Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Spesial] Mata Pengganti, Pembuka Hati: Berbagi Kasih, Berbagi Cinta

7 Februari 2018   05:14 Diperbarui: 7 Februari 2018   13:42 829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mantan finalis duta budaya dan duta wisata itu berhenti lagi. Dilihatnya seorang penyapu jalan. Pakaiannya sangat kotor dan kumal. Sandal sebelah kirinya hampir putus. Ini orang yang tepat. Dibagikannya kotak makanan itu. Wajah si penyapu jalanan berbinar bahagia. Ia mengucapkan terima kasih berkali-kali.

"Maaf, kira-kira siapa lagi ya, yang butuh ini...?" tanya Calvin.

Tepat pada saat itu, dari halaman gereja, seorang wanita tua berambut putih berjalan dengan kaki pincang. Sesekali ia membungkuk memegangi kedua lututnya. Pakaiannya sama lusuhnya dengan pakaian si penyapu jalan. Saat melihat perempuan tua itu, hati Calvin tersentuh iba.

"Kami biasa memanggilnya Oma Helenna. Dia jemaat gereja yang rajin. Tak pernah lupa ikut Misa harian. Suaminya meninggal karena sakit bertahun-tahun lalu." Tanpa diminta, si penyapu jalan menjelaskan.

Sejurus kemudian Calvin mendekati perempuan tua itu. Memberinya makanan. Wajah keriput perempuan itu dipenuhi gurat kegembiraan.

"Puji Tuhan...terima kasih, Anak Muda. Tuhan memberkatimu." Ia berucap senang, menatap Calvin penuh terima kasih.


Kedamaian menyelimuti hati Calvin. Bahagia rasanya bisa membuat orang-orang kecil, lemah, dan terpinggirkan tersenyum. Senyuman mereka adalah sesuatu yang sangat berharga baginya.

Dengan tangannya, ia berbagi kasih untuk mereka. Berbagi cinta dan kebaikan. Ketika berbagi, Calvin tak pernah memakai mobil. Berjalan kaki saja. Malah sering kali naik sepeda dan naik motor. Menyusuri jalan, melihat langsung kehidupan orang-orang kecil dan termarginalkan itu. 

Pakaiannya pun sangat sederhana. Pernah suatu kali ia hanya memakai sandal dan piyama. Mereka tak perlu tahu siapa Calvin Wan yang sebenarnya. Orang-orang kecil itu tidak pernah tahu siapa sebenarnya sosok pemuda tampan berwajah lembut dan loveable yang membagikan makanan untuk mereka tiap Hari Jumat. Andai mereka sadar bahwa pemuda berhati malaikat itu adalah seorang model, blogger, mahasiswa inspiratif, dan anak dari keluarga terpandang, pastilah mereka kian kagum.

Semua kotak makanan telah dibagikan. Hati diliputi kebahagiaan, Calvin kembali ke masjid. Di gerbang ia nyaris bertabrakan dengan pria bersorban putih. Kini senyumnya tak lagi sinis. Di sudut matanya justru mengalir setitik air mata.

"Bapak kenapa menangis? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Calvin berempati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun