Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mata Pengganti, Pembuka Hati (3)

8 Oktober 2017   06:27 Diperbarui: 8 Oktober 2017   06:47 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Keduanya melangkah meninggalkan cafe. Calvin sengaja tidak membawa mobil. Ia berpisah jalan dengan Revan sebab rumah mereka berbeda arah. Baru beberapa langkah, Calvin dikejutkan oleh kehadiran tiga pria berwajah seram. Pria pertama berkumis lebat. Pria kedua mengenakan kacamata hitam. Wajahnya dingin tanpa belas kasihan. Pria ketiga berambut panjang dan kusut, tubuhnya dipenuhi tato dengan gambar yang aneh dan menakutkan.

"Hei, kamu penyanyi baru di cafe itu kan?" bentak pria pertama.

"Ya. Lalu, apa urusan kalian?" Calvin stay cool.

"Serahkan uangmu pada kami!" sergah pria kedua dan ketiga bersamaan.

Calvin terbelalak. Ada apa lagi ini? Baru saja ia ingin melanjutkan perjalanan pulang dengan tenang. Tetiba saja ia diganggu sekawanan orang jahat.

"Aku berhak menolak, kan? Karena ini uangku, ini hasil kerjaku." Saat mengatakannya, Calvin tetap cool dan berwibawa. Praktis ketiga penyerang itu menjadi marah.

"Beraninya kamu!"

"Mau cari masalah sama kami?"

Akibatnya fatal. Ketiga pria itu menyerang Calvin. Melayangkan pukulan dan tamparan bertubi-tubi. Mereka menyerang korbannya dengan kemarahan yang mengganas. Kekuatan mereka sungguh mengerikan.

Ingin sekali Calvin melawan mereka. Akan tetapi, rasa sakit itu datang tanpa permisi. Rasa sakit di pinggangnya. Menyebar perlahan ke punggung dan perutnya. Kidney Cancer tengah berulah.

Ya Allah, jangan sekarang. Calvin frustrasi dan kesakitan. Ia tak berdaya melawan tiga sekawan berwajah seram dan berhati keras itu. Kini si pria berkumis lebat begitu dekat dengannya. Memukulnya sekuat tenaga. Calvin tak berdaya, sempurna tak berdaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun