Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikolove, Akhirnya Ku Menemukanmu (7)

6 Desember 2017   05:52 Diperbarui: 6 Desember 2017   06:18 1298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I should know better but it's just not the case

It's been six months, eight days, twelve hoursSince you went away (Brian McKnight-6, 8, 12).

Silvi memainkan pianonya. Menyanyikan sebuah lagu. Rindu mengalir di sudut hati terdalam. Kerinduan pada seseorang yang menempati tempat spesial di hatinya. Seseorang yang telah mengobati luka hatinya, mencairkan kebekuannya, dan meluruhkan kerak-kerak es di dinding jiwanya.

Amat disayangkan. Sudah 6 bulan, 8 hari, dan 12 jam sejak pria baik itu pergi. Tepatnya pergi karena paksaan. Keadaanlah yang memaksa.

Buliran bening di sudut mata disekanya. Air mata mewakili perasaannya yang gamang. Silvi mendesah tak kentara, lagi-lagi membaca ulang e-mail yang diterimanya. Bisakah mereka mencoba lagi?

"Calvin, waiting for me..." bisik Silvi, lalu mencium smartphonenya. Membayangkan wajah si penyembuh luka hati.

Enam bulan, delapan hari, dan dua belas jam mereka tak bertemu. Semua ini lantaran larangan dari keluarga Silvi. Rupanya mereka masih mencurigai Calvin. Mereka tak setuju Silvi bersama Calvin.

Entah apa salah Calvin sampai-sampai keluarga Silvi tak menyukainya. Mereka selalu yakin, Calvin akan mencelakai Silvi. Sungguh, jalan pikiran keluarganya sulit dimengerti.

"Enam bulan, delapan hari, dan dua belas jam kita tak bertemu. Mudah-mudahan kita bisa segera bertemu. Semoga tidak terjadi apa-apa...semoga minggu depan kita akan bisa mengobati kerinduan itu." Silvi bergumam lirih. Sekali lagi menciumi telepon pintar di tangannya.

Derap langkah menuruni tangga disusul suara mezosopran membuyarkan lamunannya. Buru-buru Silvi menengadah. Nyonya Atikah dan Clara datang menghampirinya.

"Ehm...ada yang mau dinner di Kelapa Gading minggu depan." kata Clara, tersenyum penuh arti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun