31 Diperbarui: 7 Maret 2018   05:57 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock

Dalam Islam, altruisme tergambarkan dalam Al-quran. Salah satunya dalam Surah Al-Hajj ayat 77:

"Dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kebahagiaan."

Masih mau bukti lagi? Ajaran altruisme pun ditampilkan dalam agama Buddha. Terdapat sepuluh kebaikan utama atau Paramita. Di antaranya Sla, Dana, Nekhma, Paa, Viriya, Khanti, Sacca, Adhitthna, Metta, dan Upekkha. Dana dan Meta adalah cerminan altruisme menurut tradisi Buddhis. Meta berupa kebaikan untuk mengasihi tanpa pilih kasih, mengasihi merupakan sesuatu yang membahagiakan. Sedangkan Dana berarti melakukan kebaikan tanpa harapan akan imbalan.

Begitulah konsep altruisme dalam beberapa agama besar di dunia. Menurut Young Lady, inti dari altruisme adalah berkorban dan berbuat baik tanpa memikirkan diri sendiri. 

Altruisme digunakan untuk memerangi egoisme. Praktik-praktik tindakan altruistik tak hanya digunakan dalam lingkup masyarakat plural atau di lingkungan keagamaan. Di lingkungan keluarga, tindakan altruistik pun dapat diterapkan.

Misalnya dengan berkorban. Mengalah untuk kepentingan anggota keluarga lain. Mendahulukan kepentingan anggota keluarga lainnya. Tidak membenturkan kepentingan pribadinya hingga merugikan kepentingan anggota keluarga yang lain.

So, sudah jelas. Semangat altruisme perlu dimiliki untuk meredam benturan kepentingan keluarga. Mulai dulu dari hal kecil. Bila dalam keluarga saja tak bisa mempraktikkan semangat altruisme, bagaimana mau mengajarkannya pada masyarakat?

Altruisme pun erat kaitannya dengan kasih. Tanpa cinta kasih, takkan ada semangat altruisme. Takkan muncul pribadi-pribadi altruist. Lihatlah para Imam, biarawan-biarawati, Bhiksu, dan Bhiksuni. Mereka adalah cerminan para altruist. Para sufi pun tergolong altruist. 

Contohnya Rabiah, sufi wanita yang tidak mau menikah karena ingin membaktikan dirinya pada Allah. Bila ada yang mengikuti karya sastra populer di Indonesia, ada seorang tokoh fiksi yang digambarkan sebagai altruist. Dialah Fahri Abdullah, tokoh utama dalam Ayat-Ayat Cinta. Di bagian pertama dan kedua, Fahri digambarkan sebagai sosok yang saleh, rupawan, dan altruist.

Kalau Kompasianer perhatikan sedikit saja, dalam fiksi-fiksi cantik karya Young Lady di Kompasiana pun, beberapa tokohnya digambarkan sebagai pribadi altruist yang menawan. Misalnya tokoh "Calvin Wan" yang digambarkan sebagai blogger super tampan yang konsisten, setia, sabar, dan altruist. Terinspirasi dari sosok yang sebenarnya, yang telah menemani Young Lady selama hampir setahun ke belakang. Terinspirasi sosok "Calvin Wan" yang istimewa dan punya sikap-sikap sebagai altruist.

Back to focus. Gunakanlah altruisme untuk memerangi egoisme. Praktik-praktik berlandaskan semangat altruisme dapat diterapkan di berbagai ruang lingkup, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Mengalah, berkorban, berbuat baik, beramal tanpa pamrih adalah bentuk nyata dari altruisme.

Kompasianer, maukah kalian menjadi pribadi yang altruist?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun