Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pembelaan Cantik: Kompasiana Tidak Salah, Perbanyaklah Interaksi

8 Februari 2018   06:06 Diperbarui: 8 Februari 2018   07:27 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Rasanya Young Lady tertampar saat membaca dua artikel di Kompasiana. Dua artikel tersebut membahas topik yang sama: komplain atas kolom terpopuler dan nilai tertinggi. Sebenarnya, artikel komplain macam itu sudah banyak. Namun, yang baru terbaca dengan cantik baru dua tulisan.

Demi menyelamatkan situasi, demi tetap mempertahankan kecantikan dan keanggunan, Young Lady takkan mencantumkan link artikel yang dimaksud. Intinya, dua artikel yang dibaca dengan cantik itu mengeluhkan mengapa kolom terpopuler dan nilai tertinggi di Kompasiana hanya diisi oleh orang yang itu-itu saja. Sementara kualitas artikelnya, menurut para penulisnya, masih rendah. Masih menurut mereka, banyak tulisan bagus terlewatkan hanya karena tidak masuk terpopuler dan nilai tertinggi.

Ok fine, pendapat diterima. Tapi, apakah seratus persen benar? Coba kita kaji dengan cantik.

Membaca kedua artikel itu, Young Lady hanya bisa menggigit bibir dengan cantik dan kecewa dengan cantik. Iya dong, kecewa juga harus cantik. Ada rasa segan, tidak enak, dan sedikit kesal saat berkompasiana. Serasa tak betah tinggal di rumah sendiri. Bayangkan saja, di dalam satu rumah, beberapa anggota keluarga merasa iri dengan kesuksesan dan reputasi anggota keluarga lainnya. Tidak enak, kan? Memangnya betah tinggal serumah dengan orang-orang yang bisanya iri hati saja?

Sebagai Kompasianer yang sering masuk nilai tertinggi dan kadang-kadang terpopuler, Young Lady cantik ingin memberikan pembelaan. Ingin membela diri dengan cantik. Ingin melihat hal ini dengan cara yang cantik.

Ada beberapa kemungkinan mengapa banyak komplain dilayangkan tentang kolom terpopuler dan nilai tertinggi. Kemungkinan pertama, rasa iri. Iri lantaran tulisan miliknya atau milik temannya tidak pernah masuk terpopuler dan nilai tertinggi. Kedua, ingin mencari perhatian. Mungkin mengeluh tentang kolom terpopuler dan nilai tertinggi jadi ajang tebar pesona. 

Mungkin di bbalik tulisannya ada motivasi ingin tebar pesona, cari perhatian, dan gampang dikenal orang karena menulis hal yang kontroversial di Kompasiana. Kemungkinan ketiga, bentuk pelampiasan karena tidak mampu menulis sebagus Kompasianers yang biasa duduk dengan anggun di kursi nilai tertinggi dan terpopuler. Menulis dengan bagus kan susah. Membentuk ciri khas, style, atau karakter tersendiri kan susah juga. Tidak semua orang bisa melakukannya.

Pertanyaannya adalah, salahkah bila Kompasianers yang benar-benar layak itu sering duduk cantik di kursi terpopuler dan nilai tertinggi? Mau terus menyalahkan admin dan sistem Kompasiana? Kalau dipikir-pikir, sepertinya admin dan sistem di Kompasiana tidak salah. Oknum-oknum yang curang dengan merekayasa jumlah viewer beberapa waktu lalu itu adalah pengecualian. Namun, selain itu admin dan sistem Kompasiana tidak bisa disalahkan.

Beberapa bulan lalu, rumah besar Kompasiana digegerkan oleh beberapa penghuninya yang mengeluh soal kolom terpopuler. Viewers yang terkesan dibuat-buat dan semacamnya. Lalu, kini setelah diperbaiki, masih protes lagi. Alasannya, yang duduk cantik di sana itu-itu saja.

Sebenarnya, tak perlu protes. Hanya buang-buang energi dan waktu. Sebelum maupun setelah protes, sama saja kan? Yang duduk cantik di singgasana terpopuler dan nilai tertinggi orang-orang yang sama kan? Ini membuktikan satu hal: admin dan sistem Kompasiana tidak campur tangan dalam merekayasa view dan posisi nilai tertinggi, melainkan memang para Kompasianers yang duduk di sana memang layak mendapatkannya.

Tidak percaya? Young Lady kasih tahu ya. Hello Dear, tiap Kompasianer yang duduk cantik di nilai tertinggi dan terpopuler rata-rata memiliki ciri khas, karakter, dan daya tarik tersendiri. Misalnya saja, Kompasianer Susy Haryawan dengan opini-opini politiknya yang tajam menggelitik, Ibu Lilik Fatimah Azzahra dengan fiksi-fiksinya yang penuh kejutan, Pak Rustian Al Ansori dengan puisi-puisi indahnya, Pak Katedrarajawen dengan puisi-puisi serta refleksi mendalamnya di bidang humaniora, Pak Bambang Setyawan dengan reportasenya tentang Salatiga, Dokter Posma dan Dokter Mangatas berikut ulasan kesehatan yang mereka paparkan, dan Opa Tjiptadinata Effendi dengan renungan-renungan inspiratifnya tentang kehidupan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun